BAB VIII : Jadi pacarku?

4.6K 857 140
                                    

[Note: chapter ini keseluruhannya berisikan flashback]

"Dengan mudah kau menyatakan, dengan mudah kau memutuskan, dan dengan mudahnya juga kau meninggalkan jejak kenangan yang menawan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dengan mudah kau menyatakan, dengan mudah kau memutuskan, dan dengan mudahnya juga kau meninggalkan jejak kenangan yang menawan."

Jisung menyukai Chenle; itu adalah sebuah hal lumrah yang menjadi rahasia umum warga sekolah, namun entah mengapa, seolah itu tidak pernah sampai ke telinga seorang Zhong Chenle sekalipun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jisung menyukai Chenle; itu adalah sebuah hal lumrah yang menjadi rahasia umum warga sekolah, namun entah mengapa, seolah itu tidak pernah sampai ke telinga seorang Zhong Chenle sekalipun.

Meski banyak orang yang berbincang, menggunjing, bahkan dengan terang-terangan meneriakkan di koridor sekolah bahwa Jisung menyukai Chenle.

Namun yang dilakukan Chenle justru tutup mata dan telinga, seolah buta dan tuli mengenai hal itu. Ataupun saat seseorang berbicara kepadanya secara pribadi, dan membahas hal tersebut, yang ia lakukan hanyalah terkekeh kemudian mengatakan.

"Bukan urusan gue."

Gosip itu telah menyebar luas selama dua bulan lamanya, dan masih menjadi perbincangan hangat dikalangan anak kelas 7, 8, maupun 9.

Karena sekali lagi, siapa yang dapat menolak pesona seorang Park Jisung? Mustahil, namun nyata adanya seseorang seperti Chenle ini.

Dan mulailah muncul beberapa gosip hangat yang baru, apakah Chenle tidak pernah mencintai seseorang? Atau ia telah memiliki tambatan hati lainnya?

Tentu saja gosip tersebut seolah meluluh-lantahkan perasaan Jisung yang semula bersemangat untuk memberikan seluruh cintanya kepada Chenle, kini seperti ditolak mentah-mentah oleh lelaki manis itu.

"Gue kurang apa, sih." lirihnya seraya menyandarkan kepalanya pada meja kelas, memikirkan seribu satu cara agar dapat mendekatkan diri kepada Chenle yang bahkan tak dapat meliriknya sekalipun.

"Kurang sesajen." tentu saja jawaban nyeleneh Juna membuat Jisung kesal, dan memukul kepala temannya itu tanpa belas kasihan, bisa dikatakan cukup keras serta menyakitkan.

Ketaksaan | ChensungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang