BAB XIII : Permintaan maaf

4.5K 754 134
                                    

"Ini sebuah tindakan maaf, bukan hanya nafsu semata. Sekaligus pernyataan nyata, bahwa aku denganmu masih saling mencinta."

Hari Sabtu seharusnya menjadi hari yang indah karena Chenle dapat beristirahat sepenuhnya dari kegiatan sekolah yang menguras tenaga, namun sayangnya tidak untuk hari ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari Sabtu seharusnya menjadi hari yang indah karena Chenle dapat beristirahat sepenuhnya dari kegiatan sekolah yang menguras tenaga, namun sayangnya tidak untuk hari ini. "Chenle! Main yok!" sebuah suara lelaki memanggil sang pemilik nama yang sedang sibuk menikmati acara kartun di televisinya.

Dengan langkah gontai, Chenle menghampiri pintu masuk dan memutar knopnya. Terlihat dua orang lelaki jangkung tengah memamerkan senyuman tampannya, kecuali salah seorang yang Chenle masih anggap waras.

"Halo, Le. Apa kab—" baru saja Jisung hendak menyapa sekaligus berbasa-basi kepada Chenle, namun rupanya Juna telah terlebih dahulu mengusak surai lelaki manis dihadapannya, dan jangan lupakan senyum teduh yang dapat membuat setiap orang terpesona.

"Sehat?" tanya Juna sembari memamerkan dua lesung pipi yang menawan miliknya, "Masih waras kok, ayo masuk, Jun, Bin." ajak Chenle; mempersilakan Juna dan Soobin masuk ke dalam rumahnya untuk mengerjakan tugas kelompok.

Sedangkan Jisung hanya mematung di tempat dengan raut wajah yang sulit dijelaskan, "Heh, gue gak di bolehin masuk nih?" namun sayang seribu sayang, Chenle terlebih dahulu menghilang dibalik dinding yang membatasi antara ruang tamu dan ruang keluarga.

Jisung berdecak sembari memukul-mukul keningnya dengan keras, lelaki tampan itu hanyut dalam lamunannya yang melalang buana kesana kemari entah berkelana kemana. Tidak mungkin Chenle mengabaikannya apabila ia tidak melakukan kesalahan, pasti Jisung melakukan sesuatu yang menyakiti lelaki manis itu akhir-akhir ini.

Jisung kembali memukul-mukul keningnya dengan keras menggunakan kedua tangan, "Inget dong bego, inget." monolognya terdengar seperti memaki diri sendiri, sebuah tangan lembut tiba-tiba saja meraih lengannya untuk berhenti memukuli keningnya sendiri. "Sakit dong," suara lembut ini, Jisung mengenalnya.

Sepersekian detik netra keduanya saling bersitatap, yang lebih tua terlebih dahulu memutuskan kontak mata keduanya sembari melepaskan genggamannya pada lengan yang lebih muda. "A-ayo masuk," ujarnya final sebelum kembali pergi berlari ke dalam.

Jisung tertawa geli menyaksikan bagaimana menggemaskannya Chenle apabila tengah menahan malu, rasanya Jisung ingin sekali memeluk lelaki manis itu dengan erat seraya mengecupi pipi gembil kemerahannya.

Dan tentunya fantasi itu berakhir dengan Jisung yang menampar pipinya sendiri.

Saat memasuki ruang keluarga, Jisung melebarkan senyumannya tatkala bertemu dengan ibunda Chenle; Erika. "Tante," Jisung mengecup punggung tangan yang lebih tua membuat Erika tidak tahan untuk sekedar menahan tangannya agar tidak mengusap surai milik Jisung.

"Makin tinggi aja kamu," puji Erika seraya terkekeh mengamati bagaimana postur tubuh Jisung yang terbilang sangat tinggi ketimbang postur tubuhnya sendiri. "Iya tante, apa kabar?" tanya Jisung mulai berbasa-basi menyambung percakapan.

Ketaksaan | ChensungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang