BAB VII : Bawa aku Lari

4.6K 815 214
                                    

"Bawa saja aku pergi jauh, menuju kenangan masa lalu, hanya antara kau dan aku, kita berdua."

Chenle menatap lurus seseorang di hadapannya dengan kedua alis yang menukik ke bawah, menandakan bahwa lelaki manis itu sedang dilanda kekesalan yang membuncah terhadap seseorang di hadapannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chenle menatap lurus seseorang di hadapannya dengan kedua alis yang menukik ke bawah, menandakan bahwa lelaki manis itu sedang dilanda kekesalan yang membuncah terhadap seseorang di hadapannya.

"Guanlin, balikin!" titahnya sembari menjulurkan tangan disertai bibir ranum yang maju ke depan, menambah pesona menggemaskan seorang Zhong Chenle ini.

"Gak mau," jawab Guanlin sembari menjulurkan lidahnya tanda meledek, tak peduli akan Chenle yang bahkan kini sudah menghentak-hentakkan kakinya ke tanah.

"Guanlin nyebelin!"

"Makasih,"

"Iiihh!" nampaknya lelaki itu sudah menyerah, kedua tangannya ia lipatkan di depan dada, dengan bibir yang melengkung membentuk kurva ke bawah, kedua irisnya bahkan menatap Guanlin dengan tajam; seolah ingin menelan lelaki itu bulat-bulat.

"Kita mau latihan, lho, masa makan es krim?"

"Biarin!"

Guanlin menepuk dahinya yang terasa pening, Chenle memberenggut sebal---kembali menjulurkan tangannya, tampaknya meminta es krim rasa stroberi itu agar kembali padanya.

"Gak boleh,"

"Guanlin!"

Jisung yang baru saja mengganti pakaian menjadi seragam khusus untuk latihan paskibra, menjadi teralihkan atensinya oleh sebuah pekikan nyaring luar biasa; berasal dari makhluk manis dibawah pohon rindang.

"Hoi, berisik." tegur Daehwi membuat Chenle segera memeluk lelaki manis itu dengan erat, "Hwi~ es krim ku diambil sama Guan~" rengeknya meminta pertolongan agar Daehwi lekas memarahi Guanlin.

"Oh, bagus dong." namun ekspektasi berbanding terbalik dengan realita, yang justru Daehwi lakukan ialah kini tersenyum penuh kemenangan diatas penderitaan Chenle.

"Ih," Chenle mendelik kearah kedua sahabatnya itu, memang benar-benar menyebalkan sekali. Lihat, bahkan sekarang mereka saling high five.

Memang, cuaca yang terik membuat Chenle kehausan, terlebih lagi ia harus berjemur di tengah lapangan bersama anggota paskibra serta paduan suara, berlatih untuk menjadi petugas upacara tingkat kota pada 17 Agustus nanti.

"Le," sekonyong-konyong lelaki manis itu terkejut saat sebuah tangan mendarat pada bahunya, ia menoleh dengan tatapan terkejut; menatap Jisung beserta wajah datarnya.

"K-kenapa?"

"Kak Jeno sama kak Jaemin belum dateng?"

"Belum, Kak Renjun juga belum dateng."

Hening, keduanya saling melontarkan tatapan tanpa ingin mengatakan sepatah katapun.

"Jisung!" dan suara familiar tersebut berhasil memecah keheningan diantara keduanya yang lebih memilih untuk menoleh, dan menatap Rayshiva tengah menghampiri keduanya.

Ketaksaan | ChensungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang