BAB XIV : Tidak Mengerti

4.4K 740 147
                                    

"Sebenarnya apa maumu? Tetap menjagaku layaknya milikmu, namun menyia-nyiakanku karena ada hati yang kau jaga."

"Pagi," sapa Chenle seraya menuruni tangga di kediamannya, menebar senyuman manis yang justru membuat Jaehyun mual

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pagi," sapa Chenle seraya menuruni tangga di kediamannya, menebar senyuman manis yang justru membuat Jaehyun mual. "Gak usah senyum, jelek." hardik sang kakak membuat Chenle berdecak sebal, tangannya meraih roti selai stroberi diatas meja makan, kemudian melahapnya.

Tin! Tin!

Chenle mengerjapkan netra bingung, kegiatan mengunyah rotinya harus terhenti akibat suara klakson motor di depan rumahnya. "Ma, siapa itu?" tanya Chenle. "Gak tau," sahut Erika yang sedang berada di dapur.

"Bang, cemceman lo ya?"

"Idih,"

Chenle tertawa jenaka begitu mendapat reaksi geli yang ditunjukkan oleh Jaehyun, kakaknya itu selalu memiliki seribu satu cara untuk mengekspresikan perasaannya--termasuk menggoda senior di kampusnya; Lee Taeyong.

"Cek sana." titah Jaehyun yang dibalas anggukan oleh Chenle, sebelah tangannya memegangi roti selai stroberi, sedangkan sebelah tangannya lagi memutar knop pintu masuk rumah.

"Pagi,"

"Uhuk! Uhuk!"

Chenle tersedak roti yang tengah dikunyahnya saat melihat sesosok Jeno di depan rumah lengkap dengan motor sport beserta helm full face nya. "Lah kok keselek?" tanya Jeno diiringi kekehan, matanya bagaikan bulan sabit dibalik helm tersebut.

"Kakak kok jemput?!"

"Gak boleh? Pulang nih,"

"Eh, jangan, jangan!" Chenle mengerucutkan bibirnya sebal, mengundang tawa mengalun indah milik Jeno; tanda lelaki tampan itu puas menggoda lelaki manis dihadapannya itu.

"Ambil tas lo sana, berangkat bareng kuy." ajak Jeno yang dibalas anggukan mantap oleh Chenle, lelaki manis itu segera kembali ke dalam untuk mengambil tas, tak lupa untuk berpamitan, kemudian segera menghampiri Jeno yang berada di halaman rumah.

"Udah,"

"Eh, bentar." sebuah helm menempel sempurna pada kepala Chenle, membuat seketika lelaki manis itu membelalakkan mata tatkala merasakan deru nafas Jeno menyapu wajahnya perlahan. "K-kak," cicitnya begitu merasakan jarak keduanya sangat dekat.

Jeno terkekeh, memandang wajah Chenle yang kini bagaikan musim semi bunga Sakura. "Naik, berangkat." titah Jeno membuyarkan pemikiran Chenle, segera saja lelaki manis itu mengangguk kemudian duduk di jok belakang motor sport milik Jeno.

"Yah, telat." keluh seseorang yang ternyata sedari tadi menyaksikan interaksi keduanya, jemari jenjangnya mengetuk-ngetuk kaca spion motor sportnya seraya sebelah tangannya mengecek notifikasi WhatsApp pada ponselnya.

Ketaksaan | ChensungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang