Round 1

13 1 0
                                    

"Kenapa aku juga ikut-ikutan?" Sera menggaruk kepalanya.

Ar bersiul seperti tidak mengetahui apa yang terjadi. Sera mencengkram kerah Ar, hampir saja tudungnya terlepas jika Ar tidak segera menahannya.

"Hei, hati-hati, dong!" Seru Ar sedikit panik. Saat ini di dalam Colosseum sangat ramai oleh pengunjung.

Sera menggembungkan pipinya. "Kamu sendiri tahu kelemahanku! Kalau terjadi apa-apa, aku tidak mau tahu dan kamu yang harus bertanggung jawab!"

"Salahkan saja Erina!"

"Tapi kamu yang menyetujuinya!"

"Hari ini sepertinya Pangeran Grerory akan ikut andil menjadi salah satu petarung!"

"Benarkah?! Dia satu-satunya petarung termuda dan baru kalah satu kali dalam pertandingan melawan seratus petarung dalam dua tahun ini! Aku tidak sabar!"

Percakapan yang entah dari mana kemudian masuk ke telinga Sera membuatnya merinding. "Selamat tinggal masa depan!"

"Ayolah, dia ikut? Lain kali aku akan membuat peraturan dilarang keras mengizinkan anak di bawah umur mengikuti pertarungan seperti ini!" Ucap Ar dengan kesal.

"Eh, kalian dengar? Katanya Ratu, Putri, dan Pangeran Ray ikut menonton!" Suara itu masuk begitu saja ke telinga dari penonton-penonton yang berbisik.

Kali ini Ar terdiam dan meneguk ludahnya yang sepertinya tersangkut. Sera sadar akan hal itu dan mendekatkan dirinya ke arah Ar.

"Hm, lihat siapa yang akan tamat? Seperti pedang bermata dua untukmu, kan?"

"Diam kamu!"

"Eh?" Sera menjauh dari Ar dan terkekeh sendiri. Saat-saat seperti ini sangat menyenangkan menggoda pemuda itu.

"Oh, sepertinya mereka sudah tiba." Sera melihat ke belakang. "Ah, sepertinya nasibmu buruk sekali. Mereka duduk di kursi paling belakang satu baris dengan kita. Hm, tidak...sepertinya sekarang mereka pindah," Sera menggantungkan kalimatnya.

Kembali mendekati Ar, ia berbicara pelan sekali nyaris berbisik. "tepat di belakang kita."

"Apa?!" Suara Ar tertahan. Tidak berani menoleh ke belakang. Ia sendiri merasakan aura keluarganya. Itu salah satu kemampuannya, tapi bukan ability.

Zeff yang duduk di sebelah kanan Ar menolehkan kepalanya sedikit ke belakang. Melirik takut-takut. "Ar! Bagaimana ini?!"

"Kenapa malah tanya padaku?! Di mana Ryo dan Asra? Bukankah mereka tadi di sini?"

"Mereka...entahlah."

Situasi menjadi gawat. Sepertinya mereka tidak bisa menikmati pertandingan dengan hati tenang hari ini.

Sera awalnya biasa saja. Namun beberapa saat kemudian ia ingat satu hal. "Tunggu, tunggu, tunggu! Putri Aira sudah pernah bertemu denganku di pantai waktu itu. Yah, meskipun hanya melirikku kemudian lari karena, Ar. Tapi tetap saja kalau karena aku penyamaran Ar terbongkar...aduh bagaimana ini?!"

Sera berkeringat dingin. Terpaku kaku melihat arena yang sudah diisi satu orang--pembawa acara--yang menyambut pengunjung.

"Kami ucapkan selamat datang untuk Anda sekalian terutama Yang Mulia Ratu, Putri Aira, dan Pangeran Ray!"

Di tengah-tengah tepukan tangan dan suara meriah, Ar berbisik pada Sera. "Kenapa malah kamu yang berkeringat dingin? Seharusnya aku!"

"Kamu tidak ingat saat di pantai?" Suara Sera bergetar. Takut sebenarnya untuk mengeluarkan suara dan bercerita kembali tentang pantai waktu itu.

әлем•älem•earthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang