Prince of Seilyros

16 1 0
                                    

"Berduel denganku."

"Dengan senang hati!"

---------------°°

Sang komentator memperbaiki pakaiannya. Ia berdeham. "Wow, wow, apa ini?! Seorang pahlawan melawan penjahat!" Seruannya kembali terdengar dari pengeras suara.

Tidak ada sorakan di sini. Mereka semua diam dalam ketegangan. Melanggar peraturan yang sudah dibuat sama saja sudah menghina pemimpin mereka. Meski menyukai pertarungan, mereka masih setia pada Raja dan Ratu.

"Karena terdapat pelanggaran saya mengizinkan pertarungan di dalam arena! Para pemenang babak satu dimohon keluar arena. Yang terluka segera pergi ke ruang medis!"

"Erina, apa yang dilakukannya?! Dasar ceroboh! Ar!" Teriak Sera.

Ar sekarang berada di satu arena dengan Sera. Dia mendekati Sera. "Obati lukamu, Sera."

"Bagaimana kamu bisa ceroboh begitu, Ar!" Seru Sera. Dia menahan lengannya.

"Pergilah, Sera." Suara pemuda itu masih tenang.

"Apa yang akan terjadi denganmu nanti, Ar?" Lirih Sera.

"Aku akan baik-baik saja."

Sera hanya menghela nafas lalu mengangguk. Ditemani Erina yang juga sedikit terluka, Sera pergi ke ruang pengobatan. Pemenang babak satu juga pergi meninggalkan arena beserta Ar dan Quixote.

"Pengawal Anda keren juga, Pangeran Zeff." Puji Rox.

Zeff tersenyum kikuk. Akhirnya dia memutuskan berbohong untuk waktu yang lama. "Tentu saja, pemuda itu adalah salah satu prajurit terbaik yanh kami punya. Kalian akan terkejut melihat kehebatannya."

Rox menganggukkan kepalanya seraya tersenyum melihat Ar. Jika saja muridnya seperti itu, maka dia akan menjadi Raja yang kuat di masa depan. Sayangnya yang Rox ketahui adalah Ar, seorang pengawal pribadi pangeran Zeff.

Drama hanya berlaku singkat. Aira melihat pemuda berjubah di arena. Dia sudah mengerti. Rahasia Ar terbongkar oleh Aira. Aira kenal suara yang terdengar jelas melalui pengeras suara. Aira tetap diam, meski sudah tahu siapa orang dibalik jubah itu.

"Kamu pasti sudah tahu, Aira." Ucap Zeff sedikit berbisik. Zeff sudah pasrah. Sejak Ar melesatkan tubuhnya untuk mencegah Quixote melakukan hal yang aneh-aneh pada komentator, Zeff tahu kalau Ar membuat skenario baru.

Rox yang memiliki pendengaran yang tajam sedikit kebingungan dengan kata-kata Zeff. Meski begitu dia tetap diam, tidak bertanya lagi. Rox yang sedikit curiga mengubah isi kepalanya, bahwa yang Aira ketahui adalah kekuatan hebat pengawal Pangeran Zeff. Ya, hanya sebatas itu. Ar hanya seorang pengawal pribadi yang memiliki kekuatan untuk berperang, pemuda baik hati, bijaksana, dan pintar menghadapi situasi. Hanya seorang pengawal yang memiliki pendirian terhadap prinsipnya. Itu saja.

Lexray melihat Ar dengan wajah kagum. "Kakak benar-benar keren! Sudah begitu kakak sangat tampan. Mengalahkan ketampanan Ayah! Sungguh Lexy tidak bohong!" Beberapa detik kemudian dia menutup mulutnya dengan kedua tangan.

"Apa Lexy sudah lihat wajahnya? Apa memang setampan itu?" Dibalik ketegangannya, Rox tersenyum lembut pada Lexray.

Lexray membuka mulutnya. Dia mengangguk. Baginya, Ar sudah seperti idola sekarang.  "Mata biru cerahnya seperti langit!" Ia kembali menutup mulutnya dengan kedua tangan, matanya melotot. "Ah, kakak maaf! Lexy keceplosan!" Batin bocah itu.

"Begitukah? Apa tampannya melebihi Ayahmu?" Tanya Rox lagi. Masih dengan tangan yang menutup mulut, Lexray mengangguk pada awalnya lalu melotot dan menggeleng dengan cepat.

әлем•älem•earthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang