◊ Cendrillon ◊ [ZenPan]

330 13 12
                                    

Song : Cendrillon
By : Dios/Signal-P ft Hatsune Miku & KAITO
.
.
.
.
.
Suara tapak kuda yang menarik kereta terdengar memecah keheningan malam musim dingin.

Sepasang netra gelap milik seseorang yang tengah berbalut jas yang senada bulan rembulan penuh,sebelum pada akhirnya perlahan terbuka dan menyorot dingin bilah perak yang tengah berada dalam genggaman telapak tangannya,beserta secarik kertas lusuh yang bertuliskan sebaris nama.

...

Antusiasme para aristokrat yang wajah tertutup oleh bermacam macam topeng unik sedari tadi berseliweran belum terlihat padam.

Berbeda dengan Zen yang sekarang menatap mereka tatapan jenuh.pesta yang telah berlangsung selama hampir lima jam ini sangat melelahkan.

Terlebih ia yang menjadi tuan rumah harus menyambut setiap tamu undangan dan terpaksa selalu mengulas senyum yang beramah
tamah.

Sebab berbagai kolega dan aliansi darinya datang memenuhi undangan, sehingga mau tidak mau ia harus melakukannya agar menjadi sosok tuan rumah yang baik.

Manik dibalik lensa bening menyapu lantai dansa.tidak ada yang menarik, Hanya sekumpulan para bangsawan yang tengah bersenang-senang di tengah hiruk pikuknya acara.

Rintik hujan salju sedikit demi sedikit mulai menutupi hamparan permadani hijau,dan serpihan putih berbinar yang menari-nari menghiasi langit kelam.

Pandangan pemuda tersebut seketika terhenti,terpaku pada figur asing yang baru saja masuk ke dalam ruangan dengan langkah setenang air.

Dengan jas panjang yang indah menyapu lantai dan telapak kaki yang ditutupi oleh sepatu kaca berkelip tertimpa cahaya,ia sukses mencuri seluruh atensi dari tiap individu disana,tak terkecuali dengan Zen sendiri.

Sang dara sepertinya tak terlihat terganggu olehnya,terlihat dari fitur yang sama sekali belum mengekspos kegelisahan maupun secercah ekspresi sedikitpun,raut wajah setenang bentangan laut dalam.

Begitu dipenuhi daya tarik,sehingga banyak yang terlena namun kemudian tenggelam dalam pesona miliknya.

Zen menemukan dirinya menyelami kedua netra ketika mereka beradu pandang dengan miliknya.

Tenggorokannya terasa tercekat. sungguh menawan,tapi dingin. Mereka tidak dipenuhi oleh berbagai emosi,berbanding terbalik dengan miliknya yang bersinar berseri-seri, tapi tetap saja begitu menghipnotis.

Tanpa digerakkan komando,dirinya secara otomatis berjalan mendekat ke arah sosok pemeta teka-teki yang berada di lantai dansa.

Memangkas jarak di antara mereka seiring waktu berjalan,dengan tanpa meninggalkan pandangan dari paras eloknya.

Lantunan musik klasik dan suara kobaran api perapian terserap oleh neuron-neuron,akan tetapi tidak dengan keriuhan dari para undangan yang mengelilingi mereka tengah menatap dalam diam.
Namun,Zen tidak peduli.

Berdiri tegap dihadapan sang lelaki, tanpa aba-aba tangannya terulur
menawarkannya sebuah dansa yang ia simpan entah untuk kapan (dan siapa).

Zen berhedem sambil mengukir senyum khas miliknya,sebelum menyuarakan intensi pada sang dara. "Maaf,bolehkah aku memiliki kehormatan untuk berdansa denganmu?"

Satu detik,dua detik,tiga detik.

Sekelumit kekhawatiran muncul ketika ia yang berada dihadapannya sama sekali belum tergerak untuk melakukan apapun.detik demi detik terasa berlalu dengan lama dikarenakan keheningan yang menyesakkan ini.

The BroTALETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang