Setelah makan malam, Keysha kembali naik untuk memeriksa pesan group, katanya nilai olimpiade keluar malam ini.
Dia lebih dulu menyalakan lampu belajar, lalu menarik kursi, kemudian duduk. Ponselnya sudah ada di atas meja dengan posisi menyala, tanda ada pesan yang baru masuk. Ketika dibuka, ada beberapa nama muncul di sana. Paling atas ada Brilian dengan sederet pesan, lalu group olimpiade, dan berikutnya adalah Rizal.
Keysha menarik layar ke atas, membuka kunci. Begitu masuk aplikasi pesan, dia langsung mengunjungi group chat. Sebuah pdf sudah dibagi, berisi urutan juara dari olimpade sains yang mereka ikuti. Di bawahnya ada pdf lain berisi rincian nilai masing-masing mata pelajaran yang mereka ikuti.
Runner up.
Poin tertinggi di mapel Matematika
Terendah di mapel Kimia
Keysha membaca rincian nilai sekali lagi, membandingkan dengan nilai juara 1. Mereka hanya terpaut sedikit angka di mata pelajaran Kimia.
Kimia memang mata pelajaran yang cukup rumit, setidaknya bagi Keysha. Bisa ikut olimpiade di cabang itu saja sudah keren baginya, apalagi bisa mendapat posisi juara.
Keysha mengetik pesan selamat dan syukur seperti yang lain, kemudian keluar dari roomchat itu. Dia berpindah ke chat yang lain, milik Rizal.
Dilihat dari waktu pengiriman pdf nilai, dipastikan Rizal sudah melihatnya. Entah apa yang sedang dia pikirkan sekarang, tapi Keysha rasa Rizal tidak benar-benar puas dengan nilai yang dia dapat.
Keysha segera mengetik pesan singkat dan mengirimnya. Rizal sedang online, tapi dia tidak membaca dan membalas. Cukup lama sampai Keysha mengambil komik dan membacanya untuk mengisi bosan. Walau begitu, ekor matanya terus melirik ke arah ponsel. Masih hening.
Cukup lama, Keysha menyerah. Dia menutup komik lumayan keras, lalu menyambar ponsel. Dibawanya benda itu ke balkon, dia keluar untuk menghirup udara segar. Kebetulan angin tidak terlalu kencang hari ini, udara juga tidak begitu dingin.
Dengan cepat, Keysha membuka informasi nomor telepon Rizal, lalu menekan ikon panggilan. Ketikan bisa dibohongi, Keysha akan menebak mood cowok itu dengan mendengar suaranya.
Begitu panggilan terhubung, Keysha langsung berkata, "Lo makan apa sih sehari-hari?"
Tidak langsung ada jawaban, Keysha mengatup bibir, lalu menggembungkannya. Bola mata bergerak random, menunggu dengan gelisah. Apa Rizal merasa tersinggung dengan pertanyaannya?
Segera, Keysha menambahkan, "Maksud gue, kenapa bisa sepintar ini? Zal, nilai Kimia lo tinggi banget."
Lagi, orang di seberang sana diam. Keysha jadi semakin panik. Bukan hanya bola mata yang terus bergerak gelisah, dia juga ikut mondar-mandir di balkon.
"Terima kasih." Suara berat di sana membuat Keysha menghela napas tanpa suara, lega. Tapi hanya itu, kemudian kembali hening.
"Zal?"
"Iya?"
Keysha memilih duduk di bangku, kakinya disilangkan. "Lo lagi apa?"
Jeda diam, tapi tidak terlalu lama. "Ngerjain tugas."
"Apa?"
"Kimia."
"Ooh."
Keysha kehabisan kata, dugaannya salah. Dia sama sekali tidak bisa menebak mood Rizal dengan mendengar suara saja, cowok itu juga pandai mengatur cara bicara. Terdengar tenang dan dalam, justru Keysha kebingungan sendiri harus mencari topik apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keyshara Story [SEGERA TERBIT]✔
Teen FictionKeyshara benci ditinggalkan. Setiap kali berusaha menerima orang baru dalam hidupnya, baik teman maupun keluarga, Keyshara dihantui rasa takut akan kehilangan. Walau begitu ia tetap gadis remaja yang tidak ingin sendiri. Keyshara ingin punya seseora...