Sekolah masih sangat sepi, Rizal berangkat sangat pagi karena dia terbangun lebih awal dari alarm yang dipasangnya. Padahal kemarin Rizal tidur larut, tapi dia terus terbangun beberapa kali sampai akhirnya memutuskan untuk tidak tidur lagi.
Kata-kata Rizka kemarin membebaninya. Rizka yang berkata akan menunggu Rizal seolah sedang menaruh harapan besar padanya, padahal Rizal sendiri tidak yakin apakah bisa lolos di tes itu.
Harusnya Rizal cukup mengabaikan saja, tapi ternyata tidak bisa. Perkataan Rizka seperti tantangan yang berhasil menyulut adrenalin Rizal untuk mencoba mengikuti tes lagi.
Kelas tidak kosong saat Rizal memasukinya, ada seseorang yang berdiri di dekat jendela pojok belakang. Pemandangan ini seperti tidak asing. Tempat yang sama, orang yang sama, hanya waktu yang berbeda.
"Key."
Keysha membuka matanya, lalu menoleh. Dia terkejut beberapa saat melihat siapa yang kini berjalan mendekat. Hari masih sangat pagi, tidak menyangka akan ada orang yang sudah sampai di sekolah.
"Kenapa pagi banget?" tanya Rizal, mendekat dan berdiri di samping Keysha setelah meletakkan ranselnya.
"Kakak gue hari ini ada acara pagi, sekalian bareng berangkatnya. Kebetulan gue bangun kepagian," jawabnya. "Coba lihat, mata gue udah kayak mata panda."
Seperti yang dikatakan Keysha, bagian bawah matanya sedikit lebih gelap tidak seperti biasa. Tatapannya juga sayu, seperti kelelahan.
"Begadang karena apa?"
"Karena kepikiran omongan lo kemarin," jawab Keysha langsung. Dia berputar memunggungi jendela dan bersandar pada tembok, menatap Rizal dengan posisi ini. "Lo suka sama gue?" tanyanya.
Rizal cukup terkejut dengan pertanyaan itu, terlebih Keysha mengajukannya dengan amat santai seolah bukan apa-apa. Rasanya ada yang terbakar di wajah Rizal, merambat ke bagian telinganya sampai sedikit berkedut. Dia segera berpaling, memalukan kalau Keysha melihatnya salah tingkah seperti ini.
"Iya apa enggak?" tanya Keysha lagi. "Jawaban lo nentuin apa yang mau gue bilang setelah ini."
"Pertanyaan lo aneh, ini masih pagi banget." Rizal bisa kembali menatap Keysha setelah beberapa saat, dia mengulurkan tangan dan menempelkannya di dahi Keysha, memeriksa suhu. "Salah makan?"
"Awas jangan pegang, gue deg-degan," tukas Keysha, menurunkan tangan Rizal.
Jawaban itu malah membuat Rizal tersenyum, berlanjut dengan tawa pelan. "Wajah lo nggak kelihatan kayak orang salah tingkah, Key."
"Oh, ya?" Kebetulan hari ini Keysha menggerai surai cokelatnya, telinga yang memerah itu tertutupi. Tapi untuk membuktikan dia tidak berbohong, Keysha menyelipkan rambutnya ke belakang daun telinga sehingga Rizal bisa melihatnya langsung. "Lihat?"
Rizal tidak bisa berkata-kata, telinga Keysha memang memerah sama seperti ketika dia malu atau marah. Sekarang Keysha sedang tidak marah, jadi kemungkinan telinganya memerah karena malu atau salah tingkah.
"Lo serius nggak bisa tidur karena itu?"
Keysha mengangguk. Sampai-sampai Rizal keheranan karena dia menjawab dengan sangat santai. Dia malu, tapi ekspresinya biasa saja. Padahal Rizal kira cewek akan menutup wajah dan mengelak ketika sedang salah tingkah. Apa Keysha tidak tahu cara salah tingkah yang benar?
"Ayo ngomong lagi, jangan ngelihatin gue doang. Zal, malu tau." Keysha mengalihkan pandangan random, lalu menangkup pipi. "Jangan ketawa."
Terlambat, Rizal sudah tertawa dan semakin lepas karena Keysha mengatakannya. Walau tidak seperti yang Rizal kira, cara Keysha salah tingkah terlihat lucu di matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keyshara Story [SEGERA TERBIT]✔
Teen FictionKeyshara benci ditinggalkan. Setiap kali berusaha menerima orang baru dalam hidupnya, baik teman maupun keluarga, Keyshara dihantui rasa takut akan kehilangan. Walau begitu ia tetap gadis remaja yang tidak ingin sendiri. Keyshara ingin punya seseora...