Saat keluar dari bilik toilet, Keysha melihat Gita sedang mencuci tangan di wastafel. Gita dan Levya akhirnya dihukum membersihkan perpustakaan dan lab komputer selama dua hari dan mendapat surat panggilan orang tua. Walau bagi Keysha itu terlalu ringan, tapi setidaknya cukup adil untuk anak-anak yang lain.
"Puas lo sekarang?" Gita menatap Keysha melalui cermin.
"Tentu."
Rahang Gita mengeras, dia berbalik dan menatap Keysha langsung. "Lo kenapa sih ikut campur mulu urusan orang? Kurang kerjaan banget, ya?"
"Ini kerjaan gue, lo lupa gue anggota PKS?"
"Alasan! Lo ngelakuin ini karena nggak terima Bela pindah sekolah, kan?"
Keysha benar-benar tidak bermaksud seperti itu, tapi bohong jika bilang dia tidak curiga pada Gita atas kepindahan Bela yang tiba-tiba.
"Lo aneh banget ya? Harusnya lo itu berterima kasih karena gue udah bikin dia pergi. Emangnya lo nggak takut bakal dicelakai lagi sama dia?"
"Loh, bukan seharusnya gue takut karena lo masih di sini ya?"
Gita benar-benar benci Keysha, sejak dulu. Dia selalu sombong dan merasa tinggi. Padahal dia tidak punya teman tapi sok berani dan merasa tidak butuh siapa-siapa.
Tapi bukan Gita kalau tidak punya cara untuk membalas, dia tersenyum miring. "Ah, lo lupa semua ya? Bukan pura-pura lupa, tapi ingatan lo emang hilang setelah jatuh dari tangga sekolah?"
Ekspresi tenang Keysha berubah, jelas dari raut wajahnya kalau dia terganggu Gita mengungkit masalah itu. Perubahannya terlalu jelas, Gita merasa puas karena berhasil mengusik ketenangan Keysha.
"Kalau gitu biar gue kasih tau." Gita mendekat lalu berbisik di samping telinga Keysha. "Lo harus tau kalau orang yang nyebarin penyakit lo dan bikin lo dikucilin sama anak-anak di sekolah adalah Bela. Dia yang bilang kalau lo vampir."
Bola mata Keysha melebar, jantungnya juga seperti berhenti sedetik. Pandangan matanya kosong ke arah pintu toilet yang tertutup rapat, ucapan Gita menggema di kepalanya seperti suara yang menggaung aneh di lorong panjang gedung kosong.
Pemandangan pintu dan toilet berubah sangat cepat, Keysha melihat jelas koridor lantai dua gedung sekolah yang familier untuknya. Ini gedung SMP-nya yang dulu, seragam sekolah biru putih, juga tatapan menyudutkan dari semua pasang mata mengiringi langkahnya menuju kelas.
Tahun kedua SMP terasa seperti neraka untuk Keysha, entah sejak kapan mereka mulai memanggilnya dengan julukan vampir. Padahal saat awal masuk, tidak ada yang mempermasalahkan ketika Keysha tidak ikut kegiatan di bawah matahari karena tubuhnya yang lemah.
Kalimat-kalimat menyakitkan mulai menjadi santapan Keysha setiap hari, tidak peduli laki-laki maupun perempuan, mereka sama saja.
Hari itu sekolah selesai lebih cepat tapi Keysha tidak bisa pulang dulu, dia ditahan untuk mengerjakan setumpuk tugas dari Gita dan teman-temannya. Di antara mereka ada juga Bela.
Keysha muak. Mereka meminta tolong tapi terus mengatainya secara terang-terangan. Dia ingin memberontak dan pergi, tapi mereka tentu tidak akan melepasnya dengan mudah. Keysha memberontak untuk dilepaskan, tapi tidak pernah berhasil karena kalah jumlah dan tenaga. Sampai akhirnya di ujung tangga, mereka justru melepaskan Keysha.
Kepala Keysha seperti dihantam benda tumpul, dia meringis dan langsung duduk jongkok. Ingatan itu mulai terputar seperti kaset rusak. Menyakitkan. Rasanya dia ingin pingsan saja.
"Keysha!"
Keysha tidak mendengarnya dengan jelas, tapi dia tahu itu suara Nadinne. Tidak lama seseorang datang menahan tubuhnya yang limbung dan tidak sadarkan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keyshara Story [SEGERA TERBIT]✔
Fiksi RemajaKeyshara benci ditinggalkan. Setiap kali berusaha menerima orang baru dalam hidupnya, baik teman maupun keluarga, Keyshara dihantui rasa takut akan kehilangan. Walau begitu ia tetap gadis remaja yang tidak ingin sendiri. Keyshara ingin punya seseora...