BAB 22

1.4K 64 8
                                    

Pagi yang cerah membangunkan Fira yang tengah tertidur pulas di suatu pesantren. Ya, kemarin Fira diajak oleh salah satu ustazah pesantren untuk menginap di pesantren yang dia tempati. Almira, itu nama ustazah tersebut yang kini tengah disibukkan dengan persiapan pengajian bulanan pesantren tersebut.

“Maaf, sepertinya kau sedang sibuk,” ucap Fira kepada ustazah Almira.

“Ya, aku memang tengah bersiap-siap untuk pengajian bulanan. Apakah kau bisa membantunya?” tanya Ustazah Almira.

“Boleh, apa yang harus saya lakukan?” tanya Fira kembali.

“Di luar sana masih banyak tikar yang belum digelar, kau bisa menggelarnya bersama santriwati lainnya. Oh ya sebelum keluar kamu bisa menggunakan ini,” kata Ustazah sambil menyodorkan gamis lengkap dengan jilbabnya.

“Apakah saya harus memakainya?” tanya Fira yang sepertinya masih enggan memakainya.

“Harus, karena ini adalah pesantren dan semua wanita wajib menutup auratnya,” jelas ustazah Almira.
“Baiklah aku akan memakainya,” ucap Fira yang segera memakai gamis dan jilbab tersebut.

Setelah mengenakan pakaiannya yang terlihat syar’I, Fira pun bergegas membuntuti ustazah Almira untuk menuju tempat pengajian. Setibanya disana Fira banyak dilihat oleh para santriwati yang merasa asing dengan kedatangan Fira.

“Perkenalkan ini teman ustazah, dia bernama Fira dan kalian boleh panggil dia Kak Fira,” ujar Ustazah Almira yang sedang memperkenalkan Fira.

“Hai Kak Fira,” ucap para santriwati bersamaan.

“Ha..hai,” ujar Fira sambil melambaikan tangannya dengan ragu.

“Kak Fira akan tinggal disini untuk sementara waktu, ustazah harap kalian semua bisa menerimanya.”

“Fira, sekarang kamu bisa membantu mereka, aku akan ke dapur dulu untuk mengecek konsumsinya,” lanjut ustazah kepada Fira yang dijawab dengan anggukan.

Kini Fira berada di kerumunan santriwati yang tengah menggelar tikar untuk pengajian. Disini Fira banyak mendapat pujian akan kecantikannya. Karena memang Fira sangatlah cantik menggunakan gamis putih yang dipadukan hijab maroon.

“Kakak kok bisa cantik sih,” ucap salah satu santriwati yang umurnya mungkin sekitar 10 tahun.

“Kamu bisa aja deh, kamu juga gak kalah cantik kok,” Fira memuji gadis cilik tersebut.

“Oh ya kakak darimana? Kok bisa ada disini?” tanya anak tersebut penasaran.

“Kakak dari Kota, kakak ke sini mau belajar agama.”

“Ooo… gitu.”

***

Fahri dibuat frustasi karena kepergian istrinya tersebut. Dia tak bisa tidur semalaman hanya karena memikirkan keadaan istrinya. Apakah dia baik-baik saja di luar sana? Dimana kah dia akan tidur? Semua pikiran tersebut terus melayang-layang dikepala Fahri. Namun seketika terbesit dipikiran Fahri, kenapa dia tidak menelpon istrinya tersebut. Tanpa aba-aba Fahri pun segera menelpon Fira. Namun setelah beberapa kali dia mencoba menelfon Fira, Fira pun tak kunjung mengangkatnya. Hanya ada suara operator yang mengatakan “Maaf nomor yang anda hubungi sedang tidak aktif”

“Arrggh, kamu kemana sih Fir,” Fahri tampak amat kacau. Dia bingung harus gimana lagi.

Karena pikiran Fahri sudah buntu, Fahri pun menelpon Rani untuk menanyakan apakah orang surhannya sudah memeberikan kabar tentang Fira.

“Asalamualaikum Ran. Gimana udah ada kabar belum?” ujar Fahri yang tampak amat cemas.

“Walaikumsalam, belum ada kabar sih Fa. Coba lo tanya ke mamahnya Fira, mungkin dia tahu dimana Fira pergi kalo ada masalah,” Rani mencoba menebak.

Sholeh Dan Calon Sholehah (SLOW UP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang