—Setiap malam aku bermimpi, di dalam mimpi itu aku dipertemukan dengannya kembali. Dan aku sendiri mengharapkan pertemuan itu.—
Para siswa berhamburan keluar kelas seraya merenggangkan tangan mereka, usai pelajaran fisika yang dipenuhi rumus-rumus tadi. Michel berjalan bersama Vey menuju kantin, mereka satu sama lain tak tahu apa yang harus diperbincangkan.
"Chel,"
"Vey," serempak mereka memanggil satu sama lain.
"Lo duluan," ucap Michelle mengalah.
"Nggak lo duluan aja," Vey mempersilahkan Michel untuk berbicara duluan,Michelle mengangguk mengiyakan.
"Lo kenapa nggak sekolah di Filipina aja?" tanya Michel langsung pada intinya, tangan Vey menggaruk kepalanya yang jelas- jelas tidak gatal, sepertinya ia tidak tau kalimat apa yang tepat untuk menjawab pertanyaan Michel.
"Ya..., nggak apa-apa sih.Bedanya apa sama aja kan." kepala Vey menunduk setelah menjawab pertanyaan Michel seakan menyembunyikan sesuatu yang tak boleh ketahui dunia.
"Tapi...,"
"Itu Felic, yuk duduk" Vey mengalihkan topik pembicaraan ketika melihat Felic melambaikan tangan, mengisyaratkan agar mereka duduk di sebelahnya sepanjang istirahat terus menundukkan kepalanya sungguh itu membuat Michelle bersalah dengan sendirinya. Felic angkat bicara ia menyadari hal itu Vey biasanya ceria menunduk kan kepalanya yang terlihat berbeda sedangkan Michelle menatap lurus pada Vey seakan ada suatu kesalahan telah ia perbuat.
"Gue udah selesai sekalian bayarin bakmi sama jus jeruk gue ya!" pernyataan Felic membuat dua gadis di hadapannya mengalihkan pandangan ke arahnya.
"GAK!" jawaban mereka membuat Felic terkekeh pelan melihat kelakuan mereka.
"Pokoknya Fel, gue nggak mau bayarin lo udah gue pas-pasan lagi." Michelle memperjelas jawabannya mengingat dompetnya sudah tipis sejak kemarin. Pembicaraan mereka terhenti ketika sebuah pengumuman terdengar dari speaker yang berada di dekat kantin.
"PENGUMUMAN, DIHARAPKAN KEPADA SELURUH SISWA AGAR SEGERA BERKUMPUL DI AULA SEKOLAH UNTUK PEMILIHAN ANGGOTA OSIS BARU."
Yeyy....
Sorakan para senior menggema di seluruh penjuru sekolah, pemilihan anggota OSIS baru yang sudah tertunda dua bulan lalu, sebab keterlambatan perpisahan kelas XII tahun ajaran lalu, akhirnya dilaksanakan. Michel, Vey dan Felic sudah sampai di aula, mereka menggeleng-gelengkan kepala tanda tak mengerti akan kegilaan kakak-kakak kelasnya yang disebabkan pemilihan anggota OSIS baru."Gue kira Kak Devan OSIS yang baru," bisik Vey, masih tak mengira bahwa Kak Devan adalah mantan ketua OSIS.
"Iya, gue kirain juga gitu." timpal Felic.
Michel memilih untuk diam, ia tak suka membicarakan orang lain apalagi mencampuri urusan hidup orang lain. Toh, lagi pula kata pepatah diam adalah emas, bukan?."Eh, anak kelas X juga dipilih jadi anggota OSIS loh!" ucap Aster yang tiba-tiba muncul diantara mereka.
"Widih, keren. Gue pengen banget jadi anggota OSIS dari dulu." Vey mengiyakan perkataan Felic, ia juga menginginkan hal serupa.
"Chel, lo nggak kepengen jadi anggota OSIS gitu?" tanya Aster menghentikan diamnya Michel.
"Nggak ah, ribet." jujur, Michel memang tidak menginginkan hal yang sama seperti teman-temannya. Jawabannya yang singkat nan jelas itu, spontan membuat ketiga manusia di sampingnya mengangguk mengerti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Michella [END]
Teen Fiction[HARAP FOLLOW SEBELUM BACA] tenang bakal difolback kok hihi saat membaca jangan lupa vote! up minimal seminggu sekali jangan ditungguin endingnya, ntar nyesel wkwk Raka dan Michel disatukan oleh sebuah kejadian tak disengaja, hingga perasaan mereka...