About them

2 2 0
                                    

"Mereka yang sama-sama mencari akhirnya bisa saling menemukan."

----------

"Terus?"

Pintu kamar 3 asrama Ben terbuka lebar, Michel memasuki kamar dengan kaus kebesaran, jaket, keduanya milik Nakula. Usai mengucap salam, Michel merebahkan tubuhnya di atas kasur Felic, lantas memejam kedia matanya.

"Dari mana aja lo? Hilang pas mapel kimia, taunya pulang malem. Kalo lo kenapa-napa gimana?"

"Sst, diem deh, gue cape."

"Jawab dulu, Chel."

"Main ama Nakula."

"Ke mana?"

"Timezone, pantai."

"Baju seragam lo?"

"Berisik, ada noh. Jangan tanya apa-apa lagi." Felic menggeleng pelan, meninggalkan Michel terlelap di kasurnya, melanjutkan pembicaraan dengan Vey.

"Gue nggak inget nama lengkapnya, gue ingetnya Dewa, Sadewa. Nah, pas Makul masuk ke Ben, gue kaget dong, namanya sama. Kasian banget dianya, uda depresi di rsj, nggak ada orang tuanya yang bisa selalu support dia. So, i always met him, sekalian jengukin nenek gue juga, gue bawain hotweels biar dia seneng, soalnya kata suster dia kayak balik jadi anak kecil gitu." Vey melanjutkan cerita yang terpotong.

"Ih, kasian banget tuh cowok. Tapi lo yakin itu Nakula?"

"Nggak pasti, Fel. Gue takutnya salah orang. Satu yang paling gue inget, jaketnya dia, mirip kayak yang dipake Michel sekarang, lambangnya sama kayak punya Dewa."

"Lanjut dong ceritanya." pinta Felic penasaran akan Vey, gadis itu memang pintar menyembunyikan banyak hal. Diam-diam Michel mendengar semua cerita Vey. Michel merasa bahwa cerita Vey dan Nakula adalah satu versi yang sama, namun berbeda sudut pandang. Mungkin orang yang selama ini mereka cari sudah mereka temukan. Michel akan membicarakan hal ini pada Nakula nanti.

______________________

Nakula berdiri di depan meja Vey dan Ghea, Vey yang menyadari kehadiran Nakula pura-pura tak melihatnya.

"Vey!" Nakula mengebrak meja Vey.

"Eh, iya?" jawab Vey sedikit terkejut.

"Ikut gue sekarang!"

"Ha? Ke mana? Ngapain?"

"Nggak usah banyak tanya!" Nakula menarik tangan Vey paksa. Vey memperhatikan tangan Nakula yang menariknya keras, tapi sentuhannya lembut, persis seperti tangan Dewa. Vey dibawa ke halaman belakang sekolah, tempat favorit Nakula setelah atap sekolah.

"Gue udah tau semuanya."

"Tau apa?"

"Lo adalah cewe yang gue cari selama ini, dan gue adalah Dewa yang lo cari."

"Maksudnya?"

"Gue cowok depresi di rsj yang lo bawain hotweels."

"Nggak mungkin." Vey masih tak percaya dengan apa yang didengarnya.

"Lo mau bukti? Nih!" Nakula membuka tasnya, menjatuhkan sekitar tiga puluh hotweels, diantaranya ada tiga edisi terbatas yang paling Vey ingat. Vey menatap Nakula tak percaya, ia menemukan Dewanya.

"Lo.. Dewa?"

"Iya, Vey. Gue Dewa."

"Gue nyari lo hampir dua tahun ini."

"Sama. So want to be my girlfriend?" mereka yang sama-sama mencari akhirnya saling menemukan.

"Nggak, ada tembok tinggi yang mungkin nggak bakal bisa kita robohin, Dewa."

Michella [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang