Mulai goyah

169 8 0
                                    

Semenjak pesan masuk dari Bara ke nomor Meldina beberapa hari yang lalu, membuat hubungan mereka jadi semakin dekat. Itupun tantp sepengetahuan Abenta. Meldina sendiri tidak tahu kenapa ia tidak memberitahu Abenta soal kedekatannya dengan Bara yang notabennya teman Abenta. Mungkin karena sikap tidak peduli Abenta yang membuat Meldina berbuat begitu. Toh tidak ada efeknya juga kan kalau seandainya Meldina memberitahu Abenta mengenai Bara yang dekat dengannya? Dilihat dari sifat cuek dan masa bodohnya Abenta, Meldina rasa, Abenta tidak masalah jika ia dekat dengan Bara.

Meldina pun jadi merasa terhibur semenjak Bara hadir di hidupnya. Kadang ia bisa tertawa dan bercanda sepuasnya dengan Bara meski hanya sekedar lewat ponsel. Ia juga jadi tidak terlalu memikirkan hubungannya dengan Abenta yang masih begitu-begitu saja. Tidak ada kemajuan. Tidak prospek kedepannya.

Dan entah sadar atau tidak, perlakuan Bara pada Meldina makin hari makin membuat Meldina nyaman. Seolah Bara bisa memberikan sesuatu yang tidak bisa diberikan oleh Abenta selama ini.

Hingga pada suatu ketika, Bara mengatakan sesuatu yang membuat Meldina mematung di tempatnya. Bara mengungkapkan perasaannya selama ini, bahwa perasaan yang Bara miliki selama ini pada Meldina lebih dari sekedar sahabat. Meldina bingung harus menjawab apa. Disaat ia merasa nyaman akan kehadiran sosok yang menjadi sahabat, nyatanya sosok itu malah menyukainya layaknya cowok ke cewek. Ia sangat menyayangkan jika persahabatan antara ia dan Bara hancur begitu saja jika sampai ia menolak Bara. Namun jika ia menerim Bara, ia akan menyakiti Abenta. Bahkan ia juga akan menghancurkan pertemanan antara Abenta dan Bara. Lagipula ia masih bimbang dengan perasaannya sendiri. Ia mencintai Abenta. Tapi ia juga tidak bisa menjauhi Bara. Karena dua orang tersebut melengkapi hidupnya dengan porsi mereka masing-masing.

Pada akhirnya dengan perlahan, Meldina menolak perasaan Bara tanpa berniat menyakiti. Bara terlihat kecewa. Tapi Meldina bisa apa?

Tapi meski sudah ditolak, Bara tetap saja tidak menyerah. Meldina masih saja menerima perhatian dari Bara. Kadangkala Bara muncul didepan sambil membawakan makanan untuknya. Ia sampai risih harus selalu menolak. Bahkan kadang Bara memaksa Meldina mengantAr dirinya pulang dari sekolah. Dan yang dilakukan Meldina adalah mengiyakan, karena ia tidak mau jika harus melihat wajah kecewa Bara. Sehingga berkali-kali ia merasa membohongi Abenta. Sungguh ia merasa sangat bersalah pada Abenta. Tapi salahkan saja pada sikap Meldina yang tidak bisa tegas.

Dan perasaan bersalah Meldina pada Abenta makin menumpuk saat Bara mengajak Meldina bertemu di rumah salah satu sahabat Bara yang kebetulan teman satu kelas Meldina, Susi.

Di rumah Susi, ia mendapatkan satu fakta baru mengenai Abenta. Abenta pernah menyukai adik Susi, tapi Abenta di tolak.

Meldina dan Bara duduk di ruang tamu milik Susi, sedangkan Susi sendiri berada di teras bersama tetangganya. Katanya, dia ingin memberikan privasi untuk Meldina dan Bara untuk bicara berdua.

Tapi diantara Meldina dan Bara tidak ada obrolan yang berarti. Hanya sedikit candaan dan lelucon garing. Dan candaan serta lelucon itu berubah menjadi hal yang menegangkan tatkala Bara berusaha mencium bibir Meldina. Untung Meldina segera menghindar, sehingga hanya pipi Meldina yang berhasil dicium oleh Bara.

Setelah itu keadaan menjadi sangat canggung. Dan Meldina memutuskan untuk meminta Bara mengantarnya pulang. Tanpa banyak berbicara Bara mengantarkan Meldina. Mereka melalui perjalanan dengan keheningan.

"Bar, ini semua salah," terang Meldina suatu ketika ia mengajak bertemu Bara dua hari setelah kejadian canggung itu.

"Apanya yang salah Mel? Gue sayang sama lo. Dan sepertinya gue merasa kalo lo juga membalas perasaan gue. Jadi bagian mananya yang salah?" Tanya Bara dengan frustasi.

Mereka kini tengah duduk di belakang sekolah Meldina yang sudah sepi.

"Lo masih tanya bagian mana yang salah Bar?! Gue udah punya cowok! Dan cowok gue itu temen lo sendiri. Gua ga mau bikin pertemanan kalian rusak!!" Teriak Meldina kesal.

"Gue ga peduli Mel. Gue ga peduli sama hubungan pertemanan gue. Yang jelas gue sayang sama lo, dan gue mau lo jadi cewek gue!" Balas Bara.

"Lo gila!! Sinting lo Bar!"

"Emang gue gila! Gue sinting. Tapi ini semua karena lo. Gue udah ga bisa nahan perasaan gue ini Mel, tolong lo ngertiin gue kali ini. Please Mel," ungkap Bara, kali ini nada suaranya lebih lemah.

Tampang Bara sungguh terlihat iba di mata Meldina. Dan ia tidak sanggup melihat wajah mengiba tersebut lebih lama lagi. Meldina harus memutuskan sesuatu. Keputusan yang akan menyudahi semua kegilaan ini.

"Maaf Bar, gue tetap ga bisa. Gue emang sayang sama lo. Tapi gue cinta sama Abenta," ucap Meldina lirih.

Bara menatap Meldina tak percaya. Ia ditolak lagi. Sekian lama ia menebalkan muka dan menguatkan perasaannya demi untuk memperjuangkan Meldina. Namun selalu penolakan yang ia terima. Kenapa kisah percintaanny tidak pernah mulus? Apakah ia salah jika ia mencintai Meldina? Ia tahu dengan jelas bahwa Meldina memiliki Abenta disisi cewek tersebut, tapi haruskan ia menyalahkan cintanya yang pada akhirnya melabuhkan cinta pada hati seorang Meldina?

"Tapi Abenta ga pernah peduli sama lo Mel. Dia ga pernah memberikan perhatian layaknya seorang cowok pada kekasihnya. Dia terlalu cuek buat lo Mel."

"Gue tahu. Dan gue merasa bodoh akan hal itu. Kenapa gue masih berkeras bertahan disisinya dengan segala sifat ga pedulinya dia sama gue."

"Dan harusnya lo lebih memilih gue daripada dia Mel."

"Ini bukan soal memilih siapa Bar. Tapi hati gue udah gue kasih sepenuhnya buat dia. Ga ada tempat lagi di hati gue selain dia."

"Bahkan gue?"

"Iya, bahkan lo."

Meldina dan Bara sama-sama terdiam. Sibuk dengan pikiran dan perasaan mereka masing-masing.

"Bar, gue sayang sama lo tapi hubungan kita ga bisa lebih dari sahabat. Maaf karena mungkin selama ini gue seolah memberikan harapan ke lo. Gue emang cewek jahat."

Bara masih diam. Tidak harus berkata apa. Ia menghela nafas panjang. Dadanya sesak. Sesak menahan perasaannya.

"Ga Mel, lo ga jahat. Gue yang salah disini. Ga seharusnya gue menaruh perasaan pada orang yang jelas udah punya kekasih. Maafin gue Mel karen udah paksa lo. Gue tahu lo cinta banget sama Abenta.

" Gue akan berusaha merelakan perasaan gue ini Mel, demi kebahagiaan lo. Gue akan berusaha melupakan lo meski itu terasa mustahil. Semoga lo bahagia sama Abenta," lirih Bara sambil beranjak meninggalkan Meldina.

Meldina menahan tangan Bara.

"Gue minta maaf Bar."

"Ga ada yang perlu di maafkan Mel."

Meldina diam begitupun dengan Bara.

"Mel, bolehkah gue cium lo untuk terakhir kalinya?"

Meldina diam. Tidak tahu harus menjawab apa. Ia merasa akan semakin merasa bersalah pada Abenta jika membiarkan Bara melakukan itu. Tapi jika ia menolak, ia akan kembali menyakiti Bara. Ia bingung.

Ditengah rasa bingungnya, Meldina merasakan benda kenyal dan hangat yang menempel di keningnya. Meldina terkesiap. Ia tidak sadar jika Bara sudah mencium keningnya. Ia langsung berpaling.

Perasaan bara sakit. Sesak. Terluka. Bahkan Meldina menolak permintaan terakhirnya. Ia tidak ingin membebani cewek yang ia cintai lebih jauh lagi. Biarlah ia saja yang terluka karena pada dasarnya ia yang memulai semua kerumitan ini.

"Take care Mel," bisik Bara sebelum ia benar-benar pergi meninggalkan Meldina yang masih memalingkan muka.

Bara mengepalkan tangannya. Berusaha menahan rasa sakit yang menjalar di hatinya. Semua sudah berakhir. Untuknya. Untuk Meldina.

Tbc

PUPUS (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang