Sejak classmeeting beberapa waktu yang lalu, Lea tidak pernah lagi menyinggung soal tetangganya itu. Meldina pun juga sudah lupa. Namun hari ini, ketika bel istirahat kedua berbunyi, Meldina, Lea, Dewi, Ratna dan Maura nongkrong di depan kelas seperti biasanya kalau mereka sedang absen dari kantin. Diikuti dengan siswa siswi lainnya untuk sekedar mencari udara segar setelah pengap mengikuti pelajaran di kelas.
"Eh Mel, lo masih inget sama tetangga yang pernah gue tunjukin ke lo waktu classmeeting dulu kan?"
"Tetangga lo yang mana Le?" Dewi menyahut sebelum ia menyopot makanan ringan dari tangan Ratna.
"Iya Le, emang kenapa sama tetangga lo?" Timpal Maura.
"Kalian ga tau apa - apa diem kek. Gue tanya sama Meldi tau."
"Oh tetangga yang sekaligus saudara itu ya Le?" Tanya Meldi.
"He'em."
"Namanya siapa Le?"
"Abenta Putra Mulia."
"Keren juga namanya. Orangnya cakep ga?" Tanya Ratna.
"Wah jangan salah. Orangnya cakep, manis juga kali. Kalian pasti langsung kepincut."
"Ah, emang secakep apa sih?" Masih cakepan oppa - oppa di Korea kali," jawab Meldi asal.
"Ah Korea mulu di pikiran lo mah. Lama - lama sinting lo," ejek Lea.
"Tuh dengerin Mel, jangan jadi sinting gara - gara oppa," tambah Ratna.
"Ah lo juga Rat sama Maura. Kalian bertiga pada ga waras, masa oppa model kaya gitu aja di gandrungi," celetuk Lea sambil menunjuk satu - satu ke arah Meldina, Ratna dan Maura. Mereka bertiga memang penggemar berat ala - ala Korea termasuk Kpop, Kdrama dan segala hal berbau khas dari negeri Ginseng tersebut. Tak heran kalau kadang kelas terlihat riuh karena ulah mereka bertiga yang suka histeris jika mendengar atau melihat berita tentang idola mereka masing - masing.
Sedangkan Lea, tidak menyukai semua hal berbau Korea. Bukannya ia benci, ia hanya tidak suka. Jelas beda dong maknanya. Kalau Dewi lebih ke arah netral.
"Oke Le, lanjutin soal Abenta tadi,"ujar Meldi yang terlihat masih penasaran.
"Oke. Namanya Abenta Putra Mulia. Panggilannya Ata. Kalo temen - temennya kadang suka manggil Beta atau kadang diplesetin jadi Bento. Dia anak SMK Pradana jurusan otomotif seangkatan sama kita lah. Orangnya pendiem dan cuek apalagi sama cewek. Dia suka salting kalo deket cewek. Tapi kalo udah ngumpul sama temen - temennya, dia suka bercanda ga jelas. Meskipun kadang ia jadi bahan bercandaan teman - temannya. Dia punya dua adik cewek, yang kecil masih SD kalo yang adik pertama sekolah di sekolah kita. Tepat nya jadi adik kelas kita sekarang."
Semuanya terlihat mengangguk - anggukkan kepala mereka mendengarkan celotehan Lea tentang tetangganya.
"Boleh dong kita kenalan Le?" Tanya Meldina.
"Hemm... Boleh aja."
"Woi... Ntar pulang sekolah jadi ga main ke rumah gue?" Seorang cewek berambut sebahu bernama Fita menghampiri gerombolan tersebut. Fita adalah teman sekelas Meldi yang juga adalah sahabat karib Lea dari kecil. Ia kadang juga sering bergabung dengan Meldi dan yang lainnya.
"Jadi dong." Mereka kompak menjawab.
"Wah, kebetulan banget. Siapa tau kita bisa ketemu si Abenta itu. Kan rumah Fita sama Lea juga deketan," celetuk Dewi.
"Emang kenapa sama Ata?" Tanya Fita tak mengerti kenapa nama tetangganya di bawa - bawa.
"Ga kenapa - kenapa. Cuma penasaran aja. Pengen tau secakep apa." Meldina menjawab sambil mengedikkan bahu.
"Dia jomblo loh Mel," kata Fita.
"Terus kenapa? Ratna, Dewi, sama Maura juga jomblo."
"Ya siapa tau lo sama dia jodoh."
"Ih apaan sih si Fita. Belum apa - apa udah ngomongin jodoh."
****
Sepulang sekolah Meldina, Lea, Dewi, Maura, Ratna dan Fita langsung meluncur menuju kediaman Fita menggunakan angkutan umum.
Semuanya langsung berkumpul di ruang tamu rumah Fita kecuali Lea. Lea terlebih dahulu pulang ke rumahnya untuk mengganti seragamnya. Rumah Lea dengan Fita saling berhadapan, hanya dipisahkan oleh jalan aspal dengan kendaraan yang tidak terlalu ramai.
Saat mereka tengah asik ngadem di teras rumah, Lea datang sambil menenteng plastik berisi makanan ringan.
"Ih Lea makasih banget lo camilannya. Jadi repot tapi sering - sering aja ya?" Ucap Maura sambil cengengesan.
"Itu sih maunya elo pada," jawab Lea dan Fita bersamaan.
"Eh Le, Fit, rumahnya Ata yang mana?" Tanya Meldina tiba - tiba sambil celingukan melihat satu persatu rumah yang berderet rapi.
"Cie Meldi nanyain Ata," seloroh Fita disambut cengengesan tidak jelas dari teman - temannya.
"Ih apaan sih Fit. Gue kan cuma nanya," sewot Meldina pura - pura ngambek.
"Rumahnya yang pas disamping gue itu," jawab Lea pada akhirnya setelah puas menggodanya.
Meldina manggut - manggut sambil memandang rumah yang ditunjuk kan oleh Lea.
"Kok sepi? Orangnya ga keliatan. Belum pulang sekolah ya?" Tanya Meldina lagi. Ia tidak tahu mengapa pertanyaan itu meluncur begitu saja dari mulutnya. Seolah ia penasaran dengan sosok cowok penghuni rumah tersebut.
"Cieeeeeeeeeeee.....!!!
Mereka kompak menyoraki Meldina kecuali Lea yang hanya menampilkan senyum tipisnya.Meldina memutar bola mata malas. Walau tak ia pungkiri wajahnya memanas ketika digodai oleh teman - temannya. Memang ada yang salah dari pertanyaannya. Ia kan hanya ingin tahu.
"Belum kali. Jangan penasaran deh Mel, ntar ujung - ujungnya naksir lagi," ledek Ratna sambil menaik turunkan alisnya.
"Kalian pada salah minum obat kali ya? Godain gue mulu. Siapa juga yang naksir? Ga, gue ga bakal naksir sama si Ata - Ata itu," sungut Meldina.
"Awas ya kalo naksir," imbuh Lea sambil tersenyum.
Meldi memasang wajah juteknya. Emang kenapa sih kalo seandainya memang ia suka sama si itu cowok. Ketemu aja belum masa udah naksir aja, pikir Meldi. Kalaupun sudah ketemu, belum tentu juga ia akan suka sama si Ata itu kan?
Tbc

KAMU SEDANG MEMBACA
PUPUS (End)
RomanceBagaimana jadinya jika seorang cewek pendiam harus terjerat asmara manis masa SMA dengan seorang cowok cuek? Akankah cewek tersebut sanggup menanggung cinta yang terasa seperti bertepuk sebelah tangan meskipun keduanya dalam status pacaran? "Sebe...