Time' 05

1.9K 86 0
                                    

Kalila berjalan dia sebuah Mall di kawasan pondok indah, dia harus membeli kebutuhan rumah tangga yang sudah mulai menipis mengingat ini akhir bulan. Kalila berjalan menyusuri rak kosmetik, dia mulai ingat-ingat apa saja alat kosmetiknya yang sudah habis ia pakai.

Setelah memilih alat kosmetik, Kalila membawa belanjaannya ke kasir, dan kasir menghitung semua belanjaan yang Kalila ambil. Pada saat ingin membayar, Kalila terdiam, dia bingung harus menggunakan kartu punya siapa. Dia berfikir kartu yang di berikan Abyan hanya untuk kebutuhan rumah tangganya, dan yang Kalila beli hanya kebutuhannya saja, ada sedikit untuk rumah tapi Kalila rasa dia bisa membayar semuanya.

Dan akhirnya Kalila memilih untuk membayar semua belanjaannya dengan kartu miliknya, Kalila berpikir kartu pemberian Abyan bisa ia simpan sewaktu-waktu dia memerlukannya

.
.

Pada saat Kalila ingin pergi dari Mall itu, Kalila berpapasan dengan Kinara dan juga Abyan yang baru saja memasuki Mall, Abyan terlihat bahagia dengan Kinara, mereka sangat serasi

"Lah, Kalila?" kata Kinara yang menyadari kehadiran Kalila

"Iya" jawab Kalila singkat, ada Abyan juga yang melihat Kalila dengan pandangan biasa saja

"Ngapain?" tanya Kinara

"Abis shopping dong hahahaha, engga bercanda. Ini abis belanja bulanan" kata Kalila, itu memang yang harus Kalila lakukan, terlihat tidak apa-apa

"Belanja juga?" tanya Kalila

"Hmm... iya sekalian makan, kangen gue sama food court sini, di Cibubur itu itu aja. Udah makan?"

"Udah, ya gapapa lah sekali-kali main kesini. Udah punya suami juga"

"Mau ikut gak? Kita cuma berdua doang, ya kan Mas?" tanya Kinara kepada Abyan yang hanya diberi senyuman oleh Abyan

"Engga, aku udah masuk tadi, ini buru-buru karna kedinginan di dalem. Kalian masuk aja, aku duluan ya"

"Eh Kal, kamu bilang abis belanja. Kok saya nggak dapet notifikasi dari kartu yang saya kasih ke kamu?" tanya Abyan, Kalila hanya tersenyum sambil mencari alasan dalam otaknya

"Hmm... oh! Tadi Kal pake cash, jadi bapak nggak dapet notifikasi kartu" kata Kalila, dia masih canggung kalau memanggil Abyan dengan sebutan 'kak' di depan orang lain

"Yakin? Belanjaan kamu banyak loh, kalo pake cash kayaknya gak mungkin deh. Kamu kan gak mau repot" kata Abyan meragukan, tinggal 5 bulan dengan Kalila membuat Abyan mengerti kalau istri pertamanya itu sangat malas menyimpan cash

Tidak berapa lama handphone Kalila berbunyi, dia mendapat email dari bank tempatnya menjadi nasabah kalau dia mendapatkan point dari hasil transaksi sebelumnya

"Kamu... bohong?" tanya Abyan setelah melihat notifikasi tersebut. Kalila hanya diam sambil mengunci kembali layar handphonenya

"Tunggu saya di rumah" kata Abyan. Kinara yang menyaksikan itu semua hanya terdiam dan berjalan menyusul Abyan yang sudah masuk ke Mall terlebih dahulu

.
.

Di rumah

Kalila cemas, sudah banyak kata yang dia rasa bisa membela dirinya jika nanti Abyan menuntut macam-macam padanya
Abyan pulang ke rumahnya yang di Pondok Indah. Setelah mengantar pulang Kinara ke Cibubur, walaupun merasakan lelah, Abyan harus tetap menemui Kalila untuk mendengar penjelasan dari mahasiswi merangkap istrinya itu.

"Assalamualaikum" ucap Abyan sambil membuka pintu

"Waalaikum salam" jawab Kalila yang berada di dapur, menyibukkan diri dengan menata makanan, atau mungkin menghilangkan rasa takutnya

"Udah makan kak?" tanya Kalila setelah mencium tangan Abyan

"Udah" jawab Abyan singkat, ini adalah caranya ketika ingin mengintrogasi mahasiswanya

"Yaudah kalo udah makan" kata Kalila santai, padahal dia sangat gugup

"Jelasin" kata Abyan yang duduk bangku meja makan

"Kalila pikir kalo apa yang Kal beli itu cuma kebutuhan Kal aja. Jadi ya Kalila bayar pake uang Kalila" kata Kalila jujur

"Nggak mungkin kebutuhan kamu segitu banyaknya, itu apa? Rinso, soklin, sunlight. Kebutuhan kamu pribadi?" tanya Abyan sambil menunjuk item yang Kalila beli tadi

"Ya kebutuhan rumah cuma itu aja, yang banyak emang punya Kal. Punya kakak juga masih banyak jadi Kal nggak beli. Emang nggak boleh ya kalo Kalila bayar pake uang Kal sendiri?"

"Bukannya nggak boleh, tapi semua itu tanggung jawab saya, saya kepala keluarga disini, bahkan kebutuhan kamu pun udah jadi tanggung jawab saya. Kartu yang saya kasih ke kamu itu juga saya kasih ke Kinara. Kalian berdua tanggung jawab saya, kalau gak di pake gimana cara saya nafkahin kamu?"

"Yaudah maaf, lain kali kalila pake kartu yang kakak kasih. Kakak tidur disini?"

"Iya, udah malem juga. Lagian saya juga kangen"

"Sama rumah? Iya rumahnya emang nyaman"

"Sama kamu lah, ngapain saya kangenin benda mati"

"Tapi Kal kangen rumah lama Kal"

"Emang ada apa di rumah kamu?"

"Nggak ada apa-apa. Cuma kangen aja, banyak kenangannya disana. Kal kecil juga disana, banyak ceritanya deh" kata Kalila sambil terus mengingat masa kecilnya

Kalila sebenarnya anak tunggal, tapi dia punya kakak tiri yang seumuran dengan Rio kalau masih hidup, dia anak yang dimanja oleh orang tuanya, dan cengeng, tapi hanya di depan orang tuanya, Kalila akan menjadi kuat di depan orang banyak

Abyan terus memperhatikan Kalila, dia merasa sudah banyak melewatkan moment dengan istri pertamanya, dia seharusnya bisa membagi waktu dengan adil, seperti janjinya dengan sang bunda ketika meminta izin untuk menikahi Kinara

Abyan kira akhir dari cerita Kalila adalah tangis rindu dari Kalila, tapi kenyatannya adalah Kalila yang ceria dengan senyum menghias di pipinya. Abyan hanya berpikir, apakah di belakangnya Kalila sering mengeluarkan air matanya tanpa sepengetahuan siapapun

"Kal!" panggil Abyan

"Kenapa?" tanya Kalila

"Kamu sering nangis?" tanya Abyan spontan membuat Kalila kaget

"Engga, terakhir Kalila nangis pas ayah meninggal. Seingat Kalila itu juga" jawab Kalila

"Selama itu? Kenapa jarang nangis? Kalo kamu kangen mereka, apa yang kamu lakuin?"

"Buat apa nangis? Nggak bisa balikin mereka juga. Kalo kangen ayah biasanya flashback aja, kalo sama mama.. agak mellow sii, tapi nggak nyampe keluar air mata"

"Sekarang kamu mau nangis?"

"Nangis? Engga mau, lagian nangis butuh alasan kali kak, sama kayak bahagia"

"Kamu harus percaya Kal, saya akan selalu jadi pertama yang peluk kamu kalau ingin menyembunyikan tangisanmu" kata Abyan sambil mengelus kepala Kalila

Setelah mengatakan itu Abyan menerima telpon dari Siska yang meberitahu bahwa mereka hanya berdua disana dan butuh Abyan sebagai seorang laki-laki untuk melindungi mereka, alhasil Abyan tidak jadi tidur bersama Kalila dan memilih untuk menemani Kinara dan Siska

Kalila berfikir, dia juga sendiri disini, apakah Abyan tidak punya pikiran yang sama seperti yang Siska pikirkan? Apakah Abyan berpikir rumahnya adalah tempat paling aman bagi Kalila untuk di tempati sendirian? Apakah Abyan peduli dengannya? Atau hanya sebuah kewajiban dari apa yang Abyan bicarakan?
Tidak terasa Kalila meneteskan airmata, sudah banyak kebohongan yang ia buat, Kalila tidak sekuat yang Abyan bayangkan, setiap malam dia selalu meneteskan airmata hanya karna takdir yang ia terima, karna obrolan yang ia dengar dari Asha dan juga Audy, tentang kesepakatan yang mereka buat hanya untuk pendidikan Kalila. Ya Kalila semakin merasa bahwa dia harus membalas semua kebaikan orang-orang yang membantunya, termasuk Abyan

Our TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang