oke fine!

24 6 0
                                    

.
.
.
.
.
.
.



Matahari belum muncul tapi aku sudah siap dengan semua barang-barang yang akan aku bawa ke Korea. Hari ini aku akan kembali ke Korea karena tiba-tiba salah satu temanku disana. Yushi kim dirawat di rumah sakit

Malam itu ketika itu ketika pacarnya Yushi menelponku dan memberi tau kan hal itu aku langsung bergegas mengemas barang-barang ku.

Ibu sempat terkejut karena aku mendadak kembali ke Korea. Tapi setelah aku memberi tau keadaan Yushi yang dirawat ibu mengizinkan aku pulang ke Korea.

"Dorr"
Zaid tiba-tiba masuk ke kamarku dan membaringkan tubuhnya di sebelahku.
Dia membuka ponselnya dan menatap ku dengan bingung.

"Pelit bat si njir sandi wifi dituker segala"- cerocosnya

"Suka-suka gua lah wifi juga punya gua napa si lu berisik amat dah"

"Pasang sendiri sana!"-lanjutku

"Pelit kasih tau lahh kita kan kakak adek ya kan"-bujuknya sambil menarik-narik headset ditelinga ku.

"Ish apaan si bang sono lu!"- marahku pada manusia reptil ini

Kenapa aku bisa sedarah dengan makhluk ini? Apa dosa ku di masa lalu?

"A..NJING SAKIT WOI!!"-teriakku ketika reptil itu menjambak rambut lembut berkilau ku :v

"Ya makanya kasih gua password nya"

"Iyaaa iyaa lepas dulu reptil!!"

Akhirnya dengan penuh kesengsaraan aku memasukkan password  wifi ku.

15 menit kami ber dua fokus pada layar ponsel masing-masing

"Rein lu beneran mau pulang ke Korea?"- tanya Zaid tiba-tiba.

Aku menoleh. Tentu saja aku akan kembalu ke Korea lagi pula libur ku di sini tiga hari lagi akan habis.

Zaid diam entah kenapa wajahnya seperti murung. Padahal tadi dengan penuh keikhlasan menjambak rambutku.

Aneh

"Iya bang kenapa emang? Bukannya lu seneng ya gua ke Korea jadi ga ada lagi yang ngelarang lu pas lagi ngerokok?"

"Gua gak ngerokok lagi gara-gara lu sering ngebuang rokok gua"-Gumamnya

"Hahah bagus deh. Lu baru keren kalo ga ngerokok! Cowo yang ga ngerokok langka soalnya! Hehe"

Zaid hanya tersenyum tanpa menoleh. Tapi aku tau dia sekarang sedang tidak baik-baik saja.

"Lu kenapa bang?" Tanya ku menilik wajah nya yang tiba-tiba murung

Zaid menoleh

"Gua masih kangen ama lu Rein.." ucapnya pelan.

Aku diam antara mau tertawa atau ikut bersedih. Tapi jika aku tertawa pasti dia akan menjambakku lagi. Jarang sekali dia soft  seperti ini. Ini langka sekali! Harus di sejarahkan!

"Tumben lu gini bang? Biasanya juga lu bodo amat sama gua"

"Sekarang udah beda lah.. udah tiga tahun ga ketemu pas pulang lu cuma empat hari padahal harusnya lu seminggu di sini"

"Tahun depan gua pulang lagi kok bang tenang aja"

"Ya tapi keadaannya udah beda lu tahun depan mungkin lu udah nikah sama Deon"

Aku diam ingatan ku teralihkan lagi pada perjodohan konyol ini.
Padahal aku tidak setuju tapi apakah pernikahan akan tetap diadakan?
Kenapa? Lantas dimana kebebasan hidupku? Aku sudah dewasa bukan remaja lagi aku harusnya memilih jalan hidup ku sendiri

Tanpa sadar aku meneteskan air mata ku. Terlalu menyakitkan untukku. Aku segera menghapusnya sebelum Zaid menyadari itu.

"Bang kalo misalkan gua ga bahagia lu bakalan tetap setuju kalo gua dijodohin?"

"Kok lh mikirnya gitu? Gua yakin lu bakalan bahagia sama Deon dia cowo yang bertanggung jawab, pinter lagi"

"Tapi yang gua rasain gua ga bahagia bang"- lirihku dengan menahan tangisku.

Kenapa aku begitu cengeng sekarang? Aku kehilangan Reina yang dulu. Reina yang selalu tertawa diatas luka-luka nya.

Tapi sekarang aku merasa begitu lemah entah apa yang aku pikirkan. Seperti ada yang mengganjal setiap harinya di hatiku.

"Gua bakalan ngomong ke ibu, gua bantu lu biar lu milih jalan lu sendiri Rein.. gua janji!"-Ucap Zaid dan diakhiri dengan mencium keningku.

Eeehh kami adek kakak loh ya.. hmm

.
.
.
.
.
.
.
.
.

-At❣🐯

I Can'TTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang