DAY 3

15 4 0
                                    

Ga tau ini yang keberapa kalinya aku garus minta maaf, selaluuu aja telatt banyak alesan. Dan banyak nih kek nya yang udah ga minat ya ama ff ini. Hehe mungkin juga gara" ceritanys kurang menarik ya?. Pokoknya aku bkln usahain ini ff selesai, ditengah tugas online class ku huft....

Okeee enjoy!!

"Bukankah dunia terlalu luas jika tujuan ku hanya ingin bertemu kamu?"
.
.
.

CIITT

BRAK

BRAK

Tepat di sana tabrakan beruntun terjadi di depan mata gadis bernama Reina. Gadis itu melemas, lututnya seolah tak sanggup menopang berat tubuhnya.

Air matanya berlomba ingin menjadi yang pertama untuk jatuh di pipi mulus itu.
Tubuhnya gemetar menatap jalanan yang dipenuhi mobil yang saling tertabrak dan korban kecelakaan itu.

Reina berlari setelah 10 detik dilanda syok yang membuatnya kaku setengah mati.
Sambil terus meneteskan air mata dengan tubuh yang masih gemetar gadis itu menyibak kerumunan orang yang melihat dan berusaha membantu korban yang tak sadar kan diri.

"J-JAE..WON!!!!" Reina berteriak lirih kala mengangkat kepala penuh darah milik Jaewon yang tak lain adalah korban. Kondisinya setengah sadar dengan luka di pelipis, hidung, dagu, bibir, dan diarea tubuh lainnya.

"Ya! Minggir nak, dia harus segera di bawa ke rumah sakit" ucap seorang pria paruh baya yang mencoba mengangkat tubuh Jaewon dibantu beberapa orang lainnya.

Ambulans membawanya ke rumah sakit.
Reina tak tau harus apa, ini kali pertama dalam hidupnya menyaksikan orang yang dia kenal menjadi korban tabrakan. Setelah seorang wanita membawanya menepi dan duduk di salah satu bangku cafe untuk menenangkan Reina yang masih syok .

"Tenang lah nak.. dia akan baik-baik saja" ucap wanita itu mencoba menenangkan Reina yang terlihat masih pucat.

Reina mebelan ludahnya dan menarik napasnya dalam-dalam mencoba menenangkan detak jantungnya.
Matanya masih memerah dan gemetar di tangan belum juga hilang

"Terimakasih... a-aku harus melihatnya ke rumah sakit" ujar Reina sambil berdiri.

"Tunggu dulu! Kau itu masih gemetar dan masih belum stabil. Biar ku antar?" Tawar wanita itu.

"Ah.. kamshamnida.. tapi aku merasa lebih baik.. sekali lagi terimakasih atas perhatiannya.." jawab Reina merangkai kata penolakan.

Wanita itu menggeleng kuat lalu menarik tangan Reina untuk mengikutinya. Reina hanya patuh, tidak sopan juga menolak terus-terus an, jadi Reina akhirnya diantar oleh wanita itu.
.
.
.
.

Flashback

"Ya! Jaewon asstaghfirullah sudah berapa kali ku bilang, aku tidak ingin pacaran! Apalagi menjadi pacar mu!" Teriak Reina pada seorang lelaki bernama Jaewon itu.

"Bagaimana bisa kau menolak ku huh?!" Tanya Jaewon menarik tangan Reina agar gadis itu berhenti dan menatap Jaewon.

" Dengar Choi Jaewon.. di agama ku tidak ada yang namanya pacaran, dan itu sangat dilarang keras, bahkan di kitab suci ku sudah menjelaskan itu, lagipula aku tidak menyukai mu" jelas Reina sambil berbalik, memasang airpods nya dan menyebrang jalan.

"YA! aku belum se- REINAAA!!!" Teriak Jaewon dan berlari mengejar gadis bodoh bernama Reina. Jelas sekali gadis itu bodoh, lihatlah dia menyebrang tanpa melihat lampu lalu lintas.

Jaewon mendorong kuat tubuh Reina hingga gadis itu terpental beberapa meter darinya. Mobil dengan kecepatan tinggi hampir mengenai Jaewon yang langsung mundur beberapa langkah saat menyadari mobil itu lewat. Namun ternyata ada mobil lain dibelakangnya, tabrakan tak dapat dielakkan. Jaewon harus menanggung perihnya kecelakan yang menimpanya

Lalu siapa yang harus disalahkan? Reina dengan kecerobohannya atau Jaewon yang berusaha menjadi malaikat pelindung Reina?

Kadang cinta itu mempermainkan kita, ketahuilah fakta ini sebelum kau memutuskan untuk mencintai seseorang.
.
.
.

REINA POV

Aku mengusap pelan rambut Jaewon yang ternyata halus. Aku tersenyum lirih menatapnya yang dipenuhi selang-selang infus.

Bodohnya... aku meringis mengingat betapa bodohnya aku yang menyebrang tanpa melihat situasi dan bodohnya Jaewon yang sempat-sempatnya menyelamatkan aku ketika sebuah mobil melaju dengan kencang yang hampir menabrak ku.

Dan sialnya aku menangis. Entahlah aku benar-benar merasa bersalah sekaligus merasa berhutang nyawa padanya. Sungguh jika dia kenapa-napa aku yakin takkan bisa memaafkan diriku sendiri.

"Rein.." Yushi akhirnya datang 12 menit setelah aku mengabarinya. Dia mengambil posisi di sebelahku.

"Maaf terlambat, jalanan tiba-tiba macet.. sudahlah Rein jangan menyalahkan dirimu terus-terusan" ucap Yushi mengelus punggunggu yang bergetar karena menahan air mata.

"Ta-tapi.. aku yang-"

"Ssstttt kau tak salah, tidak Reina.. Jaewon akan baik-baik saja" sela Yushi cepat.

"Dan yeah.. ku akui aku kaget saat tau ternyata Jaewon menyatakan perasaanya. Haha aku kira dia tidak akan seberani itu"

"Kau.. tau sejak kapan dia menyukai ku?" Tanya ku mengintimidasi, Yushi tidak pernah mengatakan itu.

"Hmm sejak pertama kalinya aku mengenalkan mu padanya. Dia sering bertanya tentang dirimu"

"Itulah kenapa dia selalu mengikuti mu kemana-mana dia hanya ingin tau apa saja kegiatan mu dan apa yang kau sukai dan tidak kau sukai" lanjut Yushi sambil membenarkan selimut Jaewon.

"Tapi itu menjengkelkan Yushi, dia seperti pengganggu" lirih ku pelan hampir tidak terdengar

"Itu adalah caranya untuk mendapatkan perhatian mu, kau itu dianggap sangat dingin di kampus Haha" gadis itu tertawa hambar bersamaan dengan lenguhan pelan Jaewon.

Dia sadar! Teriakku dalam hati

"Jaewon.. kau dengar aku?" Tanya ku karena bingung harus apa. Yushi menjitak kening ku dan melototi ku.

"Apa yang kau lakukan?! Panggil dokter!"

Aku tersentak dan langsung berlari memanggil dokter. Ah apa ini? Kenapa aku lemot? Padahal yang tertabrak adalah Jaewon tapi kenapa pula otakku yang lemot.
.
.
.

Hoilaaa!!! Ciee dah masuk konflik-konflik nih kek nya. Ini nihh aku paling suka nulis kalo udah ke konflik gini. Hehe

Kurang seru? Siaaapp lanjutannya bakalan aku kasih yang seru-seru. Kalo perlu mau yang hot hot juga gak? 🌚🌚

Okee pantengin terus ya bebb🐇🌼

Weee wee ganti sampul dong hehe

I Can'TTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang