BM-4

12.2K 1.1K 221
                                    

Sakura merapikan dress dan rambutnya, hari ini adalah hari di mana ia akan bertemu dengan ayah Seichi, menjalankan Skenario dan berperan menjadi aktris dadakan untuk menjalankan misi tingkat darurat, dan semoga semua bisa berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan apapun. Ia menundukkan kepalanya dan berdoa, meminta pada sang kuasa agar memuluskan jalan kebohongannya.

Sekali lagi ia menghela nafas panjang, dan melirik sang putra yang sudah nampak rapi dan mengemaskan dengan pakaiannya. Hari ini, Seichi akan ikut bersama Ino, sahabatnya itu akan mengajak Seichi jalan-jalan.

"Seichi-kun nanti tidak boleh nakal ya, harus menuruti semua kata-kata bibi Ino, oke."

Seichi mengangguk antusias dan itu membuat Sakura gemas dan memberikan ciuman gemas di pipi gembulnya. Membuat bocah itu terkekeh geli dan berlari memeluk kaki Ino.
"Ino, sekali lagi terima kasih ya..aku titip Seichi-kun.."

"Ya, mamanya Seichi-kun tenang saja,  Seichi-kun akan bahagia hari ini."
Jawab Ino, Sakura mendesah lega.
"Sai-kun jangan lupa dialognya ya, pokoknya harus berhasil, awas saja kalau gagal.." Ino mendelik tajam ke arah kekasihnya dan memberikan kode dengan memotong lehernya sendri.

"Tidak ada jatah untuk seminggu kedepan. Oke, bye sayang.. Bye Sakura.. " segera gadis itu membawa Seichi pergi.

Sakura mengerjap, ia berdehem dan menepuk lengan Sai, menyadarkan pria pucat itu dari ancaman maut seorang Ino.
"Ayo berangkat."

Sai mengangguk, ia membawa Sakura masuk ke dalam BMW nya yang baru lunas dari cicilan. Kemudain menjalankannya dengan hati-hati menuju lokasi dimana ia akan berperan menjadi suami dari Sakura, ayah dari Seichi yang mana sangat menggemaskan dan kekasihnya itu sangat menyukai sosok Seichi dan berangan-angan memiliki anak menggemaskan seperti anaknya Sakura. Hingga setiap tiga kali dalam seminggu mereka gencar menabung untuk membentuk sosok yang mirip Seichi. Semoga Tuhan melancarkan aksinya.

***

Mikoto mengusap lembut pipi Hanabi, calon menantunya yang hari ini mengajaknya bertemu di salah satu restoran favorit Mikoto, bungsu Hyuga itu menelponnya dengan isak tangis yang menyayat hati, wanita mana yang tega mendengar suara tangis yang menyesakkan dada, sebagai seorang ibu, Mikoto juga akan merasakan kesedihan yang sama.

"Bibi, aku mencintai Sasuke-kun, aku tidak mau pernikahan ini dibatalkan." isaknya, manik itu menatap penuh harap pada nyonya besar Uchiha itu. Ia tahu Mikoto adalah sosok yang juga berpengaruh dalam keluarga besar Uchiha dan membuat wanita itu berpihak padanya akan membuat langkahnya dalam menundukkan ego seorang Uchiha Sasuke menjadi mudah. Apalagi pasangan Uchiha Fugaku dan Uchiha Mikoto yang gencar menjodohkan mereka dulu.

Kembali Hanabi merasakan belaian lembut di pipinya. Tatapan sayang seorang Mikoto selalu ia dapatkan dan memanfaatkannya dengan baik adalah kelebihannya.

"Anak itu sungguh keterlaluan." Mikoto berdecak kesal. "Hanabi, aku akan berusaha keras untuk membujuk Sasuke. Dan soal perasangkamu tentang wanita lain dalam hidup putraku, apa kau tahu gamabaran tentangnya?"

Hanabi menggelengkan kepalanya lemah. "Aku masih menyelidikinya bibi, tapi aku sangat yakin jika ada wanita ular yang merayu Sasuke-kun dan membujuknya untuk berpaling dariku." jawabnya lemah.

Mikoto mendesah, merasa bersalah dan kecewa, ia memijat keningnya yang mendadak pusing, memikirkan kelakuan putra bungsunya yang terlampau keras kepala.

Sungguh andai saja waktu itu putra pertamanya tidak memilih membujang seumur hidup karena ditinggal mati oleh gadis pujaan hatinya, Konan. Ia tak akan gencar menjodohkan Sasuke, dan andai saja Itachi mau melepas sumpah setia sehidup semati yang ia ikrarkan pada mendiang Konan, semua ini tidak akan terjadi. Wanita itu merasakan tekanan darahnya naik saat ini hanya dengan mengingat kelakuan putra bungsunya.

BEAUTIFUL MISTAKETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang