2

1.9K 172 51
                                    

"Cla, itu Adam, kan?"

Clara mengikuti pandanganku menatap pria dengan balutan hoodie bewarna army serta jeans hitam berdiri di dekat wastafel. "Ya, pria yang kau gilai semasa ospek dulu."

Aku tertawa singkat membenarkan apa yang ia katakan, memang Adam adalah pria yang sempat ku taksir, namun aku memilih enggan untuk menerima tawarannya yang ingin mendekatiku.

Tahu kenapa? Pria itu salah satu yang sering dibanggakan oleh dosen-dosen disini, dengan kepintarannya yang mendapatkan juara jika mewakili kampus. Bukan aku kurang percaya diri, hanya saja aku tidak ingin memiliki haters, aku tidak bisa membayangkan itu semua.

Aku sedikit memalingkam wajahku saat melihat Adam berjalan ke arahku sambil membawa makanan dan minuman, astaga kenapa pria ini berjalan ke arah mejaku?

Tentu saja meja ini meja umum bukan milikku, bodoh!

"Hei," sapanya kemudian duduk di hadapanku.

Aku hanya membalas dengan senyuman kemudian melanjutkan makan siangku, sementara Clara ia sibuk bertukar kabar dengan kekasihnya yang berada di Doncaster.

"Apa kabar, Al? Wah, sudah lama kita tidak berbicara, terakhir itu kapan, ya?"

Oh, apa pria ini masih belum moveon dariku atau belum mengerti dengan penolakan yang aku berikan?

"Tugas akhirmu bagaimana?" aku bertanya tanpa menjawab pertanyaannya.

"Sudah selesai, kau?"

"Sudah. Kau sedikit subur," candaku membuatnya tertawa memperlihatkan lesung pipinya yang diselah kanan, astaga dulu aku suka menusuk-nusuk lesung itu.

"Al, kau bisa temani aku mencari buku?"

Aku mengangkat kedua alisku. "Bermaksud modus?"

Adam terkekeh. "Tidak ada modus. Selesai makan, bagaimana?"

"Oh, aku tidak ingin mempunyai haters."

Gelak tawa kecil dari Adam terdengar merdu. "Kau takut?"

Aku tersenyum simpul. "Aku lebih memilih hidup tenang dari pada menjadi omongan s--"

"Tidakkah sadar bahwa posisi kita seperti ini saja sudah menjadi omongan?" tanyanya dengan seringai kecilnya.

Fuck. Aku baru sadar dengan ini.

"Bagaimana?" tanyanya lagi, aku memutar bolamataku dan mengangguk.

🤔

Disinilah aku terjebak di dalam ruangan gelap yang berisi layar menampilkan film aladdin, aku juga bingung kenapa berakhir disini awalnya aku dan Adam sama-sama sudah mendapatkan buku, kemudian entah kenapa idenya melintas untuk mengajakku menonton dan bodohnya aku mengiyakan.

Setelah dua jam lebih terjebak, kami keluar dari teater tanpa disadari tangannya menggegam tanganku membuatku mencoba melepaskan tapi pria ini berpura-pura tidak peka.

Kami berdua berjalan menuju makanan cepat saji, tapi belum sempat aku melangkah masuk, pandanganku terkunci pada Harry yang tengah bersama dengan perempuan, wajah Harry berseri dan ia tertawa seperti menikmati ocehan perempuan di hadapannya.

Aku mendengkus, pria itu menyetujui untuk berkenalan denganku sebelum memutuskan untuk tahap selanjutnya tapi sekarang ia sudah diam-diam memulai mendekati perempuan lain, lalu untuk apa ia nenyetujui ide orangtuaku yang lebih baik berkenalan dulu selama beberapa bulan setelah itu baru diputuskan?

Ha! Lebih baik aku labrak saja pria tua itu dan katakan untuk tidak melanjuti perkenalan ini.

Belum aku sempat melangkah, Adam menarikku ke dalam dan mau tak mau aku menurutinya karena aku melihat makanan Harry datang, tentu saja aku membiarkan ia menikmati makan siangnya karena tidak baik membuat selera makan orang hilang, benarkan?

ZARRY || H.S✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang