29

1.4K 128 71
                                    

"Uncle, apa ini serius?" Tanyaku saat membaca pesan singkat mertuaku.

Harry mengangguk sambil menggaruk tengkuknya. "Mum memintaku. Ia mengomeliku habis-habisan melalui telepon saat tahu kita belum sempat melakukannya."

"Ta—tapi bagaimana pekerjaanmu nanti? Dan bagaimaa dengan pekerjaanku?"

"Untuk bulan ini aku tidak memiliki agenda penting. Sudah ku katakan, mum selalu tahu jadwalku melalui Meli atau Emma."

"Terus ki—kita harus?" tanyaku dan Harry mengangguk ragu, "bantu aku bicara dengan Justin, ak—wait-wait aku lupa kalau kau pemilik tempatku bekerja. Jadi mereka pasti tidak akan melarang, tapi aku merasa tidak enak."

"Kalau begitu resign."

Aku melotot, bagaimana mungkin ucapan Harry begitu enteng menyuruhku resign. Aku tidak bisa membayangkan diriku berada di dalam apartemen untuk seterusnya.

"Bukannya kau akan melanjutkan kuliahmu?"

Ah iya, Harry kali ini benar, Ia mengingatkanku pada hal yang sudah aku pikirkan saat menduduki semester 3.

"Tapi itu masih beberapa minggu lagi. Tidak mungkin kan aku menghabiskan waktuku disini selama menunggu pengumuman?"

Harry mengangguk. "Ya aku tahu rasanya harus berdiam diri di dalam ruangan tanpa melakukan hal apapun sangat membosankan. Kalau begitu setelah kembali kuliah, berhentilah bekerja, Aleena."

"Ta—tapi aku ma—"

"Aku tidak ingin pikiranmu bercabang, Al. Lagipula kalau kau memilih jadwal malam hari, siapa yang mengurusku setelah pulang kerja nanti?"

Gantian aku yang menghela napas. Aku terkadang lupa jika aku sudah menikah dengan Harry. Aku juga harus menuruti perintahnya yang menyangkut hubungan kami. Mengangguk singkat aku mengiyakan ucapannya, awalnya aku pikir ia akan senang tapi ia menghela napasnya juga dan mengusap wajahnya .

"Aleena jika kau keberatan dengan perkataanku tadi aku minta maaf dan kalau kau memang masih ingin bekerja sambil kuliah akan aku ijinkan. Hanya saja pesanku jangan sampai kau kelelahan, kau tau resiko yang akan kau dapat bukan? Maaf aku seperti lancang tidak memberimu kebasan un—"

"No, Uncle. Terimakasih telah mengijinkanku untuk melanjutkan kuliahku." Potongku.

Harry tersenyum tipis, tangannya mengacak gemas rambutku yang ku balas dengan kekehannya. Harry menarikku untuk berbaring di sofabed, posisi Harry berada di belakangku, lengan kirinya ia taruh di bawah kepalaku, sedangkan tangan kanannya memainkan rambutku.

Demi Francisco Lachowski si Hot Daddy! Ada gelenyar aneh pada diriku dengan sentuhan Harry kali ini, bahuku menegang, aku menelan ludahku kuat-kuat saat tangan Harry membelai rambutku dan berakhir menyelipkan beberapa helaian rambutku ke telingaku.

Aku menutup mataku saat telunjuknya mengelus pipiku menuju leherku, rasanya geli dan aku menahan napasku saat bibirya mengecup kepalaku kemudian berpindah pada bahuku yang terekspos bebas karena aku hanya menggunakan tanktop.

"Un—uncle," bisikku meminta ia menghentikan hujanan ciuman pada bahuku.

"Hmmm? Do you like it, Al?" gumamnya bertanya.

Aku menelan ludahku. Sisi lainku sangat menikmati sentuhannya, seperti mendapat perasaan berbeda dengan apa yang ia lakukan padahal aku tahu ini hanya kecupan-kecupan biasa—well sebenarnya ada sedikit gigitan kecil yang ia berikan.

"Tell me, Al."

Bersamaan dengan itu Harry membalik tubuhku, hijaunya menatapku lekat menunggu jawaban dariku, aku mengigit bibir bawahku dan tanpa ada permisi kepalaku mengangguk kecil sebagai jawabannya. Seringai Harry terlihat, tanpa babibubebo ia menyerang bibirku, sedikit terkesiap kemudian aku mengimbangi permainannya.

ZARRY || H.S✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang