"Harry sudah lebih baik, dokter sudah menggunakan nebulizer. Anak itu kelewat, selalu saja seperti ini, sibuk dengan pekerjaan tanpa memedulikan kesehatannya ditambah asmanya yang belakangan ini sering kumat."
Blablabla masih banyak lagi percakapan antara ibuku dan ibu pria tua itu. Aku hanya bisa diam dan menyimak, sementara Harry pria itu sedang terbaring diranjang, wajahnya memang pucat saat ku amati, bibirnya yang biasanya sedikit bewarna sekarang terlihat pucat.
Pintu ruangan terbuka menampakkan dokter yang menangani Harry, pria dengan jas putih itu memeriksa keadaan Harry dan mengatakan bahwa Harry sudah bisa pulang besok, sebenarnya bisa saja sekarang tapi ibu Harry meminta besok agar kondisi Harry satu hari ini bisa dipantau.
Setelah itu keadaan kembali seperti awal, kedua perempuan itu sibuk berbincang sementara aku seperti orang asing yang tidak dilibatkan percakapan mereka dan aku juga tidak berharap aku tidak mau perbincangan nanti berujung perjodohan ini. Tidak!
"Aleena, ibu dan Anne akan keluar mencari makan, kau mau sesuatu?"
Aku menggeleng. "Aku bisa beli sendiri."
Ibuku dan Anne-ibu Harry-tersenyum kemudian mereka meninggalkanku yang sekarang benar-benar merasa bosan tidak tahu harus melakukan apapun. Aku merasa menyesal karena tidak membawa laptop ataupun ipad milik Ken.
Ruangan dengan suhu 23 derajat selsius ini benar-benar sunyi, aku hanya bisa mengamati sekeliling dan dengan malas aku menghidupkan televisi agar tidak menambah rasa bosanku.
Aku mengubah posisiku menjadi tiduran di atas sofa yang cukup empuk, mataku terasa berat jika badanku sudah dengan posisi tiduran seperti ini, kemudian aku memejamkan mataku memilih untuk tidur sebentar.
💖
Aku membuka mataku saat merasakan seseorang menepuk pundakku, aku mengubah posisiku menjadi duduk dan mengucek mataku.Oh. Sudah berapa lama aku tertidur disini?
Aku menoleh melihat perawat yang pasti menepuk pundakku berada di dekatku, ia tersenyum manis.
"Maaf mengganggu tidurmu, tapi aku hanya ingin memberi nampan makanan ini karena Tuan Harry menolak makanan rumah sakit ini."
Aku menoleh melihat Harry yang menatapku memelas seperti meminta bantuan padaku untuk menolak nampan yang berisi makanan.
Tapi siapa peduli? Pria tua ini sedang sakit dan beruntung pihak rumah sakit sudah memberinya beberapa makanan dan salah satunya sup wortel kesukaanku.
Perawat itu pamit setelah aku mengatakan akan menyuapi Harry dan akan membuat pria itu makan. Setelah itu aku sekarang duduk di sebelah Harry yang sedang menutup mulutnya rapat-rapat, aku hanya mengernyit.
Harry menggeleng saat aku menyuapinya, aku menghela napasku menarik tangannya yang menutupi bibirnya, aku mendekatkan sendok yang berisi 1 wortel yang tipis serta ayam dan kuah, lagi Harry menggeleng membuatku tetap kukuh memaksanya membuka mulutnya.
Harry mengalah akhirnya membuka mulutnya sedikit dan menyeruput kuah dari sup wortel ini tanpa wortel dan ayam. "Aku tidak suka wortel," ucapnya setelah menghabiskan kuah sup yang ada disendok.
Aku diam tidak merespon kemudian mengambil sup itu lagi tapi aku memotong wortel menjadi lebih kecil, aku menatap Harry tanpa minat melihat gelengannya.
"Aleena, to--"
"Bagaimana bisa kau tidak menyukai wortel? Ini baik untuk kesehatanmu terutama matamu, a--"