Hari ini aku tidak bekerja, mengingat semalam aku menangis dengan alasan konyol, yaitu aku lelah dengan semua ini. Memiliki pria yang selalu berhubungan dengan masalalunya, memiliki keinginan untuk membuat ibuku senang. Jika kalian menyuruhku untuk berkata jujur tentang perasaanku ini, maka aku tidak sanggup melihat binaran dari ibuku redup karena keinginanku.
Aku mengusap mataku yang sedikit terasa gatal, mengerucutkan bibirku berusaha bersiul nyatanya gagal yang keluar malah angin, aku memutar bolamataku tidak berhasil melakukannya. Melihat jam dinding ternyata menunjukan pukul 8 pagi, aku menghela napas berharap perkataan Harry tidak benar, aku benar-benar tidak ingin ber-
"Shit."
Aku mengumpat saat mendengar bel pintu rumah Clara berbunyi, Clara sudah berangkat bekerja sementara aku sendiri di rumahnya, meskipun di luar ada satpam dan 2 pembantu di belakang sedang memberishkan taman bunga milik Cristie-Ibu Clara-aku menghela napas, mau tidak mau aku membuka pintu, tidak mungkin aku menyuruh mereka membukanya karena mereka mempunyai pekerjaan.
Aku mengucapkan do'a dalam hati berharap hari ini cepat berlalu.
Aku membuang napasku melalui mulut, kemudian menelan ludahku, tanganku sedikit gemetar saat mencoba meraih gagang pintu, suara bel berbunyi membuatku ingin melempari si penekan karena tidak sabaran.
"Fuck, Al. What are you doing? Kenapa lama sekali membukanya?" tanya Clara membuatku mengedipkan mataku.
"Ka-kau seharusnya bekerja, kan?"
Clara mengangguk, kemudian ia mengibaskan tangannya. "Aku lupa membawa heels-ku, mana mungkin aku bekerja menggunakan sandal jepit seperti ini. Mau dilempar bos?"
"Bodoh." Aku memutar bolamataku dan Clara terbahak.
Setelah mendapatkan heels-nya, kami berjalan keluar sambil berbincang, kemudian langkahku terhnti begitupun Clara saat melihat mobil Ford All-New Focus berhenti di depan rumah Clara. Kami melempar pandangan bingung, pasalnya kekasih Clara tidak disni dan mobil yang berhenti ini adalah mobil keluaran terbaru Ford, bahkan Clara pun mengakui jika dirinya belum bisa membeli mobil semahal itu, apalagi aku.
Mataku menyipit saat melihat Joe keluar dari mobil, ia berjalan ke arahku sambil tersenyum membuatku membalasnya dengan senyuman yang sangat teramat kecil.
Clara menabok bahuku membuatku menatapnya garang. "Pergi kau." Usirku.
Clara mencibir. "Remember, ini rumahku, bodoh."
Aku mengangguk. "Tahu. Sengaja, pura-pura amnesia."
"Bodoh." Clara mencubit kencang pipiku membuatku meringis kesakitan dan ia tersenyum puas kemudian pergi menuju mobilnya.
"Pagi." Sapa Joe tersenyum dan aku hanya mengangguk kecil membalasnya, "Tuan Harry meminta saya untuk menjemput anda. Be-"
"Aku tidak bertemu dengannya. Katakan pada pria tua itu."
"Ta-tapi beliau...,"
Joe menghentikan ucapannya saat aku mendelik padanya. "Katakan aku tidak mau paham?" Sarkasku dan Joe mengangguk dengan cepat, "silahkan ti-"
Aku menghentikan ucapanku saat mendengar deringan ponselku. Nama Ken tertera di layar ponselku. Tumben sekali anak ini menghubungiku di pagi hari.
"Ya, ad-"
"Al!" Ken berseru membuatku menjauhkan ponselku dari telinga.
"Pulang! Ibu di rumah sakit!"
"Hah?! Jangan bercanda Ken, sumpah ini tidak lucu, Ak-"
"Fuck, I don't make a joke!"
Aku menutup mataku, bayangan ibuku yang sekarang terbaring lemah menghantuiku, wajah pucat pasinya menari-nari di kepalaku. Aku menggeleng mengeyahkan bayangan-bayangan tersebut.