Setelah insiden semalam, aku sedikit menjaga jarak dengan pria tua sialan itu, tapi Harry sama sekali tidak berbeda, maksudku tidak seperti terjadi apa-apa. Karena insiden semalam aku mengunci pintu kamar dan membiarkan Harry tidur diluar tanpa selimut, bantal sekalipun, rasakan pria tua sialan!
Tapi disinilah aku sekarang, duduk menghadapan Harry yang tengah sibuk membuat sarapan padahal ini sudah pukul 10 pagi, pria itu ternyata setelah bangun pagi malah mengerjakan tugas kantornya dengan susu stawberi hangat--yang ternyata ia membawa susu bubuk kesukaannya--. Setelah aku memprotes tidak ada bahan makanan pria tua itu baru menyuruh 2 orang yang kemarin memberishkan rumah ini untuk membeli bahan-bahan makan.
Hanya pemberitahuan, aku bangun pukul 9 pagi, sementara pria tua ini bangun pukul 6 pagi, ia memberitahuku saat aku mencak-mencak tadi, entah karena kasihan atau sebal pria tua itu mengambil alih untuk memasak, aku yang sangat malas pun mengiyakannya.
"Mata sapi setengah matang atau matang?"
Aku menoleh melihat Harry menatapku dengan kedua alis yang melengkung ke atas. "Dimana beli mata sapi?"
"Tidak tahu, sudah mau dibelikan saja sudah cukup."
Aku mendengkus. "Aku sudah mempunyai 2 mata, kenapa kau baik sekali memberiku mata sapi?"
"Ya agar kau bisa melihat dibagian belakang, siapa tahu aku ingin mencekekmu dari belakang kau bisa pasang kuda-kuda."
Aku melempar Harry dengan majalah yang ada di atas meja membuat pria tua itu menyeringai padaku, kemudian menaruh dua piring yang sudah berisi makanan. Aku meneguk airliurku saat aroma sedapnya mengelitiki hidungku.
Belum sempat aku mencomot sosis yang menggiurkan itu pria tua ini mencegah tanganku kemudian memintaku untuk mandi, aku menepis tangannya menatapnya penuh sebal tapi ia sama sekali tidak masalah.
Aku mengerjap melihat piring lain yang dibawa Harry, aku sempat bingung kenapa ia banyak sekali masak, padahal hanya ada 2 orang dirumah ini, aku mencomot 1 buah sosis membuat Harry mendelik, aku memeletkan lidahku dan melesat pergi untuk mandi.
Setelah membersihkan badan, aku keluar dengan pakaian santaiku, aku menambah sedikit lipcream pada bibirku agar tidak terlihat pucat ditambah sedikit minyak wangi khas bayi, aku sangat suka baunya!
Aku duduk di hadapan sarapan yang menggiurkan ini, kemudian menatap Harry yang tengah memainkan ponselnya dengan sedikit tersenyum, aku mengabaikannya dan mulai menyantap sarapan dihadapanku.
Harry berdeham tapi aku tidak memedulikannya, aku hanya melirik ia yang tengah mengoleskan selai diatas rotinya, kemudian ia memakannya, aku tersenyum kecil melihatnya yang menjilati ibu jarinya yang berisi selai.
"Apa aku seperti menjilat sesuatu?"
Aku membuang pandanganku menyesal menatapnya karena ia terlihat menggemaskan, kemudian aku mendengar ia terkekeh. Setelah itu kami larut dalam suasana sarapan kami, aku melirik Harry diam-diam, pria tua itu dengan anteng memainkan garpunya sambal membaca koran, dasar pria tua senangnya membaca koran, padahal novel lebih menarik daripada koran, benar, kan?