Jika saja waktu bisa berputar aku akan memilih liburan yang sangat jauh, bila perlu menetap di salah satu planet selama beberapa hari. Tapi itu hal konyol yang aku harapkan, planet mana yang mempunyai kehidupan seindah bumi, apa lagi ditambah ada manusia setampan Harry.
Omong-omong aku mengulum senyumku saat menyadari Harry tengah tertidur pulas diatas dadaku dengan kedua tangannya memeluk pinggangku erat, semalam setelah menolak panggilan dari Zayn, sepupuku itu menerorku habis-habisan dengan sumpah serampah yang membuatku tergelak mendengarnya.
Sebenarnya Zayn dan Ken merindukanku, hanya saja alasan bahwa ia ingin mengetahui kabarku menjadi alasannya. Padahal Ken semalam menatapku dengan tatapan andalannya—sedih dengan bibir yang monyong. Biasanya remaja itu selalu begitu jika merindukanku.
Aku melepas tangan Harry pelan-pelan, kemudian mengambil bantal untuk kepala Harry. Langkah kakiku menunju dapur yang cukup kecil, aku meringis membayangkan berapa banyak uang yang Harry habiskan, mengingat kamar hotel yang kami tempati berada dilevel teratas dengan perlengkapan yang lengkap—layaknya sebuah apartemen—bedanya hanya ukurannya saja.
Aku membelalakkan mataku saat melihat ada beberapa stok makanan. Padahal saat aku datang belum ada stok makanan apapun, hanya saja ada keranjang buah-buahan.
Ketukan pintu membuat perhatianku teralih, mengikat rambut asal aku membuka pintu mendapati 2 orang—karyawan—tersenyum ramah padaku.
"Selamat pagi, Nona. Maaf menganggu waktu istirahatmu. Apa ada keperluan yang harus kami beli lagi?"
Aku mengerjap. "Keperluan?"
Perempuan di hadapanku mengangguk. "Kemarin manajer kami memberi tahu kami untuk membeli beberapa keperluan sesuai catatan Tuan Styles."
"Manajer?" Tanyaku ulang. Aku bahkan tidak tahu jika Harry sempat bertemu dengan manajer disini. Well, mungkin mereka bertemu saat aku sedang berada di kamar mandi.
"Ka—"
"Zaleena?"
Aku menoleh melihat Harry yang tengah berdiri di belakangku beberapa langkah, kedua tangannya di dalam saku celana pendek yang ia gunakan. Harry menjentikkan jarinya, ia berdiri disebelahku kemudian tersenyum kepada perempuan di hadapanku.
"Maaf merepotkan kalian. Tapi keperluan yang ada didalam sudah lebih dari cukup. Sampaikan salamku pada Tetsu."
"Senang mendengarnya Tuan Styles dan kami akan sampaikan salammu untuk manajer kami. Jika perlu sesuatu jangan sungkan menghubungi kami. Kami permisi."
Setelah itu mereka meninggalkanku dan Harry. Tangan Harry menarikku masuk ke dalam, ia memintaku untuk duduk, sementara ia sibuk menyiapkan bahan-bahan untuk sarapan.
Aku menopang tanganku memerhatikannya yang sibuk memotong daging. "Apa yang uncle buat?"
Harry menoleh sebentar padaku, kemudian ia melanjutkan memotong daging. "Apapun yang penting bisa dimakan."
Aku hanya bisa tergelak mendengar ucapannya. Membiarkan Harry memasak aku pamit padanya untuk mandi.
Mataku terbelalak saat melihat pantulan diriku di cermin. Banyak tanda merah yang berada di sekitar tubuhku, bahkan ada yang sampai menggelap. Aku mengigit bibir bawahku mengingat apa saja yang kami lakukan semalam, sentuhan Harry semalam adalah sentuhan yang membuat tubuhku panas.
Mungkin Harry tahu bagaimana cara membuat tubuhku panas karena sentuhannya.
Mengabaikan bekas yang Harry tinggalkan aku mulai membersihkan tubuhku. Beberapa menit setelahnya aku keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit pada pinggangku karena aku lupa membawa celana yang sudah aku siapkan.