Hallo,
need your time to answer my question, questionnya ada dibagian bawah, ya, jangan lupa🤗🥰
Setelah bedrest selama beberapa hari, aku kembali melakukan aktivitasku seperti biasa tapi kali ini aku tidak sebebas sebelumnya—yang dimana tidak ada yang mengawasiku. Sebelum aku keluar dari rumah sakit dokter memberiku nasihat aku tidak boleh bekerja terlalu keras atau melakukan hal yang membuatku merasa lelah, maka dari itu orangtuaku mengambil alih diriku, maksudku aku tinggal bersama mereka sementara Anne terkadang mengunjungiku dirumah orangtuaku.
Sebenarnya aku merasa tidak enak tidak tinggal dengan Anne tapi mertuaku dengan pengertiannya tidak mempermasalahkan aku yang berada dirumah orangtuaku, terlebih lagi tempat kerjaku lebih cepat ditempuh dari rumah orangtuaku dari pada rumah mertuakku.
Hampir setiap hari mertuaku mengunjungiku, tentu aku dan ibuku merasa tak enak melihat perempuan paruh baya tersebut bolak-balik toko kuenya dan rumahku hanya untuk mengecek keadaanku, aku memaksanya untuk menginap meski awalnya ia menolak akhirnya Anne menyetujui untuk menginap dirumah orangtuaku meski ujungnya pengawasku bertambah dan tentunya ketat.
Aku mendapatkan libur dalam pekerjaanku karena ini weekend dan aku memilih untuk membersihkan kamarku meski harus dalam pengawasan ibuku dan ia menyewa seorang perempuan sepantaranku yang membantu untuk membersihkan kamarku mau tak mau aku menyetujuinya dari pada aku berdiam diri—tidak, aku sudah berdiam diri karena perempuan berambut hitam pekat ini yang lebih membersihkan dari pada aku yang hanya menata bantal guling serta melipat pakaian keringku dengan posisi duduk.
Menyebalkan.
"Kapan jadwal bertemu dengan doktermu?"
Aku menoleh melihat Zayn berdiri di belakangku, ia menatapku dengan tatapan menunggu jawabnku, aku mengedihkan bahuku, tidak tahu kenapa aku sedang malas berbicara.
Mengabaikannya yang menatapku bingung aku memilih untuk menonton acara memasak di youtube. Ini sudah beberapa hari aku tidak berkomunikasi dengan Harry, ponselku disita oleh ibuku dan aku sangat sebal dengannya, wanita itu tidak tahu betapa aku merindukan suamiku yang sekarang berada di Hawai.
Ibuku selalu mengatakan bahwa Harry sangat sibuk sehingga aku harus mengerti, terlebih dokter sangat mengajurkanku untuk istirahat dan tidak sering bermain ponsel atau sesuatu yang menyita waktuku, karena aku masih dalam pengawasan yang extra.
Lagi-lagi ibu hamil, alias aku mengikuti perintah ibuku, bukan hanya ibuku tapi mertuaku juga menyetujui ibuku yang melarangku untuk bermain ponsel. Aku sering merengek jika nanti ada rekan kerjaku yang memerlukanku bantuanku dan lagi-lagi ibuku dan mertuaku sepakat mengatakan bahwa jika mereka memerlukan bantuanku bisa memberitahu si pemegang ponselku, entah itu ibuku atau mertuaku.
"Zaleena, bagaimana jika kita membeli sesuatu?"
Melirik ke sebelah kanan aku melihat Zayn di sebelahku dengan posisi menyerong, aku menghela napas dan menggeleng. Mendapat gelenganku ia berdecak sebal, kemudian ia bangkit meninggalkanku tidak tahu kemana.
Aku menutup mataku karena merasa sangat bosan, seperti hidup di sebuah gua yang sangat minim dengan aktivitas yang bisa dilakukan selain bernapas. Mengerang rendah aku membuka mataku melihat Zayn dengan cengiran bocahnya melihatku dengan sepiring cheese cake dan croissant. Ia mengangkat piring tersebut tepat di hadapan wajahku, seolah menggoda bahwa makanan yang di atas piring bewarna biru itu sangat menggoda dan tentu saja aku meneguk ludahku saat mencium aroma cheese cakenya.
Seringai Zayn terlihat begitu melihat wajahku yang menginginkan makanan yang ia goda sebelumnya padaku. Mengalah aku menyodorkan tanganku—meminta piring yang berisi makanan tersebut pada Zayn dengan gaya sombongnya ia menaikkan dagunya dan memberiku piring tersebut sambil mengusap lembut puncak kepalaku.