There is always some madness in love.
Tak ada perjodohan atau paksaan dari siapapun saat Oh Sehun memutuskan untuk menikahi Lee Da Hye.
Orang-orang berpikir kalau Lee Da Hye adalah Cinderella di dunia nyata, mengingat dia menikah dengan seorang peng...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Lee Da Hye
Aku terbangun saat matahari sudah tinggi, merasakan cahayanya yang menusuk-nusuk retina. Aku merasakan hembusan napas halus Sehun di tengkukku, dan spontan aku berbalik. Aku seharusnya bergegas bangun, menyiapkan sarapan atau semacamnya untuk pria di depanku ini. Tapi aku memilih berdiam selama beberapa waktu, menopang kepalaku dengan sebelah tangan.
Orang-orang akan segera setuju jika aku mendeskripsikan Sehun sebagai salah satu definisi pria paling tampan. Aku betulan heran, apa dia tidak lelah menjadi pria tampan?
Omong-omong, dia punya dua kepribadian dalam versiku. Seorang monster dengan wajah tak masuk akal saat dia membuka mata dan seorang bayi yang begitu rapuh saat tidur seperti sekarang ini.
Aku mengulurkan tangan, berniat mengusap rambut pendeknya yang halus dan selalu wangi. Tapi kemudian aku mengurungkan niat, tahu bahwa Oh Sehun bisa bangun bahkan dengan sentuhan paling sepele sekalipun. Lagi, aku kembali memandanginya seolah tak ada hari esok.
Sehun bergerak tak nyaman saat matahari tanpa sengaja menyorot ke wajahnya. Aku membetulkan posisi, duduk untuk menghalangi matahari yang menganggu nyaman tidurnya.
Dua puluh, tiga puluh, atau tiga puluh lima menit aku memandanginya. Mungkin? Aku cenderung buta akan waktu jika sudah begini. Momen di mana aku merasa bahwa semua penderitaanku terbayar lunas di muka. Ada Oh Sehun dalam jarak pandangku, dan semua kelakuan kejamnya mendadak menjadi termaafkan.
"Good morning." Suara seraknya menyapa. Aku gelagapan setengah mati, takut jika dia memergokiku.
"Mor..ning." Jawabku parau.
"How's your sleep?" Tanyanya lagi. Kedua matanya bahkan masih terpejam. "It must be hard for you since.... you didn't sleep at all last night."
Aku tersedak salivaku sendiri begitu mendengar kalimat terakhirnya. Bagaimana dia bisa tahu? Aku memang tidak bisa tidur semalaman.
Sehun membawaku kembali dari tempat antah berantah yang ku pikir ada di pulau terpencil Filipina atau semacamnya. Kami menempuh satu jam perjalanan dengan kapal motor, satu setengah jam dengan mobil jeep, dan tujuh jam perjalanan dengan jet pribadinya. Secara logika, harusnya aku terlalu lelah dan segera tidur begitu bertemu ranjang. Tapi dasar sial mataku tidak bisa diajak bekerja sama. Aku malah terjaga semalaman.
Logikanya begini, bisa dikatakan aku baru saja berbaikan dengan Sehun. Kami secara tersirat berniat memulai hidup baru. Ya, baiklah terdengar agak konyol memang setelah semua kegilaan yang dia dan keluarganya lakukan. Tapi aku bisa apa? Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk bisa bersamanya lagi.
Mungkin saja masaku sebagai Cinderella masih dalam masa tenggang, belum sepenuhnya kadaluarsa.
Aku mendecakkan lidah begitu melihat ekspresi mengejeknya. Dia memang tampan luar biasa, tapi tatapan menyebalkannya betulan membuatku ingin mejambaknya saat ini juga.