Warning : PG 17 for mature contents
Some of the scenes were inspired by NBY Series by Han Hye Na
"Aku akan segera mengirimkan surat perceraian." Lee Da Hye berbicara dengan wajah datar nyaris tanpa emosi. Oh Sehun bahkan bisa melihat seringai di sudut bibir wanita tersebut.
"Kau gila? Aku tidak mau bercerai denganmu!" Dia berteriak hingga tenggorokannya sakit, yang ditanggapi Da Hye dengan tawa mencemooh. Dia benar-benar kalah telak, bertekuk lutut di bawah kaki seorang wanita.
"Selamat tinggal, Sir" ujar wanita tersebut, sebelum menghilang di balik pintu.
Pria itu bangun dengan kegelapan yang menyelimuti, peluh sudah membanjir hingga kaus tipis yang dia kenakan basah. Kepalanya seperti dihantam benda tumpul, nyeri sekali. Tenggorokannya terasa kering, tercekat. Dia memaki dalam hati saat menelan ludah yang justru memperburuk keadaannya.
Mimpi buruk. Dia benci sekali mimpi buruk.
Sehun akan lebih memilih dicaci maki dengan bonus tamparan dari Jenny Evans -ibunya- daripada bermimpi seperti tadi. Lee Da Hye meninggalkannya. Dia nyaris saja kehilangan kewarasan karena sebuah mimpi.
"Aku benar-benar kalah telak." Dia tersenyum kecut sebelum turun dari tempat tidur dan berlari dengan gusar ke arah dapur. Dia butuh segelas air dingin sebelum mati kehausan.
**
Lee Da Hye nyaris menumpahkan ramyun yang dia buat saat tiba-tiba Sehun berdiri di sebelahnya. Pria itu nyaris tidak peduli, dan Da Hye mengintip dari ekor matanya. Dia bisa melihat baju Sehun yang basah, juga wajah suaminya yang bercucuran keringat. Mereka masih saling mendiamkan selama tujuh hari belakangan. Tujuh hari paling menyiksa.
Sehun yang merasa dipandangi menoleh, mencebikkan bibir saat Da Hye dengan tergesa-gesa memakan kembali ramyun yang nampaknya sudah mengembang tak keruan. Wanita itu tersedak hingga wajahnya memerah. Dia tak punya pilihan selain mengambil air di dispenser yang terletak persis di sebelah Sehun. Pilihan buruk karena dia mau tidak mau akhirnya menatap langsung ke wajah suaminya yang pucat. Dan pilihan lebih buruknya dia akan mati tersedak. Sungguh, itu bukan cara meninggal yang keren. Dia memilih opsi pertama tentu saja.
Da Hye meneguk minumannya sambil memukul-mukul dada. Wajahnya kian memerah, sedangkan Oh Sehun justru terdiam bak patung jika saja Da Hye tak melihat dada pria tersebut yang naik turun. Biasanya, pria tersebut akan menampakkan wajah kuatir, menghampirinya dan memberi segelas air. Mengulurkan tangan pertama kali saat dia butuh pertolongan. Biasanya.
Tapi hari ini masih sama seperti tujuh hari sebelumnya. Perang dingin masih terus berlanjut.
**
Oh Sehun mengamati setiap gerak gerik Da Hye, nyaris berlari dan mengomel saat melihat istrinya tersedak. Tapi kakinya seperti dilem dengan perekat paling super di dunia. Dia justru berdiri mematung dan justru terus mengamati setiap pergerakan Da Hye. Dia begitu fokus hingga bisa mendengar suara langkah buru-buru wanita tersebut menuju dispenser, suara air yang dituangkan, suara tegukan yang menggairahkan dan dia bahkan bisa mendengar suara gesekan pakaian yang Da Hye kenakan.
Pria tersebut meneguk ludah saat tatapan mereka bertemu. Mereka terdiam selama bermenit-menit, seolah mereka punya waktu di seluruh dunia.
"Aku ingin bicara." Ujar Da Hye memecah keheningan, ucapannya terdengar begitu ketus. Sehun setengah mati menahan sorakan karena akhirnya Lee Da Hye berbicara terlebih dahulu padanya. Dia terdiam, menunggu. Wanita di depannya justru mengusap tengkuk nampak salah tingkah. Dia menatap mata gelap itu lagi. Masih ada sisa amarah di sana, ego juga... kerinduan. Entahlah.. Oh Sehun malas menebak-nebak.
Pria itu berjalan mendekat. Da Hye terkesiap, menyadari perbedaan tinggi mereka yang mencolok. Sehun menjulang di depannya, dan dia merasa begitu terintimidasi.
Dia berusaha membalas tatapan Sehun, berlama-lama di sana, nampak mencari sesuatu. Kali ini suaminya lah yang pertama memutuskan kontak, menunduk. Dia merasa bahwa Sehun sedang menatap ke bibirnya, berpindah ke matanya lagi dan kembali ke bibirnya. Dia bisa merasakan Sehun tengah menimbang-nimbang sesuatu hingga kerutan di dahinya muncul dengan jelas. Dia kehabisan kata-kata, dan memilih menghitung dalam hati.
Detik ke lima, dia merasakan tubuhnya di dorong hingga gelas di tangannya tergelincir dan tubuhnya terantuk sudut meja. Tangan Sehun memegangi pinggangnya yang berdenyut nyeri. Bibir pria itu menjelajah.
Dia membuka mulut, membiarkan lidah Sehun menelusup masuk, membelit.
**
Sehun memegangi wajah Da Hye dengan kedua tangannya dengan begitu kuat, seolah dia bermaksud menghancurkannya. Bibirnya masih terus menjelajah, membelit, mengambil sebanyak yang dia mau. Dia mengigit bibir bawah wanita itu, hingga bisa merasakan sensasi asin darah yang mengikuti. Dan dia tak berniat memperlembut cara berciumannya mengingat Da Hye membalas dengan cara yang sama beringasnya.
Dia masih terus melakukannya, kali ini memegang bagian tubuh manapun yang bisa dijangkau kedua tangannya. Dia benar-benar melakukan semuanya dengan caranya. Dia ingin menguasai setiap senti tubuh wanita tersebut, dan menikmati keintiman yang dia tahu sebentar lagi akan dia akhiri.
Sehun mendorong tubuh Da Hye dengan kasar saat merasa sudah cukup, merentangkan sebelah tangannya untuk memberi jarak. Dia lalu berbalik tanpa mengatakan apapun. Seolah yang baru saja terjadi tidak berpengaruh apa-apa padanya. Dan barusan adalah ciuman terkejam yang pernah dia berikan pada Lee Da Hye.
Dia masih belum mau mengalah pada egonya. Dia masih merasa sebagai pria paling benar di dunia. Tapi yang wanita itu mungkin belum tahu adalah, bahwa dia juga menderita dan terluka. Rasa sakitnya berkali-kali lipat lebih dalam dari yang wanita tersebut rasakan karena...dialah penyebab luka itu.
Belum waktunya dia berbaikan dengan istrinya.
**
TBC
ini ostnya Chen - I'm not okay
pas banget sama tema Sehun dan Da Hye yang ga kunjung berbaikan ha ha ha...
KAMU SEDANG MEMBACA
ATS' Series - The Scandals (COMPLETED)
FanfictionThere is always some madness in love. Tak ada perjodohan atau paksaan dari siapapun saat Oh Sehun memutuskan untuk menikahi Lee Da Hye. Orang-orang berpikir kalau Lee Da Hye adalah Cinderella di dunia nyata, mengingat dia menikah dengan seorang peng...