There is always some madness in love.
Tak ada perjodohan atau paksaan dari siapapun saat Oh Sehun memutuskan untuk menikahi Lee Da Hye.
Orang-orang berpikir kalau Lee Da Hye adalah Cinderella di dunia nyata, mengingat dia menikah dengan seorang peng...
Ini betulan ratenya 17 plus plus, yg masih dedek2 gemay jangan baca ya wkwkwk
Oh Mansion, Daechi-dong 19, Gangnam-gu, Seoul
Lee Da Hye berjalan dengan tergesa-gesa memasuki rumahnya sendiri. Ralat rumah Oh Sehun. Dia bahkan nyaris tersandung kakinya di tangga sebelum dengan tanpa berpikir soal sopan santun, membuka pintu dengan keras hingga menimbulkan bunyi berdebam.
Hatinya mencelos mendapati Sehun yang tengah mengepak pakaiannya. Pria itu sendiri nampaknya sama sekali tidak terganggu dengan kedatangan Da Hye yang menimbulkan suara berisik di mana-mana. Dia hanya memandang sekilas sebelum kembali fokus mengepak pakaiannya.
"Kau mau ke mana?" Teriak Da Hye. Dia tidak bermaksud membentak tentu saja. Hanya saja kepanikan membuatnya melakukan bentakan yang tidak semestinya. Dia baru saja melancarkan aksi balas dendam tak sengaja yang melibatkan Kim Jongin, sahabatnya. Lalu tanpa memikirkan resiko dia malah membuat suaminya berkeinginan untuk bercerai dengannya. Mungkin? Otaknya diisi dengan berbagai macam kemungkinan buruk saat ini. Tapi siapa juga yang bisa berpikir dengan jernih saat melihat Oh Sehun berkemas-kemas tanpa mau sekedar memalingkan wajah untuk menatap ke arahnya?
"Ya! Oh Sehun-ssi, aku berbicara padamu!." Da Hye berteriak lagi, dengan intonasi yang lebih tinggi. Sehun mengerutkan dahi, melemparkan salah satu pakaiannya dengan kesal ke dalam koper.
"Aku tidak tahu jika kau semakin tidak punya tata krama." Sehun menukas dengan dingin.
Da Hye membuang harga diri, dia setengah berlari ke arah Sehun dan menekankan bibirnya di atas bibir pria tersebut. Dia menggigit pelan, mencecap, meremas bokong Sehun hingga pria itu menggeram dan membuka mulut. Dia dengan leluasa mengeksplor, merasakan setiap inchi bagian dalam mulut pria yang selalu mengatakan perintah, mendoktrinnya dan kini dia dengan bangga mengambil alih, seolah dia lah si master di sini.
Sehun yang tadinya terkejut dan bersikap pasif kini membalas dengan ciuman yang tak kalah beringas. Dia hanyalah pria normal dengan libido yang perlu dipuaskan.
Jari-jari Da Hye dengan sigap membuka kancing kemeja Sehun, dan dalam hitungan tak sampai satu menit, kemeja putih milik pria tersebut tanggal, menampilkan tubuh bagian atas yang sempurna. Maha karya yang bahkan kata sempurna saja seolah terlalu menyepelekan.
Sehun kembali menggeram saat tangan Lee Da Hye berada di kepala sabuknya, dengan terburu-buru melepas dan menanggalkan celana jin yang suaminya kenakan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"I never teach you to be this bad girl, Miss Lee." Sehun masih sempat menggeram. Da Hye enggan membalas. Dia justru mengigit pelan bibir Sehun sebelum bibirnya yang sudah lihai berpindah ke adam nipple milik pria tersebut.
"I should be the master, not you." Dia setengah berteriak sekarang, dengan suaranya yang serak dan mata berkabut.
"You shouldn't provoke me, and just let me leave so you will be save."
Tepat setelah mengatakan kalimat terakhirnya, Sehun mendorong Da Hye hingga tertidur di atas ranjang. Bibirnya bengkak, dan bahkan ada sisa-sisa gigitan di sana. Dia mengamati sebentar. Wajah Da Hye yang terbakar napsu benar-benar menggairahkan, belum lagi kaus yang wanita itu kenakan tersingkap hingga menampilkan bra berwarna hitam berenda yang menggugah selera. Dia menarik celana jin dan celana dalam yang Da Hye kenakan dengan sekali sentakan, tanpa kesulitan sama sekali.
"I hope you don't regret anything after this." Ujarnya, sebelum menurunkan celana dalamnya sendiri, dan menyatukan tubuh mereka.
**
Da Hye terbangun keesokan harinya. Cahaya matahari masuk melalui celah-celah jendela yang tidak tertutup kordin. Dia menggerakan tubuh, merasakan nyeri luar biasa terutama di bagian kewanitaannya. Entah berapa kali mereka bercinta semalam. Dia mencebikkan bibir. Bercinta? Itu hanya seks semata. Bercinta dilakukan oleh dua orang yang saling menginginkan, dan jika beruntung saling mencintai. Yang dia ingat adalah, Sehun memasukinya berkali-kali semalam. Tanpa jeda hingga dia nyaris pingsan. Atau mungkin dia betulan pingsan mengingat dia baru bangun sekarang?
Tapi toh dia tak bisa sepenuhnya menyalahkan Sehun, mengingat... dia lah yang memulai. Sehun bahkan dengan baik hati memperingatkan bahwa dia seharusnya tidak memprovokasi. Bahwa sebaiknya dia membiarkan Sehun pergi begitu saja.
Sayangnya, dia menjadi begitu serakah sekarang. Dia tidak rela jika Sehun pergi.
Dia tidak rela jika Sehun memilih wanita lain.
Dia ingin menjadi satu-satunya yang bisa mengklaim kepemilikan atas pria tersebut.
Dia rela menderita.
Dia rela terluka, asal Oh Sehun tetap menjadi miliknya.
Dia tertawa terbahak-bahak begitu mendapati sisi kanan tempat tidurnya kosong. Dingin. Tanpa Oh Sehun. Tawa itu hanya berlangsung dua menit sebelum dia menangis tersedu-sedu. Bukan karena nyeri di bagian kewanitaannya, tapi lebih pada... nyeri tak terlihat karena Sehun benar-benar pergi.
Dia tidak menemukan koper yang pria itu gunakan kemarin. Dia bahkan sangat yakin bahwa Sehun langsung pergi setelah puas menidurinya.
Dia seperti pelacur yang ditinggalkan oleh langganannya.
Dia...merasa sehina itu sekarang.
Dan... sepertinya dia benar-benar kehilangan Oh Sehun sekarang?