Penasaran dengan kabar Minhee? Bocah itu berakhir di club tempat Jungmo bekerja ; sudah dengan rambut barunya yang berwarna silver. Jam sudah menunjukkan pukul 11, dan tempat itu pun mulai ramai. Dengan hoodie hitam menutupi wajah dan rambutnya, dia duduk di sudut, berniat memata-matai Yunseong dan kekasihnya lagi.
Bingo! Arah jam 1, dia menangkap figur Yunseong yang datang dengan kemeja hitam kebesaran dan skinny-jeans hitam pula. Kemudian pemuda itu terlihat berjalan ke arah sofa di sampingnya. Kebetulan sekali bukan? Maka dia pun memakai masker hitamnya sampai menutupi hidung dan berpura-pura sibuk dengan ponselnya.
Selang beberapa menit, Jungmo datang ke sofa Yunseong dengan sebotol besar soju cocktail dan seember kecil es batu. Minhee mendecakkan lidahnya dengan kagum.
'Brengsek bener ini orang-orang, pada mau mati muda apa gimana.'
Jungmo melepas apron-nya, mengeluarkan kemeja warna gading itu dari celana bahan hitamnya, kemudian menjatuhkan dirinya di samping Yunseong yang langsung merangkulnya. Natural sekali, tampak sudah sangat terbiasa.
"Seong, gue mau ngomong," ujar Jungmo. Minhee langsung menajamkan pendengarannya. Dia diam-diam mengutuk pada dentuman musik yang terlampau kencang itu.
"Iya, ngomong aja. Kok lo kayak ketakutan gitu sih?" Yunseong mengambil tangan kanan Jungmo dan menggenggamnya. Ditatapnya pemuda manis di sampingnya dengan terkagum. Jungmo lagi-lagi membuatnya jatuh, riasannya hari ini tampak cerah dengan kelopak mata berwarna peach dan bibir bersemu oranye.
"Sampe kapan lo mau kayak gini Seong?"
"Kayak gini gimana, hm?" dielusnya tangan Jungmo dengan ibujarinya.
"Jadiin Donghyun mainan."
Yunseong tertegun.
"Kita udah sepakat, bukan? Di saat kita berdua, cuman ada kita. Kenapa lo harus mikirin dia?"
"Gue yang udah gak bisa, Seong. Gue mohon, udahin semua ini. Gue udah gak mau egois. Gue sayang sama Minhee..."
"Kenapa lo tiba-tiba kayak gini sih? Jangan bilang... Minhee udah tau ya soal kita? Terus lo ngerasa bersalah, gitu? Klasik banget Mo, jangan konyol deh."
"Ini bukan perkara dia tau atau nggak. Gue mikir Seong.. apa rasanya kalo gue di posisi dia yang terus-terusan dibodohin kayak gitu.. belum lagi si Donghyun. Lo tuh udah jebolin Donghyun, njing. Jangan lo pikir gue gak tau. Sekarang apa? Apa lagi alasan lo? Dulu kan gue setuju karna lo bilang lo gak tega nyentuh Donghyun. Sekarang kan dia udah bisa lo pake sesuka lo?"
Minhee mati-matian menahan hasratnya untuk membogem mentah pemuda Hwang itu.
"Tetap aja rasanya beda, Mo. Kan gue cintanya sama lo."
Jungmo menghela napasnya berat.
"Gue juga. Tapi ini semua salah, Seong. Gue udah gak bisa. Tolonglah.. bisa gak sekarang kita fokus masing-masing?"
"Ini kerjaan lo kan? Emang lo bisa nolak? Sekali jalang tetap jalang," Yunseong tersenyum remeh. Jungmo menggigit bibir bawahnya.
"Jadi.. karna gue rendah lo bisa seenaknya ya mainin perasaan gue? Nyakitin Donghyun dan Minhee sekaligus, iya? Gara-gara duit sekarang lo buta, hah?"
"It's not about the money, bitch. Gue obsessed sama lo, puas? Gue gak akan ngelepasin lo, apapun yang terjadi."
"Lo bilang, lo gak mau jadi brengsek.." isak Jungmo. Dia sangat marah, air matanya tak bisa lagi dia tahan.
"Toh gue udah terlanjur di-cap brengsek. Jadi, apa bedanya? Ayo.. sekarang, layanin gue. Kita pergi," Yunseong menarik tangannya hingga mereka berdua berdiri. Saat itulah Minhee melepaskan penyamarannya dan langsung menendang tepat di dada Yunseong, membuat pemuda itu tersungkur. Jungmo yang terlalu shock untuk bereaksi apa-apa dibopong olehnya, dibawa pergi. Dia lari keluar, memberhentikan taksi, dan membawa Jungmo pulang ke apartemennya sendiri. Jungmo tidak berhenti menangis selama perjalanannya pulang.
---------------
Minhee menggendong Jungmo seperti bayi koala saat masuk ke apartemennya, lalu dengan berhati-hati membaringkannya di kasur miliknya. Kemudian dikukungnya si manis yang tubuhnya lebih ringkih darinya itu.
"Lo tinggal sama gue aja mulai sekarang, oke? Gak usah pusing pikirin biaya hidup lo. Tapi lo harus keluar dari tempat kerja macam itu. Gue gak bisa liat bajingan itu nyentuh-nyentuh dan ngehina lo dengan mulut kotornya lagi."
"Gue gak tau kenapa dia kayak gitu malem ini, Min. Gak biasanya dia kasar sama gue.."
"Ya berarti itu dirinya yang asli, karna dia pikir dia udah berhasil dapetin lo. Lupain aja. Dia bukan orang baik. Lo gak pantes buat dia."
"Dan gue juga gak pantes sama lo. Gue sama dia gak ada bedanya, sama kotornya."
"Lo begitu karna kerjaan, sedangkan dia tidur sembarangan ya karna emang dia bangsat."
"Gue harus apa Min?"
Minhee membuka hoodie yang dikenakannya, menyisakan sehelai kaos tipis. Kemudian membaringkan tubuhnya di samping Jungmo.
"Tidur aja. Besok kita bolos, dan kita pikirin soal kita kedepannya. Mau jalan-jalan sama Kak Yuvin?"
"Mauuuu! Ayo, kita double date?" mata Jungmo berbinar senang, berbeda sekali dengan beberapa menit lalu. Minhee menghadap ke arahnya dan mengusak rambunya dengan sayang.
"Call. Kita ke Lotte World, bagaimana?"
"Mau mau mau, Mogu mau.."
"Mogu aja?"
"Mogu-nya Minhee. Hehehe. Good night, ayo kita tidur cepat biar besok fresh," Jungmo mendusel ke dada Minhee yang tak kalah bidang dengan si bajingan itu.
Minhee mengecup pucuk kepalanya, menarik kucing kecil yang manis itu mendekat, mengeratkan pelukan mereka. Lampu kamar dimatikannya dengan remote, dan dia bernyanyi untuk kekasihnya hingga keduanya terlelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE TRUTH THAT LIES WITHIN
Fanfiction"Kupikir.. aku sudah tidak ada harganya lagi." - KYH "Sekedar mengagumi itu tidak salah bukan?" - HSW "Aku memang tak pantas untuknya, maupun untukmu." - SYV "Kau itu hanya perusak. Kau tidak pantas bahagia, kau tau?" - KWS Dari sekian banyak cerit...