32. Ancaman Wooseok

936 126 9
                                    

(1)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(1)

(2)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




(2)

------------------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




------------------


Wooseok kini tengah tersenyum menang menatap layar ponselnya. Puas sekali rasanya dia bisa membuat Yohan ketakutan. Dia pun masih ingat tatapan memuja Seungwoo terhadap pemuda yang sama cantiknya dengan dirinya itu, yang tentu saja membuatnya cemburu buta.








*flashback*


Yohan yang kala itu sedang mengandung akhirnya menyetujui ajakan Seungwoo untuk bertemu. Pemuda kelinci itu datang sendiri dengan setelan kemeja kebesaran warna salem dan celana chino hitam yang terlihat nyaman. Dia tengah mengantri untuk membuat pesanannya di kafe itu saat Seungwoo yang juga baru datang diam-diam mengambil fotonya. Tapi bukan Yohan namanya kalau tidak sadar kamera. Dia menoleh ke arah Seungwoo dengan kaget.. sampai akhirnya dia melihat Wooseok yang berdiri di belakang pemuda tinggi itu, menatapnya dengan penuh kebencian.

Yohan mengangguk padanya, ketara gugup. Tak lama mereka bertiga pun duduk di sudut, dekat dengan jendela ; tapi jauh dari kerumunan.

"Kamu apa kabar Han? Sehat?" tanya Seungwoo.

"Sehat kok kak. Ini udah 30 minggu.." Yohan menyentuh perutnya yang membuncit.

"Gak terlalu besar ya?" Seungwoo ikutan menaruh tangannya, membelainya dengan hati-hati. "Dia nyusahin kamu gak?"

Yohan menggeleng.

"Dia anteng kok kak.. jarang bangunin aku pas tidur. Aku juga gak ada ngidam aneh-aneh.."

"Iya, kamu enggak. Kakak yang iya. Nih liat.. sejak kapan coba kakak suka yang pahit-pahit," Seungwoo menyeruput americano miliknya. Yohan terkekeh.

"Itu doyanannya aku kak biasanya."

"Beneran? Pahit gini kamu suka?"

"Soalnya kan aku kerjanya balik tengah malem kak.. kebiasa jadinya minum itu."

"Kamu kerja dimana sih?"

"Di Circle K kak."

"Ya ampun, udah keadaan kayak gini juga kamu masih kerja? Mereka gak kasih kamu cuti?"

"Aku mulai cuti minggu depan sih kak rencananya. Ini udah berat banget soalnya..." bibir Yohan mengerucut lucu. Seungwoo mengusak rambutnya dengan gemas.

"Terus sekolah gimana? Masih mau lanjut kan?"

"Lanjutlah kak! Cupu banget aku segini doang masa mau nyerah."

"Bagus! Seneng kakak dengernya. Cari sekolah yang bagus ya Han, nanti kakak yang tanggung."

"Eh? Gak usah kak.. aku balik lagi kok nanti ke Hanlim. Kan masih ada Jungmo."

"Oh iya sih.. lebih nyaman ya kalo ada temennya."

"Iya kak.. aku gak begitu suka di lingkungan baru, ngerasa kayak orang asing."

"Ngerti. Kamu jangan kerja dulu ya Han, istirahat, fokus dulu sama si baby. Pasti nanti repot banget ngurusnya."

"Aku juga kayaknya mau vakum lagi deh kak setahun.. bener kata kakak, biar fokus. Kan gak mungkin aku titipin dia ke tetangga terus nanti.. gak lucu. Oh iya.. dia laki-laki kak, siapa tau penasaran," Yohan tersenyum dengan sangat manis. Seungwoo memeluknya dari samping, membuatnya tersentak.

"Maaf ya.. kamu kaget? Kakak spontan.. seneng banget soalnya. Kakak emang pengen banget punya anak laki-laki biar bisa nerusin nama keluarga kakak...."

"Iya kak, pasti nama belakang kakak kok yang aku pake."

Seungwoo tersenyum seraya menempelkan pipinya di perut Yohan yang kini bergerak-gerak lucu, pertanda bayinya sedang aktif di dalam sana.

"Dia tau kakak papanya.." lirih Yohan.

"Woo, to the point ajalah cepet," ujar Wooseok gusar. Di tangannya sudah ada amplop coklat.. Yohan entah kenapa langsung gelisah. Amplop itu dibuka, dan beberapa lembar kertas disodorkannya pada Yohan. "Baca sendiri. Itu draft-nya. Yang asli bakal gue kasih nanti, lo tinggal tanda tangan. Ngerti?"

Air mata Yohan jatuh tanpa diperintah.

"Kak.. kakak kok tega sama Yohan?" isaknya.

"Lo kan tau gue udah gak bisa hamil gara-gara mantan gue yang kayak anjing itu. Udah tau due date gue tinggal deket, malah ngajakin. Gak tau diri itu orang. Udahlah, gue gak mau banyak omong. Lo juga gak bisa menang di kasus ini, asal lo tau. Seungwoo punya perusahaan, uangnya stabil. Sedangkan lo cuman anak SMA. Kita udah menang di jalur hukum."

Yohan menatap Seungwoo nanar. Seungwoo memalingkan wajahnya sambil menggumamkan maaf berulang kali. Pemuda cantik itu pun menghela napasnya.

"Setahun. Kasih aku setahun kak.. biarin aku sama dia dulu."

"Lebay lo! Kayak yang bakal pisah selamanya aja, gue kan cuman ambil hak asuhnya, bukan ngambil dia dari lo. Emangnya lo bisa besarin dia? Gue tuh ngeringanin beban lo yang ada! Lo tuh selain miskin dan gak tau malu, gak tau terimakasih juga ya?"

"Seok, cukup. Aku juga punya suara kan disini?" ujar Seungwoo. Nada bicaranya berubah tegas. "Aku mau anak itu setahun dulu sama Yohan. Gimana pun bayi baru lahir bakal butuh ibunya. Untuk biayanya biar kakak yang tanggung," dia menatap Yohan kali ini. Yohan akhirnya mengangguk, walaupun air matanya terus jatuh.

"Aku gak bisa apa-apa kan.. yaudah," cicitnya.

"Bagus. Udah kelar kan urusan kita? Ayo pulang Woo," Wooseok tersenyum miring. Puas rasanya bisa menginjak harga diri sahabatnya itu.

"Gak. Kita anter Yohan dulu. Ayo Han.." Seungwoo menggenggam tangan Yohan yang bergetar. Yohan menurut, dia sudah terlalu lelah untuk berpikir.


*flashback ends*




*flashback ends*

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
THE TRUTH THAT LIES WITHINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang