Aku bosan dengan pertanyaan "Kapan nikah? Kapan kasih Ibu cucu?" Aku benar-benar bosan. Terlalu sering dikecewakan oleh laki-laki membuatku enggan menikah. Mencari pacar saja malas. Tapi Ibu, memaksaku menikah. Menikah sama siapa Ibuku sayang?
Raef...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ready Just Married Full Chapter : 69 Chapter Utama + 7 Chapter Special - Hanya di versi ebook Platform pembelian : - Google Play Books - PDF langsung dari Author - Soon available, ditunggu ya Penerbit : Keiko Publisher Price : Rp. 61,875,-
Drama 29. Lelah
Seorang wanita belia berambut pirang turun dari taksi online. Ia menarik koper jumbo berwarna hitam legam. Selembar kertas panjang yang melingkar di penarik kopernya menunjukkan logo sebuah maskapai penerbangan yang cukup terkenal di Indonesia. Ia membuka kacamata hitamnya.
Ia kemudian melangkah masuk ke halaman dan tanpa mengetuk terlebih dahulu, ia membuka pintu. "Kak?" wanita belia itu kaget melihat Raefal tertidur di sofa dengan wajah yang kebiruan.
Mendengar seseorang memanggilnya, Raefal terbangun. "Loh? Mona?! Kapan sampai?!"
Adalah Mona Rosmalia, adik bungsu perempuan satu-satunya Raefal Aditya, anak kedua dan terakhir Tante Rosmala. Dia baru saja kembali ke Indonesia di waktu libur kuliahnya. Mona melanjutkan kuliahnya di Australia.
"Kakak kenapa?!" Mona seketika panik. Ia langsung menghampiri Raefal. "Kakak berantem, hah?! Aku bilangin Mama nih!" teriaknya sambil mengeluarkan ponselnya.
Raefal langsung merebut ponsel Mona. "Jangan ngadu sama Mama kamu! Awas kalo berani ngadu!" Raefal balas mengancam. Ia memasukan ponsel Mona ke dalam sakunya.
"Terus kenapa itu muka babak belur, Kak? Oh! Atau- ih nggak mungkin, ah!" Mona meracau sendiri, "nggak mungkin Kak Bella seberingas ini! Ini bukan KDRT, 'kan?!" Mona memandangnya ngeri. "Kak Bella nggak begitu, 'kan, ya? Dia baik banget kok, pas nikahan aja-" Wajah Mona pucat membayangkan kebrutalan Bella saat menghajar Raefal hingga babak belur.
"Bukan, bukan Bella," bantah Raefal. "Bella nggak ngapa-ngapain," Ia menunduk sedih.
Mona yang mengambil jurusan psikologi disana merasakan ada yang tidak beres dengan kakaknya. Di matanya, Raefal seperti orang yang memendam stress dan beban pikiran yang luar biasa beratnya.
"Kenapa?" Mona duduk di samping kakaknya, "kakak tau aku ambil jurusan apa, 'kan? Kakak nggak bisa bohong sama aku," Mona menyorot kakaknya meminta sebuah penjelasan. "What happen? Something happen?" baru beberapa detik ia bertanya, ia seperti mendapatkan jawabannya sendiri.
"Is this about...Dea? Kamu masih ketemu sama Dea?!" Mata Mona membulat. Yes, Mona. Yes. Tebakanmu benar, begitu batin Raefal.
"Kamu..kamu pasti dipukulin sama cowok di tempat Dea clubbing, ya?!" Yes, absolutely right. Kamu bukan psikolog, Mona. Kamu peramal!
"God. You're such an idiot, Kak! Kamu udah nikah tapi masih nemuin Dea? Are you crazy, huh?!" Semua tentu saja menentang sikap kakaknya yang masih menemui Dea setelah menikah. "She's the worst women I ever met, Kak. She's really really really a crazy woman. Why don't you leave her, sih?"
