Just Married - Republish 15. Birthday

3.5K 358 14
                                    

"Suka?" Tanya Raefal pada wanita pujaan hatinya itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Suka?" Tanya Raefal pada wanita pujaan hatinya itu. Tampak Dea membentangkan sebuah sweater berwarna abu-abu. Raefal tahu, Dea menyukai sweater. Ia akan memadupadankan sweater-sweaternya dengan hotpants maupun mini-skirt. Soal fashion, Dea cukup modis.

Dengan berbinar binar, ia memeluk sweater pemberian Raefal, lalu berhambur memeluk Raefal dan mengecup bibir Raefal. "Makasih, sayang," katanya senang.

"Happy birthday ke 28, Sayang," Raefal mengecup kening Dea dengan lembut. "Semoga makin dewasa ya," doanya.

Dea tersenyum lebar. "Biarin aja aku kaya anak kecil. Biar kamu manjain aku terus," manjanya sambil memeluk lengan Raefal dengan erat.

"Jangan dong. Kamu jadi lebih dewasa pun bakalan tetep aku manjain," Raefal terkekeh sambil mencium kening Dea.

Raefal kini berada di sebuah rumah kontrakan berukuran kecil dimana Dea tinggal. Tidak banyak perabotan disini. Hanya beberapa elektronik, perabotan, dan peralatan masak. Sepulang kerja tadi, ia sengaja menyempatkan diri untuk mampir merayakan hari lahir kekasihnya

Raefal lalu tersadar, susunan perabotan berbeda sejak terakhir ia kesini.

"Kamu, habis pulang ya?" pertanyaan Raefal membuat Dea tersentak. "Kamu selalu ngerubah susunan perabotan setiap depresimu kambuh. Kamu pasti pulang, kan? Kenapa kamu pulang sih, De?!" Raefal tiba-tiba marah. Raut khawatir bercampur marah tergambar jelas di ekspresinya.

Dea menarik nafas dalam. Ia lalu bersandar di bahu Raefal. Ia menggenggam tangan Raefal tanpa menjawab.

"Mana liat tangan kamu!" Raefal menarik pergelangan tangan Dea. Ia ingin mengecek jika ada sayatan baru di pergelangan tangan kekasihnya itu.

Dea menarik tangannya dengan kasar. "Apaan sih, Sayang! Ngga ada! Nih lihat!" Ia menyodorkan kedua tangannya, menunjukkan bahwa yang Raefal takutkan tidak terjadi. "Kan kamu yang bilang, kalau aku kambuh, lebih baik aku beresin rumah daripada aku ngelukain tanganku," Dea cemberut. Ia melipat tangannya di depan dada lalu mendengus. "Aku cuma rindu rumah."

"Ya tapi kan harusnya kamu bilang aku, Sayang. Bukan pergi kesana sendirian! Kalau ayahmu mukulin kamu lagi gimana?! Udah cukup sekali aku mergokin kamu babak belur gara-gara dipukuli ayahmu!"

Dea menghela nafas. "Itu 'kan Dea tahun lalu, Sayang. Aku udah banyak berubah kok, udah bukan Dea yang dulu. Aku juga langsung pergi dari rumah," Dea membela diri. Raefal melihat Dea sedih dan Dea sedang berusaha menyembunyikannya.

Raefal menarik nafas dalam. Ia sebenarnya tahu alasan Dea senang mabuk-mabukkan, pergi ke club malam, itu semata-mata ingin membuang beban pikiran tentang keluarganya yang buruk. Raefal tidak bisa membenarkan itu, tapi ia juga tidak bisa menyalahkan Dea. Keberadaannya di sisi Dea nyatanya belum cukup mengurangi beban hidupnya.

"Maaf, sayang." Raefal mengelus lembut rambut Dea. "Aku belum bisa jadi satu-satunya pengurang beban hidupmu," ia mendekap erat Dea.

Dea tersenyum. "Asal kamu masih sama aku, itu sudah cukup."

JUST MARRIED (SUDAH TERBIT) - GOOGLEPLAYBOOKSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang