Aku bosan dengan pertanyaan "Kapan nikah? Kapan kasih Ibu cucu?" Aku benar-benar bosan. Terlalu sering dikecewakan oleh laki-laki membuatku enggan menikah. Mencari pacar saja malas. Tapi Ibu, memaksaku menikah. Menikah sama siapa Ibuku sayang?
Raef...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Apa?" Dea memandang sinis kakaknya, Alfon. Entah ada angin apa dia datang sendirian ke café tempatnya bekerja.
"Kamu bilang apa sama Carissa?" tanyanya langsung tanpa basa-basi.
"Oh. Eh, mana cewek yang kamu jebolin kemarin? Ditinggalin?" sindir Dea. Ia tahu wanita itu ditinggalkan oleh Alfon si brengsek ini. Wanita itu bukan wanita pertama jika sampai wanita itu datang ke rumah dengan tuntutan pertanggungjawaban. Ada beberapa wanita yang pernah datang ke rumah dan selalu berakhir dengan keputusan yang sama yaitu menggugurkan anak Alfon. Alfon akan memberi wanita itu uang senilai ratusan juta jika wanita itu bersedia mengugurkan anak Alfon, menandatangani perjanjian di atas materai bahwa anak itu tidak akan pernah dilahirkan, lalu menghilang dari kehidupan Alfon. Herannya, mereka semua memilih untuk tanda tangan dan menerima uangnya. Oh, satu kasus wanita yang mengandung anak Alfon meninggal saat proses pengguguran itu. Dea mendengarnya dari temannya yang mengenal wanita itu. "Pake pengaman nggak?" lagi-lagi Dea menyindirnya. "Jangan sampai dia datang lagi ke rumah buat minta tanggungjawab,"
Alfon berdecak kesal. "Yang aku peduliin Carissa. Kenapa dia nggak mau nemuin aku? Kamu bilang apa sama dia?"
Dea mengangkat bahunya. "Aku nggak peduli sama urusanmu, Kak. Ribet ngurusin kamu," jawab Dea sekenanya.
"Kamu ngadu kan?"
Dea tertawa. "Masa sih? Nggak inget kalau aku pernah ngaduin kamu ke Carissa. Mungkin iya, tapi aku lupa, tuh," jawabnya santai.
"Kamu tau nggak perjuanganku buat dapetin Carissa? Ngerti nggak kamu siapa orangtua Carissa?"
Dea mengangguk santai. "Tahu. Terus? Ngga jodoh kali. Tuhan nggak mau jodohin cewek kaya Carissa sama binatang kaya kamu," cacinya.
Alfon menggebrak meja dan mengagetkan pengunjung café yang lain. Dodit sudah siap untuk berdiri namun Dea memberi isyarat untuk bersabar lebih lama karena pembicaraan mereka belum selesai.
"Kenapa?"
"Brengsek kamu, De. Kamu berani banget ikut campur sama hubungan aku sama Carissa. Kamu mau rahasiamu aku sebar ke Raefal, hah?!" Mata Dea membulat.
"Jangan berani-"
"Rahasia bahwa kamu pernah gugurin anakmu. Kita liat apa Raefal masih mau nerima kamu," mata Alfon memicing.
Dea geram. Tangannya mengepal dan giginya gemertak. Alfon mengingatkannya pada peristiwa kelam yang terjadi saat ia masih menjadi seorang gadis berusia delapan belas tahun, peristiwa yang merengut masa depannya sebagai seorang wanita. Dea diperkosa saat hendak pulang ke rumahnya. Saat itu, ia masih menjadi seorang mahasiswi tahun pertama di sebuah universitas swasta di Yogyakarta. Ia baru saja pulang mengerjakan tugas kuliah di rumah teman sekelasnya. Naas saat ia melewati daerah sepi, sekelompok pemuda memepet motornya dan menyeretnya ke sebuah bangunan kosong yang terbengkalai. Mulut Dea dibekap, tangan dan kakinya diikat. Dia disekap selama beberapa hari di bangunan itu dan dijadikan budak nafsu. Pelakunya tidak hanya satu orang. Ada beberapa pelaku yang Dea tidak ingin mengingatnya.
