2. Mine!

3.3K 387 14
                                    

Jungkook terdiam dengan tangan memegang batang kayu-memainkan abu dari kayu yang sudah terbakar habis oleh api. Matanya berkali-kali menoleh ke arah sosok itu. Sosok berparas cantik yang kini tengah mengulurkan kedua tangannya ke dekat perapian untuk menghangatkan tangan mungilnya yang kedinginan.

Wajah cantik dengan binar kepolosan itu tampak begitu memikat ketika terkena paparan sinar api unggun. Membuat Jungkook diam-diam kembali mengagumi keindahan yang ada di hadapannya.

Sweater warna hijau tua yang semula Jungkook gunakan beralih pengguna menjadi pada tubuh mungil milik lelaki cantik itu. Tampak begitu kebesaran dan membuat si cantik hampir tenggelam dalam lautan kain yang dijahit. Namun sepasang kaki jenjang dan mulus yang tampak begitu mencolok seolah mengundang burung untuk hinggap dan bertengger di sana.

Menyadari pikirannya yang mulai kacau balau, Jungkook meninju pelan pipinya seraya mengalihkan pandangannya. Lagi pula tidak ada yang bisa ia lakukan. Hanya sebatas sweater itu yang bisa Jungkook berikan pada Si cantik karena ia tidak memiliki baju atau celana lain yang bisa digunakan untuk menutupi keindahan tubuh si cantik.

Salah tingkah dan kaku tiba-tiba menelan habis seorang Jeon Jungkook ketika Si cantik beranjak dari tempatnya dan berpindah duduk di sebelahnya. Tangan mungilnya bergerak meraih tangan Jungkook sebelum jari-jari pendeknya mengelus luka gores yang sudah mengering pada telapak tangan Jungkook.

Jungkook terperangah ketika melihat luka gores pada telapak tangannya menghilang. Butuh beberapa saat sampai ia menyadari jika si cantik benar-benar bukanlah makhluk biasa.

"Kamu... Kamu itu apa?" ada rasa takut dan kagum pada suara Jungkook yang berat.

"Daddy!" namun tidak ada jawaban yang berarti. Si cantik hanya berseru senang seraya memeluk Jungkook erat. Menunjukkan betapa polosnya makhluk cantik ini.

"Namamu siapa?" Jungkook tidak menyerah untuk mengorek informasi tentang makhluk cantik ini. Setidaknya ia tau namanya untuk.... Hanya untuk sekedar tau. Yah, itu saja.

"Nama?" si cantik menunjukkan postur berpikir dengan kepala meneleng kesamping dan dahi yang berkerut.

"Iyah, nama. Kamu pasti punya nama. Aku sendiri punya nama. Namaku Jeon Jungkook. Jadi siapa namamu?"

"Uhm... Jeon Jungkook?" si cantik menjawab dengan ragu. Setelahnya bibirnya mengerucut karena mendapat gelengan kepala dari Jungkook. "Tidak, tidak. Jeon Jungkook itu namaku. Siapa namamu?"

Si cantik kembali membuat postur berpikir namun beberapa detik kemudian mencebik dengan mata berkaca-kaca seraya menggelengkan kepalanya.

"Tidak punya nama?" si cantik mengangguk. Air mata yang menggenang di pelupuk matanya mulai terjun membuat Jungkook yang melihatnya langsung terserang panik.

"Tidak apa-apa, kita bisa buat nama untukmu" ucap Jungkook berusaha menenangkan. Tanpa sadar tangannya terangkat menangkup wajah bulat milik si cantik dan ibu jarinya bergerak mengusap pipi tembam yang basah oleh air mata.

Jungkook kembali terdiam ketika ia tersadar akan perbuatannya. Namun matanya tidak lepas dari wajah Si cantik yang kini mengelus-eluskan pipinya pada tangan besar Jungkook yang terasa hangat.

Baru saja Jungkook hendak menjauhkan tangannya dari pipi gembil itu Si cantik dengan cepat menahan tangannya. "Hangat.." gumam si cantik yang kini kembali mengelus-eluskan pipinya pada telapak tangan Jungkook yang besar.

Melihat itu hati Jungkook menghangat. Tanpa sadar sudut bibirnya terangkat menunjukkan senyuman mempesona. Sampai mata Jungkook tertuju pada sebuah gelang yang dihiasi berlian yang memiliki bentuk sedikit panjang dengan ukiran di atas nya serta kedua ujungnya di hiasi oleh mutiara.

Jungkook meraih tangan kiri Si cantik tempat dimana gelang itu melingkar. Jempolnya ia gerakan-mengusap ukiran yang terukir di gelang itu. "Jimin" bacanya. Sedangkan Si cantik hanya diam dengan tatapan polos.

"Jimin" barulah ketika Jungkook menyebutkan nama itu lagi seraya menatapnya mata Si cantik kini menunjukkan sorot bingung.

"Lihat, kamu punya nama. Namamu Jimin!" seru Jungkook senang. Berbeda dari Si cantik yang ternyata bernama Jimin yang masih tampak bingung justru di sini Jungkook lah yang terlihat senang karena mengetahui nama Si cantik.

"Jimin?" Jimin mengkerutkan alisnya. Masih tidak mengerti.

"Iyah, namamu Jimin!"

"Yeahh!! Jimin!!" senyuman Jungkook melebar ketika Jimin berseru seraya mengangkat kedua tanganya ke udara. Parasnya yang elok semakin bertambah ketika tersenyum lebar yang mana membuat mata kucingnya berubah menjadi guratan melengkung.

Bruuukkkk!!

Punggung lebar Jungkook bertubrukan dengan tanah ketika tiba-tiba Jimin menubrukan tubuhnya seraya memeluk leher Jungkook. Membuat Jimin berada di atas tubuh Jungkook dengan wajah mereka yang berhadapan dengan jarak yang sangat dekat. Dalam keterdiamannya menikmati paras cantik Jimin, Jungkook bisa merasakan jika jantungnya kembali berdetak sangat cepat.

"Hahahaha..." tawa Jimin pecah membuat Jungkook diam-diam kembali mengagumi kecantikan seorang Jimin. Begitupun dengan kepercayaannya yang semakin kuat jika Jimin bukanlah seorang manusia. Ia adalah... Malaikat. Malaikat yang dikirim tuhan sebagai kesialan yang kesekian kalinya. Namun kali ini ia bersyukur atas kesialannya karena Jimin adalah kesialan terindahnya.

"Jimin, maukah kamu ikut aku ke Seoul?" entah keberanian seperti apa yang Jungkook miliki sehingga dengan semudah itu ia bisa mengajak Jimin pergi. Apakah tidak terbesit dalam dirinya rasa takut jika Jimin akan membawa masalah besar bagi hidupnya seperti membuat hatinya yang sudah ditetapkan pemiliknya tiba-tiba goyah?

"Seoul?" Jimin kembali membuat postur berpikir. Berusaha menebak-nebak apa itu Seoul.

"Iyah, Seoul. Maukah kamu ikut kerumahku di Seoul?" tanya Jungkook. Tanggapan Jimin seperti yang Jungkook harapkan. Lelaki cantik itu berseru senang, "yeahhh!! Seoul!!!" seraya mengeratkan pelukannya pada leher Jungkook.

Jungkook mengulas senyum dengan tangan yang bergerak memeluk pinggang ramping Jimin. Dalam hati bersumpah apapun atau siapapun Jimin, lelaki cantik ini hanya miliknya!

Dimohon keritik dan sarannya:)

Serendipity Bubbles | KOOKMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang