Selama perjalanan pulang menuju kediamannya yang berada di Cheongdam, Mingyu hanya termangu menatap keluar jendela. Sedangkan di depan sana Hoseok tampak fokus mengendara.
"Siapa lelaki mungil itu?" Mingyu yang masih menatap keluar jendela bertanya. Membuat Hoseok melihat ke arahnya melalui kaca spion dengan bingung. "Huh?"
Mingyu menolehkan kepalanya. Ikut menatap datar ke arah Hoseok melalui kaca spion. "Lelaki yang tadi bersamaku. Apa hubungan lelaki mungil itu dengan Jungkook?"
Hoseok menghela nafasnya sebelum kembali menatap ke jalanan didepannya. "Mana aku tau" jawabnya cuek.
"Bukannya kalian masih berteman. Setidaknya kau pasti tau siapa lelaki mungil itu, Hoseok" terdapat nada kesal dalam suara Mingyu. Membuat Hoseok kembali menghela nafas. Yang Hoseok tau lelaki mungil itu adalah lelaki yang sama dengan lelaki mungil yang waktu itu bersama Jungkook saat ia hendak menabrak Jungkook.
"Kau pikir tidak saling berkomunikasi selama hampir 5 tahun masih dianggap berteman?" ucap Hoseok. Menyindir.
Sedangkan Mingyu mengangkat kedua pundaknya-tidak peduli, lalu matanya kembali menatap keluar jendela.
"Cari tau tentang lelaki mungil tadi" setelah beberapa saat terdiam Mingyu kembali bersuara. Hoseok yang mendengarnya hanya memutar bola matanya malas. Tidak mengerti apa lagi yang akan diperbuat sahabatnya itu.
🐤
Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam dan Jungkook masih betah untuk duduk di kursi kerjanya seraya mengerjakan pekerjaannya yang tak kunjung selesai. Raut frustasi kentara sekali lelaki kelinci itu tunjukkan. Menunjukkan seberapa pusingnya ia.
Jungkook meletakkan berkas yang ada di tangannya dengan kasar ke atas meja. Kini pikirannya tengah bercabang. Memikirkan berbagai masalah dalam kehidupannya yang semakin kemari semakin bertambah.
"Kali ini.. Aku yang akan merebut dia darimu"
Perkataan Mingyu terngiang kembali dalam benak Jungkook. Inilah yang tiba-tiba membuat Jungkook frustasi. Kenapa ia begitu khawatir ketika Mingyu berkata akan merebut Jimin darinya? Bukankah ia tidak peduli pada orang lain selain seseorang? Jadi, kenapa ia harus frustasi karena itu? Tapi, Jimin itu... Entahlah, intinya perasaan Jungkook terhadap lelaki mungil itu berbeda dengan perasaannya terhadap seseorang. Perasaannya terhadap Jimin adalah perasaan ingin melindungi dan menyayangi seperti seorang kakak kepada adik. Yah.. Mungkin bisa dikatakan begitu.
Tangan Jungkook bergerak membuka laci meja kerjanya-meraih sebuah figura berukuran kecil dengan foto seorang perempuan cantik yang tengah tersenyum bahagia. Perempuan itu memiliki rambut hitam pekat yang panjang. Gaun berwarna kuning cerah dengan motif bunga warna putih membuatnya tampak begitu elegan. Terlebih senyum lebar membuat perempuan itu terlihat semakin cantik.
Jungkook mengusap foto pada bagian wajah perempuan itu. Tiba-tiba perasaan rindu hinggap dalam dirinya. Sudah hampir 5 tahun ia tidak melihat perempuan ini. Mungkin jika dulu ia tidak bersikap egois perempuan ini masih tetap akan ada disisinya.
"Huaaaaaaaaaa!!"
Jungkook tersadar dari lamunannya ketika tiba-tiba suara teriakan dan berakhir dengan tangisan keras seseorang terdengar. Buru-buru Jungkook beranjak dan berlari ke sumber suara ketika ia mengingat sesuatu.
Di lantai bawah atau lebih tepatnya di ruang keluarga Jungkook melihat TV yang tengah menunjukkan sebuah adegan dimana seorang perempuan tengah dikejar oleh sesosok hantu perempuan berbaju putih selutut yang terlihat kumal. Wajah hantu itu terlihat menyeramkan karena penuh oleh luka dan darah. Dan terdapat tali yang mengikat lehernya.
Pandangan Jungkook mengedar mencari seseorang yang kini tengah dikhawatirkannya. Sampai ia melihat sesosok mungil yang tengah duduk meringkuk di sudut ruangan. Tangannya memeluk kedua kakinya sedangkan wajahnya disembunyikan antara kedua lututnya.
Jungkook menghela nafasnya sebelum berjalan mendekati lelaki mungil itu. Ikut berjongkok untuk menyeimbangi tinggi mereka.
Jungkook langsung tau jika Jimin sangat ketakutan karena ketika ia menyentuh tangannya, lelaki mungil itu langsung berteriak histeris seraya memukul-mukulkan tangannya sembarangan dengan kedua matanya yang tetap tertutup.
"Kyaakkk!! Jelek! Pergi!!"
"Jimin, berhenti!" Beruntung Jungkook bisa menahan tangan Jimin karena jika tidak bisa saja tangan lelaki mungil itu mengenai meja laci yang berada disampingnya.
Kini tubuh Jimin sudah bergetar hebat dan itu tidak luput dari pandangan Jungkook. Jungkook juga bisa merasakan jika tubuh Jimin yang mendingin. Merasa kasihan Jungkook langsung menarik Jimin ke dalam pelukannya.
"Hey... Tenanglah. Ini aku, Jungkook" ucap Jungkook seraya mengusap punggung Jimin-berusaha menenangkan lelaki mungil itu yang kini menangis semakin kencang.
Dalam hati Jungkook merutuki diri. Ia menyesal meninggalkan Jimin menonton sendirian di ruang keluarga. Seharusnya ia tadi menemani lelaki mungil ini. Agar kejadian seperti ini tidak akan terjadi atau setidaknya lelaki mungil ini bisa berlindung dalam pelukannya.
Cukup lama hingga Jimin menghentikan tangisannya. Jungkook memangku Jimin dengan gaya koala membawa lelaki mungil itu untuk ke tempat yang lebih nyaman. Setelahnya mendudukkan dirinya di single sofa dan membiarkan Jimin yang kini tengah mengucek matanya yang perih untuk duduk dipangkuannya.
"Jadi, kenapa menangis, uhm?" tanya Jungkook seraya mengelus kepala Jimin lembut.
Yang ditanya hanya menunjuk ke arah TV yang masih menayangkan film horor, lalu kembali mengucek matanya. Mulutnya yang mengerucut membuatnya tampak menggemaskan.
"Kau takut?" gelengan kepala dari Jimin membuat Jungkook mengernyit bingung.
"Jadi, kenapa?" tanya Jungkook. Kentara sekali jika Jungkook penasaran akan penyebab Jimin menangis.
Dan jawaban dengan nada berteriak dari Jimin membuat Jungkook terkejut sekaligus mati-matian menahan tawanya.
"JIMIN LAPAR! DAN WANITA JELEK ITU MALAH MENGAGETKAN JIMIN DENGAN MUNCUL DI DEPAN JIMIN DENGAN TIBA-TIBA!!"
"Pft-hahahaha...!!" akhirnya Jungkook tidak bisa menahan tawanya lagi. Ia tertawa terbahak-bahak dan terlihat begitu lepas. Tanpa sadar membuat seseorang yang melihatnya terdiam dengan jantung yang berpacu sangat cepat.
Tawa Jungkook baru berhenti ketika Jimin memeluknya dengan wajahnya yang disembunyikan diceruk lehernya. "Daddy... Jimin lapar.." ucapnya mengadu dengan nada merengek persis seperti anak kecil yang minta dibelikan mainan. Membuat Jungkook harus menahan gemas.
"Baiklah. Ayo, kita buat sesuatu yang bisa kamu makan" ujar Jungkook seraya mengangkat tubuh Jimin. Membawa tubuh mungil itu dalam gendongan koalanya menuju dapur.
Sedangkan Jimin hanya terdiam dengan tangannya yang semakin erat memeluk leher Jungkook.
Hai? Maafkan aku yang ngilang..
Aku lagi sibuk betapa di planet mantan:v
KAMU SEDANG MEMBACA
Serendipity Bubbles | KOOKMIN
FanfictionMenurut Jeon Jungkook dia adalah orang tersial dan Park Jimin adalah salah satu kesialan terindah yang pernah didapatnya.