4. Secret Problem

2.5K 283 12
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul 19.14 waktu setempat ketika mereka sampai di Seoul. Karena perjalanan dari Gyeongju ke Seoul membutuhkan waktu kurang lebih 10 jam. Di depan sana Yoongi sudah tampak kelelahan karena mengemudi terlalu lama. Sedangkan Jungkook duduk dengan sedikit tidak nyaman karena pundaknya menjadi sandaran seorang lelaki berparas cantik yang tertidur dari tengah-tengah perjalanan. Meskipun begitu tidak membuat Jungkook berhenti bertahan pada posisinya. Bahkan matanya tidak lepas dari paras cantik Jimin yang terlihat begitu damai dan menggemaskan.

Yoongi yang kebetulan menoleh ke kaca spion tidak sengaja melihatnya. Rasa penasaran yang semula terkubur oleh rasa rindu terhadap seperangkat alat tidurnya kini kembali ke permukaan.

"Umm... Kita akan antar dia kemana?" ini adalah pertanyaan pertama yang keluar dari mulut Yoongi selama kurang lebih 10 jam perjalanan. Sedangkan Jungkook tidak beralih memandang wajah Jimin.

"Ke rumahku" jawaban yang Jungkook lontarkan sedikit lebih banyak membuat Yoongi terkejut. Pasalnya ini pertama kalinya Jungkook membawa orang lain selain belahan hatinya ke rumahnya.

"Kau yakin?" ada nada keraguan dalam suara Yoongi.

Kini Jungkook menolehkan kepalanya. Menatap Yoongi lewat kaca spion. "Memangnya kenapa?"

"Tidak. Hanya saja.. Tidak biasanya kamu membawa orang lain ke rumahmu" mendengar itu Jungkook hanya tersenyum. Lalu kembali menoleh-menatap Jimin yang masih tertidur pulas. "Entahlah.. Aku hanya suka berada di sampingnya" jawabnya setelah beberapa saat terdiam.

"Sebenarnya... Dia siapa?" Yoongi melihat perubahan pada raut muka Jungkook yang semula tenang sedikit menegang. Membuat ia menaruh sedikit curiga pada Jungkook.

"Hyung, bisakah kamu merahasiakan sesuatu untukku?" bukannya menjawab Jungkook malah mengatakan hal lain. Berusaha mengalihkan topik.

Yoongi yang menyadari ini hanya bisa mendengus dalam hati dan memilih untuk tidak memaksa Jungkook menjawab pertanyaanya. Karena jika Jungkook sudah mengalihkan topik itu artinya ia tidak mau menjawab atau membahas hal itu lagi. Sekalipun dipaksa lelaki bongsor itu tidak akan membuka mulutnya pada hal yang tidak ingin ia bahas.

"apa?"

"mulai hari ini dia akan tinggal bersamaku" jawaban Jungkook sukses membuat Yoongi kembali terkejut. Namun setelahnya memilih untuk tidak mengatakan apa-apa lagi dan fokus pada jalanan. Meskipun dalam hati terus bertanya-tanya siapa lelaki cantik yang duduk disamping Jungkook itu.

Tidak lama Yoongi menghentikan mobil di depan sebuah gerbang kayu jati yang menjulang tinggi. Hanya beberapa saat karena setelah gerbang terbuka secara otomatis Yoongi kembali menjalankan mobil memasuki sebuah pekarangan luas yang tampak penuh warna namun elegan. Halaman depan dihiasi oleh berbagai jenis bunga seperti: Tulip, Lily, Hortensia, Adenium, dan Anggrek. Di tengah halaman terdapat air mancur berukuran lumayan besar berbentuk bulat. Terdapat pohon Tabebuya bermacam warna di setiap sudut halaman dengan bangku taman dan sebuah ayunan dibawahnya.

Yoongi kembali menghentikan mobilnya tepat didepan anak tangga beranda rumah. Berbanding terbalik dengan halaman rumah yang tampak penuh warna, bangunan besar yang memiliki kesan mewah ini justru terlihat polos dengan cat putih dan hitam yang mendominasi namun tidak mengurangi keelokan arsitekturnya persis seperti rumah-rumah besar biasanya.

"Kamu bisa langsung pulang, Hyung" ujar Jungkook seraya memindahkan kepala Jimin ke sandaran jok secara hati-hati.

"Ada yang ingin aku bicarakan, Jeon" Yoongi berbicara dengan nada kesal. Merasa tidak dihargai oleh Jungkook yang langsung menyuruhnya pergi setelah ia dengan sabar berkendara dari Gyeongju sampai ke rumah lelaki kelinci itu.

"Kita bicarakan itu besok" setelahnya Jungkook langsung turun dari mobil. Tidak lama kemudian pintu mobil yang ada di samping Jimin terbuka. Menunjukkan seorang lelaki bongsor yang kini memasukkan setengah tubuhnya untuk meraih tubuh mungil Jimin, lalu kembali menarik tubuhnya keluar seraya membawa tubuh Jimin.

Jungkook menutup pintu mobil dengan kakinya karena kedua tangannya kini digunakkan untuk menggendong tubuh ringan Jimin. Tanpa mengatakan apa-apa lagi ia masuk kedalam rumahnya. Meninggalkan Yoongi yang masih duduk ditempatnya sambil menatap punggung lebar Jungkook yang menghilang dibalik pintu besar berwarna hitam. Tatapannya datar membuat siapapun yang melihatnya sulit untuk menjelaskan tatapannya.

...

Bruuukkkk!!!

Yoongi terperanjat dari tidurnya dan langsung bergegas keluar dari mobil begitu mendengar suara benda jatuh dari arah hutan. Matanya terbelalak begitu melihat sebuah cahaya dari arah utara yang hampir membangunkan malam.

Ia baru saja beristirahat setelah menempuh perjalanan jauh dari Seoul ke Gyeongju serta mengurus pencarian Jungkook yang tiba-tiba tidak bisa dihubungi setelah ia tau jika seseorang telah mengirim seorang sikopat untuk membunuh lelaki bongsor itu dan sekarang ia malah di kejutkan dengan hal seperti ini.

"cahaya itu.."

...

Yoongi menghela nafasnya dengan mata terpejam sebelum melajukan mobilnya meninggalkan perkarangan mansion milik Jungkook.

🐤

Jungkook membaringkan Jimin di atas ranjang king size yang dibalut seprei warna putih. Lelaki bongsor itu terdiam dengan kedua tangannya yang berada di kedua sisi kepala Jimin untuk menumpu tubuhnya yang masih membungkuk, lagi-lagi menatap paras cantik itu.

"Apakah kamu benar seorang lelaki?" Jungkook bermonolog. Merasa tidak percaya jika kecantikan yang dilihatnya sekarang adalah milik seorang lelaki.

Mata Jungkook bergerak turun dan berhenti tepat pada belah bibir penuh semerah cherry. Begitu seksi dan menggoda jiwa untuk memakan habis bibir itu.

Dengan perlahan Jungkook menundukkan kepalanya mendekati wajah Jimin. Namun beberapa centi lagi bibir tipisnya menempel pada bibir penuh itu pergerakannya terhenti. Tiba-tiba saja bayangan seorang wanita dengan tatapan kecewa melintas dibenaknya.

Rahang Jungkook mengeras, kedua tangannya terkepal kuat ketika perasaan sakit menusuk ulu hatinya. Setelahnya memilih untuk pergi dari sana.

Kaki panjangnya membawa Jungkook ke balkon ruang santainya yang cukup luas. Ia berdiri di pinggir pagar kaca seraya memegang pagar dengan kuat. Rasa sakit semakin menenggelamkan kesadaran Jungkook membuatnya sulit untuk sekedar bernafas. Wajah dan telinganya pun sudah memerah karena menahan marah. Sudah 5 tahun namun rasa sakit ini masih menghantuinya. Rasa sakit yang menghancurkan sebagian kehidupannya yang sempurna. Ia juga marah pada dirinya sendiri yang begitu lemah dan pengecut.

Hanya karena masalah sepele namun mampu menyakiti hatinya dengan begitu dalam. Jungkook rasa ia sudah terlalu lelah dengan itu semua.

Maafkan aku yang selalu slowupdate🙏🏻🙏🏻

Serendipity Bubbles | KOOKMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang