Pagi ini Jungkook sudah siap dengan setelan jas single breasted warna mokanya. Seperti biasa rambut hitamnya ia tata dengan gaya pompadour ke samping yang mana menambah ketampanannya.
Jungkook tersenyum gemas melihat seorang lelaki mungil yang tengah duduk di seberangnya tengah fokus memakan sarapannya. Terlihat begitu menggemaskan dengan pipi mengembung dan bibir semerah cherynya yang mengerucut lucu.
Kini keduanya sedang berada di ruang makan-menikmati sarapan pagi mereka dengan hati bergembira. Sepertinya sudah lama sekali bagi Jungkook menikmati sarapan ditemani seseorang. Biasanya akan ada 'dia' yang setia menemaninya. Tapi semenjak kejadian lima tahun lalu rasanya tidak mungkin lagi.
"Daddy aa..." kata Jimin seraya mengulurkan tangannya yang memegang roti bakar dengan selai coklat.
Jungkook menatap roti yang ada ditangan Jimin, lalu beralih menatap selai coklat yang berada di sudut bibir Jimin. Menahan pergelangan tangan Jimin yang masih terulur, Jungkook beranjak dari duduknya. Dengan cepat ia membungkuk untuk mendekatkan wajahnya dengan wajah Jimin sebelum bibirnya menempel pada sudut bibir Jimin disertai jilatan. Hanya beberapa saat karena setelahnya Jungkook langsung menarik diri dan melahap roti yang ada di tangan Jimin.
Senyuman gemas Jungkook kembali terlukis di wajah tampannya ketika matanya melihat Jimin yang terpaku dengan raut terkejut yang begitu menggemaskan.
"menggemaskan sekali" Jungkook bergumam. Reflek tangannya ikut terulur mencubit pipi chubby Jimin yang mana membuat empunya sadar dari lamunannya, lalu menunjukkan raut cemberutnya. Namun semburat merah di wajahnya membuatnya semakin menggemaskan.
15 menit berlalu dan keduanya selesai sarapan. Jungkook menggandeng Jimin ke beranda rumah. Di depan sana sudah terparkir sebuah mobil Ferrari F12 Berlinetta warna hitam.
Jungkook membukakan pintu samping kiri mobil untuk Jimin. Setelah Jimin masuk, Jungkook menutup pintu kembali dan bergegas masuk ke dalam mobil melalui pintu satunya dimana kursi kemudi berada.
Melihat Jimin yang hanya menatapnya dengan polos, Jungkook menjorokkan tubuhnya membuat wajahnya begitu dengan dekat wajah Jimin. Sedangkan tangannya bergerak memakaikan seatbelt pada tubuh Jimin. Namun meskipun sudah selesai dengan itu Jungkook masih setia pada posisinya-menatap wajah Jimin dengan lekat sembari dalam hati memuji paras cantik yang dimiliki lelaki mungil itu.
"harus berapa kali?" pertanyaan Jungkook melukiskan raut bingung pada wajah Jimin. Tidak mengerti dengan apa yang di ucapkan Jungkook.
"huh?"
"harus berapa kali aku mengatakannya sampai aku bisa berhenti mengagumimu, Jimin?" Jimin masih terdiam dengan raut bingungnya. Masih tidak mengerti dengan apa yang di ucapkan Jungkook.
Jungkook yang menyadari itu menunjukkan senyumannya seraya mengusak rambut pirang Jimin sebelum kembali duduk dan memakai seatbelt. Setelahnya Jungkook menyalakan mesin mobil dan mulai mengendarai mobil meninggalkan perkarangan rumah.
🐤
Kini Jungkook sedang duduk di kursi meja kerjannya seraya mengetuk-ngetukkan jarinya ke atas meja dengan kasar.
Tadi seiring perjalanan menuju ruangannya, dalam hati Jungkook terus mengumpat-merasa kesal karena semua orang yang sebagian besar adalah lelaki terus memandangi Jimin dengan pandangan memuja dan lapar sama seperti saat pertama kali Jimin datang. Jungkook juga menyesal karena memilihkan baju turtle nick warna merah muda dan overall warna putih yang mana pada bagian kakinya terlihat begitu pas dan membuat benjolan bulat besar dibelakang tubuhnya tercetak begitu jelas-untuk Jimin pakai. Yang lebih parahnya lagi adalah Jimin malah menunjukkan senyumannya yang mengakibatkan orang-orang yang memandangnya semakin menggila.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serendipity Bubbles | KOOKMIN
FanfictionMenurut Jeon Jungkook dia adalah orang tersial dan Park Jimin adalah salah satu kesialan terindah yang pernah didapatnya.