18. Worry

1.5K 188 12
                                    

Tok! Tok! Tok!

"daddy.." untuk kesekian kalinya lelaki berperawakan mungil itu memanggil dan mengetuk pintu berwarna coklat gelap yang ada di hadapannya. Sudah hampir dari dua jam lalu lelaki mungil melakukan kegiatan itu. Namun hasilnya tetap sama. Seseorang di dalam sana tidak menjawab atau mungkin memang tidak berniat untuk menjawab.

Jimin mencebik, lalu memilih berjongkok di samping pintu. Kedua tangannya terlipat di atas lutut dengan dagunya yang menindih.

Kruukkkk!!

Kedua tangan Jimin berpindah untuk memeluk perutnya yang bergerumuh. "uhh... takut..." gumamnya lirih sebelum menyembunyikan wajahnya di lutut dengan kedua tangan yang memeluk perutnya semakin erat-berusaha menahan rasa sakit.

🐤

Kini Yoongi sedang berada di kafe 89 mansion. Tadi setelah mengantar Jungkook dan Jimin pulang ia langsung pergi ke kantor polisi untuk menangani kasus penembekan yang terjadi pada Jungkook. Awalnya ia akan menanyakan sejauh mana polisi sudah menangani kasus itu, namun melihat kinerja mereka saat menangani kasus ini yang terkesan lelet membuat Yoongi yakin jika mereka sudah di sogok oleh seseorang dan ia dengan terpaksa harus meminta seseorang untuk mencari tau siapa pelaku dibalik penembakan Jungkook. Maka dari itu ia berada di kafe ini-menunggu orang suruhannya untuk bertemu di sini.

Tok! Tok! Tok!

Seseorang mengetuk meja kayu tepat di hadapan Yoongi membuat lelaki berkulit pucat itu tersadar dari lamunannya dan dengan segera menoleh ke arah si pelaku pengetukkan.

Sekarang seorang lelaki berwajah belasteran sudah duduk di hadapan Yoongi. Rambutnya yang di cat warna putih terlihat begitu kontras dengan kulit tannya. Lelaki keturunan Korea Amerika itu bernama Hansol Vernon Chwe. Yoongi mengenal lelaki itu mulai dari saat acara ulang tahun perusahaan beberapa tahun lalu. Bukan awal yang baik sebenarnya untuk seseorang bisa berteman dan melakukan kerja sama mengingat Vernon saat itu datang sebagai penyusup dan merusuh di acara besar perusahaan atas perintah salah satu pesaing perusahaan. Namun tidak tau bagaimana lelaki blasteran itu malah berbelok dan memihak pada Jeon Young Kyu yang saat itu masih menjadi CEO Jeon's Corp.

"kau sudah menemukannya?" tanya Yoongi. Nada suaranya datar dan dingin seperti biasa.

Vernon menyeringai sebelum meletakkan sebuah map coklat di atas meja, lalu menyodorkannya ke arah Yoongi. "sangat mudah menemukannya" ucapnya sebelum melipat tangannya di depan dada.

Yoongi akui untuk seorang mantan SIS seperti Vernon mencari seseorang adalah hal yang mudah tapi ia tidak menyangka jika lelaki itu akan menemukannya secepat ini. Sungguh, ia baru menelepon dan meminta lelaki itu untuk mencari pelakunya sekitar setengah jam yang lalu.

"bagaimana kamu bisa menemukannya secepat ini?" Meskipun Yoongi berbicara dengan nada datar Vernon bisa mendengar ada rasa penasaran disebaliknya-membuat ia menunjukkan senyuman mengejek. Merasa lucu dengan orang yang terlihat seolah tau segalanya dan tidak peduli namun diam-diam penasaran pada suatu hal.

"menurutmu apa yang akan dilakukan seorang siput jika merasa terancam?" mendengar jawaban yang penuh dengan nada merendahkan itu membuat Yoongi mendelik tajam pada Vernon.

Tanpa mengatakan apa-apa lagi Yoongi segera meraih map itu. Pergerakannya yang hendak mengambil lembaran kertas yang ada di dalam map terhenti saat Vernon membuang nafasnya, lalu mengatakan , "ahh... sepertinya akan terjadi kekacauan lagi" setelahnya langsung melangkah pergi dari sana.

Sedangkan Yoongi yang mendengar itu bergegas mengeluarkan kertas-kertas yang ada di dalam map. Matanya yang terbelalak bergerak cepat membaca setiap deretan kata yang ada di dalam kertas.

...

Sudah hampir setengah jam berlalu dan lagi, helaan nafas itu keluar dari mulut seorang Min Yoongi. Sepanjang ia menatap map yang ada di atas meja ia tidak pernah berhenti menghela nafasnya. Pasalnya jika Jungkook tau apa yang ada dibalik map itu ia yakin jika lelaki kelinci itu tidak akan tinggal diam dan akan bertindak gegabah lagi seperti beberapa tahun yang lalu. Tidak memberitaupun ia tidak bisa karena pasti Jungkook akan mencari taunya sendiri, jadi mau tak mau Yoongi memang harus memberitau semuanya pada Jungkook.

Untuk terakhir kalinya Yoongi menghela nafasnya, lalu beranjak dari duduknya. Mengambil map itu setelahnya melangkahkan kakinya untuk pergi dari sana.

🐤

Taehyung keluar dari mobil Ferrari Barlenittanya dengan tergesa-gesa begitu ia sampai di depan mansion mewah Jungkook. Kakinya yang panjang bergerak cepat-masuk ke dalam mansion. Sedangkan raut mukanya kentara sekali oleh perasaan khawatir.

Taehyung benar-benar kalang kabut saat mendengar Jungkook menjadi sasaran tembakan seseorang. Namun bukan Jungkook yang ia khawatirkan tapi lelaki yang ia tebak pasti selalu berada disisi Jungkook. Jimin! Lelaki berparas cantik itu yang membuat Taehyung khawatir dan hampir menabrak seorang anak kecil yang tengah menyebrang saking paniknya. Ia takut terjadi sesuatu pada lelaki cantik itu. Sedangkan Jungkook? Demi apapun Taehyung tidak peduli dengan lelaki tonggos satu itu!

"Jimin-ahh!!" Taehyung berteriak memanggil nama Jimin. Matanya mengedar menatap ruang tamu yang kosong sampai seorang wanita paruh baya dengan setelan pelayan datang menghampiri dengan raut muka tidak kalah khawatir.

"dimana Jimin?" tanya Taehyung cepat.

"Tuan Jimin ada di atas, dia terus berdiri di depan pintu ruang kerja Tuan Jungkook" nada suara wanita paruh baya itu tidak jauh beda dengan raut mukanya.

Tanpa mengatakan apa-apa lagi Taehyung langsung berlari menaiki tangga menuju ruang kerja Jungkook yang berada di ujung lorong kiri lantai dua.

Akhirnya Taehyung bisa menghela nafas lega saat melihat seorang lelaki mungil tengah terduduk di samping pintu seraya memeluk perutnya dengan wajah yang disembunyikan di antara kedua lututnya.

"Jimin-ahh?" melihat Jimin yang bergeming dan tetap pada posisinya membuat Taehyung mengernyit heran dan dengan segera menghampiri Jimin.

"Jimin-ahh" Taehyung memanggil lagi seraya berlutut dengan satu kaki di hadapan Jimin. Namun Jimin masih diam-tidak memberikan reaksi apapun atas panggilannya.

Tangan Taehyung terulur menangkup kepala Jimin- mengangkat kepala itu untuk melihat keadaannya. Namun rasa menyesal datang saat didepannya terpampang wajah dengan sirat kesedihan disertai buliran air mata yang terus menetes dari pelupuk matanya.

Taehyung berusaha mengatur nafasnya yang tiba-tiba tercekat dan menetralkan emosinya yang terpancing begitu matanya dihadiahi sebuah pemandangan yang entah kenapa membuat ia sesak dengan ulu hati yang terasa begitu sakit serta rasa panas yang menjelar diseluruh organ tubuhnya.

"Jimin-ahh, kenapa kamu menangis?" Taehyung berusaha bertanya selembut mungkin takut membuat lelaki mungil di depannya menangis semakin deras karena takut padanya.

"hisk... Takut .. hisk... perut Jimin berteriak lagi.. hisk.. Daddy tidak mau keluar... Hisk.. Jimin takut.. HUAAA!!" Jimin tiba-tiba menangis keras di akhir kalimat membuat Taehyung dengan spontan langsung menarik Jimin ke dalam pelukannya. Tangan besarnya mengelus punggung sempit Jimin berusaha menenangkan lelaki mungil itu.

Taehyung menunjukkan senyum lega. Setidaknya Jimin baik-baik saja. Tidak terluka dalam fisik ataupun batin dan lelaki mungil itu menangis ketakutan hanya karena perutnya yang berteriak kelaparan.

Brakkk!!

Reflek Taehyung menolehkan kepalanya ke arah pintu ruangan kerja Jungkook yang terjeblak terbuka. Satu detik kemudian seorang lelaki bongsor keluar dari sana, lalu berlari pergi dengan tergesa-gesa menuju tangga.

"Yak! Jeon Jungkook brengsek! Sialan! Mau kemana kau!?"

Jungkook benar-benar mengabaikan Taehyung yang berteriak memanggilnya disertai umpatan. Bahkan mengabaikan Jimin yang menatapnya dengan raut muka sendu. Kini fokus Jungkook hanya tertuju pada seseorang yang beberapa saat lalu menghubunginya.

"Daddy..." gumam Jimin dengan nada yang begitu lirih.




Hai?

Serendipity Bubbles | KOOKMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang