15. Im Your Home

1.7K 207 7
                                    

"kita akan kemana?" tanya Jimin begitu Jungkook menariknya keluar dari gedung perusahaan. Sedangkan Jungkook yang mendengarnya langsung menghentikan langkahnya tiba-tiba merasa bingung harus membawa Jimin pergi kemana.

Jungkook terdiam untuk beberapa saat sebelum akhirnya menunjukkan senyumannya. "ikut aku!" setelah mengatakan itu, ia kembali menarik tangan Jimin untuk pergi dari sana.

Tangan Jungkook terulur-menghentikan sebuah taxi. "ayo, masuk!" ucapnya seraya membukakan pintu kabin penumpang untuk Jimin.

Jimin tidak mengatakan apa-apa memilih untuk menurut dan masuk ke dalam taxi di susul oleh Jungkook. Seorang lelaki paruh baya yang duduk di depan kemudi mulai melajukan mobilnya menuju tempat yang disebutkan Jungkook setelah sebelumnya bertanya tujuan Jungkook.

Kurang dari setengah jam mereka sampai di tujuan. Begitu turun dari taxi mata mereka langsung di sambut oleh sungai yang membentang indah di hadapan mereka. Jungkook tersenyum begitu melihat Jimin yang terperangah seraya menatap sungai dengan mata berbinar.

Sungai Hangang. Sungai yang terbentang dari sisi timur menuju sisi barat kota Seoul. Sungai yang kental dengan nilai kebudayaannya dan juga sungai yang tidak pernah bosan untuk Jungkook tatap. Jungkook sangat menyukai kegiatan dimana ia akan duduk berlama-lama seraya menikmati kilauan sungai ini ketika terkena paparan sinar matahari. Tapi, sepertinya sekarang tidak lagi.

Tangan Jungkook terulur-meraih tangan Jimin sebelum melangkahkan kakinya untuk berjalan-jalan menikmati pemandangan yang terasa begitu indah dari sebelumnya. Meskipun kenyataannya yang di tatap bukanlah keindahan alam yang nyata, melainkan sosok mungil di sampingnya yang perlu diragukan keindahannya karena terlalu memikat hati.

Kali ini Jungkook sangat suka menatap sosok mungil di sampingnya. Matanya yang berwarna kuning cerah tampak begitu berkilauan dengan sangat indahnya seolah selama ini kilauan sungai yang ia tatap bukanlah apa-apa dibandingan pancaran mata yang menggetarkan jiwa itu.

Jungkook ikut menghentikan langkahnya begitu Jimin berhenti melangkah. "wah..."  Jimin berdecak kagum begitu disekelilingnya tiba-tiba ramai oleh gelembung sabun.

"hahaha...!" Senyum Jungkook melebar melihat Jimin tertawa kecil setelah mengulurkan jari telunjuknya untuk menyentuh salah satu gelembung yang mana membuat gelembung itu meletup.

Namun beberapa saat kemudian Jimin tiba-tiba terdiam menimbulkan raut heran di wajah Jungkook. "Jimin-ahh?" panggilnya saat
matanya menangkap raut sendu pada paras cantik Jimin.

"rumah..." suara bernada lirih itu entah kenapa membuat Jungkook merasa takut. Merasa takut untuk kehilangan. Dengan pergerakan cepat Jungkook menarik Jimin kedalam pelukannya yang erat seolah jika longgar sedikit saja Jimin akan pergi dari hadapannya.

"daddy?" masih dalam pelukan Jungkook, Jimin mendongakkan kepalanya. Ia menatap bingung ke arah Jungkook yang entah kenapa terlihat begitu panik seraya terus mengeratkan pelukannya.

"aku tau, suatu saat kamu pasti akan kembali ke asalmu. Tapi, bisakah kamu jangan pergi?" jangan tanya Jungkook 'kenapa' karena ia tidak tau pasti akan alasannya mengatakan hal seperti itu. Ia juga tidak mengerti kenapa ia begitu takut untuk kehilangan Jimin. Padahal saat seseorang yang begitu berharga dalam hidupnya pergi ia tidak merasa setakut ini untuk kehilangan.

Sedangkan Jimin yang mendengarnya menatap Jungkook dengan bingung. Tidak mengerti dengan apa yang diucapkan Jungkook. Bahkan ia bingung kenapa tiba-tiba mengucapkan kata rumah dan merasa rindu begitu melihat bola transparan yang mengapung itu.

Memilih mengabaikan pemikirannya, Jimin menganggukkan kepalanya menghasilkan helaan nafas lega keluar dari mulut Jungkook.

Jungkook melepaskan pelukannya sebelum menangkup wajah Jimin-menatap tepat ke arah mata beriris kuning cerah yang mana menghasilkan degupan di antara keduanya.

"ingatlah, mulai sekarang aku adalah rumahmu, Jimin-ahh" dan ucapan manis Jungkook berhasil membuat degupan dalam dada Jimin semakin bertambah cepat.

Jungkook menunjukkan senyumannya sebelum menarik tangan Jimin untuk kembali
berjalan. Namun baru saja beberapa langkah pergerakan mereka kembali terhenti.

"ada apa?" tanya Jungkook. Matanya menatap heran ke arah Jimin yang terdiam memandangi sesuatu sebelum mengikuti arah pandang lelaki cantik itu.

"itu apa?" Jimin bertanya seraya menunjuk ke arah gumpalan kapas berwarna merah muda yang di bawa oleh seorang anak kecil.

Jungkook tersenyum. "itu permen kapas" jawabnya.

"permen kapas?" Jimin mengucapkan kembali apa yang dikatakan Jungkook seraya menatap Jungkook dengan tatapan bingung.

"uhm, apa kamu mau? Ayo, kita beli. Pasti kamu akan suka" belum sempat Jimin menjawab Jungkook sudah menariknya pergi menuju sebuah gerobak penjual permen kapas yang berada cukup jauh dari tempat mereka tadi.

"Jimin-ahh, kamu mau rasa apa?" tanya Jungkook begitu mereka sampai di depan gerobak permen kapas.

"ini" jawab Jimin seraya menunjuk ke arah gambar sebuah buah berbentuk bulat berwarna orange yang ada pada papan menu.

"satu permen kapas rasa jeruk" ujar Jungkook pada seorang lelaki paruh baya yang sedari tadi memperhatikan mereka. Meskipun rambutnya sudah memiliki banyak uban lelaki tua itu terlihat masih muda dan sehat bugar dengan tubuh berisinya. 

Tidak membutuhkan waktu lama permen kapas pesanan Jimin jadi. Tangan Jimin terulur untuk mengambil permen kapas yang di sodorkan lelaki tua. Sedangkan Jungkook mengambil beberapa lembar uang dari dalam dompetnya dan memberikannya pada lelaki tua itu.

"kenapa?" tanya Jungkook saat melihat raut lelaki tua itu yang terlihat kebingungan setelah menerima uang yang diberikan Jungkook. "apa uangnya kurang?"

Lelaki tua itu menggeleng. "justru ini terlalu banyak. Harganya hanya seribu won" ujarnya.

"tidak apa-apa, ajushi bisa mengambil kembaliannya. Kalo begitu kita permisi" Ucap Jungkook sopan, lalu membawa Jimin pergi dari sana. Namun entah kenapa ditengah langkahnya Jungkook merasakan firasat yang tidak nyaman seolah hal buruk akan terjadi. Ia juga merasa seperti tengah diintai oleh seseorang.

Jungkook mengedarkan matanya-mengamati keadaan disekitar. Sampai matanya tertuju pada seseorang yang berdiri di dekat pohon yang berada cukup jauh dari tempatnya berdiri. Lelaki itu memakai stelan hitam dengan senjata berjenis sniper ditangannya.

Dorrr!!!

"kyakkkkk!!!"

Jungkook langsung menarik Jimin kedalam pelukannya bermaksud membawa Jimin untuk menghindar dari timah panas yang melesat melewati mereka dan berakhir pada sebuah pohon yang berada tidak jauh dari mereka.

Suasana disekitar tiba-tiba hening untuk beberapa saat. Orang-orang terpaku pada posisi mereka yang tengah berjongkok seraya menutup kedua telinga. Begitupun dengan Jungkook yang terdiam seraya memeluk Jimin dengan erat.

"daddy...?" Jimin yang berada dalam pelukan Jungkook memanggil-berusaha menyadarkan Jungkook dari keterkejutannya.











Hai, hai? Ummm... sebelumnya aku mau minta maaf karena lama update. Selama beberapa hari terakhir ini aku lagi dalam mode bosen hidup tapi gak mau mati. Gak tau kenapa akhir-akhir ini insom aku juga kambuh lagi. Pikiran juga suka terbang sana terbang sini dan buat aku susah banget buat fokus mikirin alur cerita (hehehe... maaf curhat🙏) jadi sekali lagi aku minta maaf.

Dan juga makasih yang udah sabar menunggu, baca dan mendukung cerita aku ini😘😁

Serendipity Bubbles | KOOKMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang