19. Clue I

875 155 2
                                    

WARNING!
Jangan jadi siders dong :"v

----

Sakura menyeret Nina menuju gudang belakang sekolah. Nina hanya bisa pasrah. Tentu saja ia takut. Setelah mereka sampai di sana, Sakura langsung membanting Nina hingga ia terperosok.

Sakura membungkuk. Lututnya ia jadikan tumpuan menggunakan kedua tangannya. "Kamu dibaikin malah ngelunjak yah. Mentang-mentang beasiswa kamu udah aman, sekarang berani ngadu." Sakura mengeluarkan smirk-nya.

Nina gemetar. Sakura kejam. Bahkan lebih kejam dari Yuna, ratu bully di SMPnya dulu.

"Kok diem? Bisu kamu?!" Sakura mencengkeram rahang Nina.

Nina merintih. "Maaf." Ucapnya lemah.

Sakura melepas kasar cengkeramannya hingga membuat rambut Nina berantakan. "Kamu tau kan? Aku paling benci kata maaf?"

Nina menunduk. Tubuhnya menahan sakit yang ada di pinggulnya akibat jatuh tadi.

"Aku gak mau tahu, kalau sampai mereka nemuin bukti kalau aku yang selama ini nyakitin Sana, kamu yang bakal hancur."

Tangan Nina mengepal kuat. Ketika Sakura hendak pergi, Nina memberanikan diri untuk berdiri. "Kenapa?! Kenapa aku yang salah?! Padahal memang kamu kan yang ngelukain Kak Sana?!" Sungguh, Nina menyesali tindakannya ini, tapi sayangnya sudah terlanjur.

Sakura berhenti. Raut wajahnya benar-benar marah. Sesegera mungkin ia berbalik lalu menghampiri Nina dan menamparnya dengan kuat. Membuat sudut bibir Nina berdarah.

"Hey! Jangan mentang-mentang kamu merasa dijaga sama temen-temen Sana, kamu jadi berontak sama aku. Nina adalah orang yang memasukkan paku-paku payung ke dalam sepatu Kak Sana. Bukan Sakura. Camkan!" Sakura mengeluarkan smirk-nya kembali. Ia pun meninggalkan Nina.

"Rekaman!" Satu kata yang membuat Sakura kembali berhenti.

"Aku punya rekaman ketika kamu nyuruh aku tempo hari. Itu bukti yang kuat kan?" Nina mengangkat ponselnya.

Sakura berbalik. Ia bersedekap. "Ibumu dalam masa percobaan akibat mencuri dan melakukan ancaman pembunuhan. Kakakmu buronan polisi akibat mencuri uang bank untuk berjudi. Dan ayahmu, mabuk ketika berkendara yang mengakibatkan kecelakaan dan menewaskan satu orang dan melukai yang lainnya. Yang tidak lain korban ayahmu adalah, Sana dan sopirnya." Sakura mengangkat alisnya. "Yakin, masih percaya kalau mereka bakal mau ngelindungi kamu?" Ia tersenyum licik.

Nina menegang. Matanya memerah hendak menangis. Tubuhnya mundur selangkah. Tangannya yang terangkat jatuh begitu saja.

"Ah.. mungkin kalau beasiswa dicabut kamu masih bisa kerja part-time. Tapi, memangnya ada yang mau menerima seorang siswi yang punya catatan kejahatan di sekolah? Memukul temannya sendiri hingga koma." Alis kiri Sakura terangkat.

"Dan, Sana pastinya gak bakal mau berurusan lagi sama kamu setelah ia tahu bahwa penyebab ia koma dan sopirnya tewas adalah karena ayah sialanmu itu." Sakura mengangkat dagunya.

"Kamu-" Nina tercekat. Bagaimana Sakura tahu tentang itu semua? Terutama tentang Nina yang memukul Yuna hingga koma ketika SMP dulu. Bukan, Nina bukan bermaksud jahat. Yang dilakukannya hanyalah bentuk perlindungan diri. Saat itu, Yuna hendak melukai wajahnya dengan pisau, lalu ia melihat sebilah kayu di belakangnya. Untuk menjaga diri, Nina spontan mengambilnya lalu memukulkannya kepada Yuna. Akibatnya, Nina dipindah secara paksa ke SMP khusus putri di Seoul. SMP dengan catatan prestasi terendah. Maka itu, ketika Nina mendapat beasiswa untuk bersekolah gratis selama 3 tahun di SMA Haneul, ia sangat bahagia. Namun, beasiswanya kini tengah terancam karena Sakura-putri direktur suatu perusahaan ternama yang memberinya beasiswa- bisa mengancamnya dengan mencabut beasiswanya sewaktu-waktu bila ia melawan Sakura.

"Takdirmu memang lemah. Jangan sok kuat melawan takdir. Tinggal, pasrah saja dengan keadaanmu. Itu memang sudah seharusnya." Sakura pun pergi meninggalkan Nina.

Seperginya Sakura. Nina terduduk. Ia menangis. Ia semakin takut karena Sakura tahu semua tentangnya. Tentang keluarganya. Ia juga takut bila suatu hari, Sana dan teman-temannya tahu bila ayahnya yang sudah mencelakai Sana. Pupus sudah harapan Nina bisa terlindungi dari Sakura.

°°°

Jihyo bergegas menuju rooftop. Ia mengeluarkan ponselnya dengan tergesa. Mencari sebuah kontak. Dengan ragu, ia menekan tombol panggilan.

"Halo?"

"Halo, Pa?" Ucap Jihyo ragu.

"Kenapa, Hyo? Cepat teleponnya. Papa sibuk." Ucap Papa Park yang kini tengah berada di London.

"Pa. Kalau ada anak dibawah umur melakukan beragam kejahatan yang bisa dibilang cukup berat, apa bisa bebas pidana?" Itu adalah telepon terpanjang Jihyo dengan papanya. Sejak kecil, papa dan mamanya selalu sibuk hingga tidak ada waktu untuknya. Akibatnya, hubungannya dengan kedua orang tuanya menjadi renggang dan sedikit kaku. Bahkan, suatu hari, Jihyo pernah benar-benar membenci keduanya. Untungnya Kak Sooji menasehatinya dan perlahan-lahan Jihyo mulai menerima semuanya.

"Tumben. Kamu ada masalah?" Walaupun Tuan Park jarang memiliki quality time bersama putri semata wayangnya, bukan berarti ia tidak peduli pada Jihyo.

"Nggak, Pa. Ada tugas Hukum."

Ah iya. Papa Jihyo merupakan direktur utama sebuah perusahaan firma hukum swasta yang menyediakan pengacara-pengacara berkualitas tinggi. Bahkan, pengacara dari perusahaan Tuan Park, sering dipercaya untuk mengatasi kasus-kasus yang cukup berat. Alasan ia berada di London saat ini adalah untuk melakukan perjalanan bisnis.

Setelah itu, Jihyo menjelaskan sebuah kasus secara samar yang mirip seperti masalah yang sedang ia pecahkan saat ini. Masalah Sana-Sakura-Nina. Dan Papanya pun menjelaskan bahwa anak yang bersalah itu bisa saja bebas dari jerat hukum apabila bukti tidak kuat dan jaksa tidak mampu membantah pembelaan dari pengacara. Apalagi, anak dibawah umur sangat dilindungi dan harus ada dampingan orang tua ketika sesi wawancara dengan jaksa penuntut. Namun, anak tadi bisa juga dihukum apabila ada bukti yang sangat kuat dan membuktikan bila kejahatan yang dilakukan anak tersebut sudah diluar batas. Konsekuensi lain, anak itu dikeluarkan dari sekolah dan mendapat blacklist untuk diterima di sekolah lain.

Jihyo mengangguk paham.

"Makasih, Pa. Kalau gitu Jihyo tutup dulu."

Setelah Jihyo memutus panggilan. Ia pun segera memberi pesan kepada Jungkook, Sana, dan Jin.

Besok ayo kita ke tempat biasa. Ada bukti yang gue temuin. Gue juga bakal bawa Nina sama kita. Ini bener-bener penting. So, kalian harus bisa besok.

[TBC]

GUYS, Waktu itu aku bilang part 19 bakal keungkap semua kan? Ternyata aku salah :( Plot kemaren aku pikir terlalu cepet jadi kurang greget, nah, akhirnya aku revisi ulang, dan kayanya puncak masalah bakal aku ungkap di part 20an. Karena banyak banget yang kudu diungkapkan.

Sakura jahat banget yah? :(((

Happy reading Luvier~

Through The Night | Bangtwice [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang