39. The Greatest Reason to End

1K 137 16
                                    

"Nih diminum dulu, San." Ucap Jihyo sembari meletakkan secangkir teh hangat di atas meja kecil berbentuk oval yang ada di ruang tengah apartement-nya. Setelah itu, ia duduk di hadapan Sana; di sebelah Jungkook.

Sana menyeruput perlahan isi cangkir itu. Tangannya masih sedikit bergetar. Jihyo maupun Jungkook menatapnya iba. Apalagi jika mengingat ketika tadi mereka menemukan Sana dalam keadaan tidak karu-karuan. Rambutnya berantakan, mukanya merah dengan mata berlinang air mata ditambah posisinya berlutut di tengah trotoar. Untung saja daerah tersebut sangat sepi karena letaknya di pinggir perbatasan kota, jadi tidak ada banyak orang yang melihat kondisi miris sahabat mereka itu.

Setelah beberapa tegukan, Sana meletakkan kembali cangkir putih tadi di atas cawan. Ia menegak. "Hyo-"

Dengan segera Jihyo memotong perkataan Sana. "Stop! Gak usah minta maaf, San. Lo gak salah apa-apa. Jangan ngerasa bersalah. Harusnya gue yang minta maaf." Ucapnya tegas.

Hati Sana bukannya senang justru semakin sakit. Ia lebih terima jika Jihyo memaki atau memarahinya, bukan memaafkannya semudah ini. Ia tahu sebenarnya sikapnya beberapa hari belakangan sangat-sangat mengganggu dan menyakiti Jihyo. Ia menunduk dalam. Matanya kembali berat.

Jihyo berdiri dari duduknya dan pergi ke sebelah Sana. Kemudian, ia mengelus punggung Sana. "Jangan nangis lagi dong. Lo udah nangis berapa lama tadi? Nih mata lo udah bengkak kaya disengat lebah tau. Lo gak capek hm?" Ucapnya gemas sembari mencubit pipi Sana.

Sana terkekeh. "Lo baik banget sih, Hyo. I'm not deserve you, seriously."

Jihyo menggembungkan pipinya dan menyatukan alisnya. "Lo gak boleh ngomong gitu! Gak ada orang di dunia ini yang gak pantas buat orang lain."

Sana tersenyum lebar. "Tetep aja, gue juga salah ke lo. Gue kudu minta maaf ke lo. Gue terlalu egois sama masalah gue sendiri sampai-sampai lupa kalau kita masing-masing pasti juga punya masalah. Gue gak tau, Hyo, serius. Gue gak tahu kalau ternyata selama ini lo punya beban yang bener-bener berat. Gue dulu ngira lo pindah apart karena mau mandiri. Ternyata-"

"Sstt.. Iya gue maafin. Udah ih. Gak usah di bahas lagi. Lupakan. Lagian gue sekarang udah baik-baik aja." Potong Jihyo lagi.

"Lo terlalu baik, Hyo. Dilatih amarah lo. Lo berhak marah kalau ada orang yang nyakitin lo." Ucap Sana.

"Tau tu Jihyo. Gue yang banyak salah sama dia juga maafinnya gampang banget. Seakan-akan gue gak pernah ada salah ke dia." Timpal Jungkook.

"Tauk!" Sahut Sana.

Jihyo memajukan bibirnya. "Yee. Dimaafin malah gak terima. Ya udah nih gue marah! Pergi lo berdua dari apart gue!" Seru Jihyo.

"Duh, Hyo. Canda kali.. Canda.." Timpal Jungkook.

"Aduh sayangku jangan marah. Sana kan cuma bercanda." Rajuk Sana sambil memeluk Jihyo dari samping.

Jihyo terkekeh. "Gue juga canda kok. Lagian, di posisi ini, wajar kalau lo semua jadi sensitif. Gue bisa ngertiin itu. Dan, kalau ada cara baik, kenapa harus pake cara yang kurang baik? Memaafkan bikin hati gue lega. Apalagi kalian sahabat gue. Susah rasanya buat marah."

"Aduhhh baik banget sih sahabat gue." Sana semakin mengeratkan pelukannya.

"Aduhh jadi pengen peluk juga." Jungkook sudah bersiap maju dengan tangannya yang direntangkan. Tetapi, Sana menghadang tindakan Jungkook. "Eh eh!!! Bukan muhrim!"

Jungkook mendecak. Ia merajuk dengan mengerucutkan bibir. Hal itu membuat Jihyo terkekeh gemas.

"Oh ya, San. Lo tadi kenapa pake berlutut segala di jalan gitu? Mana itu daerah perbatasan lagi. Kesambet apa sih lo bisa pergi sampe sana?" Tanya Jungkook.

Through The Night | Bangtwice [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang