Otak pintar, muka rupawan, tubuh menawan, tidak akan berarti jika kau tidak memiliki keberanian. Ya.. Aku membicarakan diriku sendiri -KimSeokJin-
___
Nyalakan media ya ;D
Jihyo tengah merebahkan diri di kasur sambil memandangi ponselnya yang menunjukkan room chat dengan Jungkook. Ternyata lelaki itu sudah mengiriminya banyak sekali pesan. Ia benar-benar tidak enak hati karena tak ada niatan untuk membuka ponsel siang tadi.
Jihyo meletakkan ponselnya di sebelah kepalanya. Setelah itu, ia hanya menatap langit-langit kamar. Pikirannya melayang kembali ke masa di mana ia melihat Sana tersungkur dengan tubuh sangat kotor. Dari yang ia dengar lewat teman-teman kelasnya yang lain, Sana saat itu tidak sengaja menyandung salah satu dari ketiga adik kelas itu hingga terjatuh. Sana sudah meminta maaf, namun dasarnya geng adik kelas itu cukup nakal dan berani, ia tidak terima dan justru membalas Sana dengan mendorongnya hingga tersungkur lalu menumpahkan isi makanan Sana ke tubuh perempuan itu. Sana yang hanya seorang diri memilih diam karena tak ada daya untuk melawan. Perempuan itu pun terpaksa izin pulang pada jam pelajaran setelah istirahat makan siang. Dan kabarnya Jungkook juga melakukan hal yang sama.
Jihyo menutup kedua matanya dengan lengan kanannya. Ia tak kuasa ketika mengingat cerita itu lagi. Ia tidak tega Sana diperlakukan seperti itu. Ia juga merasa sangat bersalah karena tidak inisiatif menemani Sana dan justru membiarkan sahabatnya itu sendiri di tengah kegalauan hati.
"Maafin gue, San. Harusnya gue gak egois. Harusnya gue gak sok-sokan mau sendiri dulu akibat masalah-masalah yang akhir-akhir ini terjadi. Harusnya gue tetep sama lo. Harusnya gue- gue-" Tangisan Jihyo semakin kencang. Bahkan erangan keluar. Itu karena hatinya terlalu sakit akan banyak hal. Apalagi, baru saja ia mendapat kabar dari sekretaris ibunya kalau kedua orang tuanya sepakat bercerai dan hak asuh Jihyo diambil alih oleh Kak Sooji.
Jika kalian berkata tega sekali orang tua Jihyo karena tidak ada yang mau mengambil hak asuhnya, kalian salah. Ayah dan Ibunya justru berebut hak asuh itu hingga membuat keributan di persidangan siang tadi. Kak Sooji yang waktu itu hadir tanpa sepengetahuan seluruh keluarga besar tidak tahan akan kelakuan dua manusia egois itu, ia berdiri dari tempat duduknya dan mengajukan diri kepada hakim agung untuk menjadi wali Jihyo. Seluruh keluarga yang hadir tentu terkejut. Entah alibi apa yang diucapkan Kak Sooji hingga membuat hakim agung dengan mudah memutuskan hak asuh Jihyo akan dipegang oleh Kak Sooji. Keputusan itu melegakan hati seluruh anggota keluarga kecuali ayah dan ibu Jihyo.
Ponsel Jihyo bergetar. Ada telepon masuk. Namun Jihyo tidak peduli. Ia sedang tidak ingin di ganggu.
Setengah jam berlalu hingga panggilan tak terjawab sudah terhitung lebih dari 27 kali. Namun, Jihyo tetap tak menghiraukannya. Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka; menunjukkan sosok wali asuh barunya yang sah. Kak Sooji.
"Ya ampun, Adik! Pantesan dari tadi gak jawab telepon. Untung gue tahu sandi apart lo." Ucap Sooji panik lalu menghampiri Jihyo yang masih setia merebahkan diri dengan mata yang ditutup lengan. Tubuhnya sudah lemas akibat menangis lama.
"Lo kenapa? Yaampun, Hyo. Badan lo sampe dingin gini. Udah nangisnya ih. Sakit nanti, Lo." Sooji berusaha membuat Jihyo bangkit lalu memeluknya.
"Kak.. Kak Sooji.." Ucap Jihyo dengan tangis yang hebat.
Sooji menepuk-nepuk punggung Jihyo. Ia hanya diam; mengerti keadaan Jihyo sekarang.
"Sakit banget, sakit banget hati gue, Kak." Keluh Jihyo dengan tangis yang semakin menjadi.
"Udah.. Udah, Hyo. Jangan kaya gini. Gue sedih lihatnya." Ucap Kak Sooji sambil melepaskan pelukannya.
"Gue capek, Kak. Rasanya pengen mati aja!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Through The Night | Bangtwice [END]
Fanfiction#1 in lovemaze [10 Desember 2020] [BANGTWICE] ○ ° ○ ° ○° ○ ○° °○ ° ° ○ ✩ ✩ ° ○ Happy reading Luvier~