"Gak ada alesan! Wajib ikut!" Tegas Sana.
°°°
Sana memandang dua sahabat yang duduk di depannya dengan mata nyalang. Ia bersedekap. Duduknya sangat tegak. Sungguh mirip seperti rentenir yang datang lewat tenggat waktu.
Jihyo dari tadi terus menunduk. Tangannya meremas ujuk rok pendeknya. Ia takut Sana akan berbicara atau bertanya macam-macam hal.
Sana berdehem. "Kalian kenapa sih?!" Sentak Sana.
"Kalian berantem nih pasti!" Tuding Sana.
"Diem-diem mulu. Kalau ketemu canggung. Kalau papasan sok gak kenal. Greget gue liatnya." Sambung Sana lagi.
Jin menghela napas. "Cerita aja kalau ada masalah. Kita ini kan sahabat. Harus berbagi. Kalau ada masalah juga diselesaikan bersama. Bukan malah cuma diem berharap waktu yang akan menyelesaikan semuanya. Gak bisa!"
"Tauk tuh! Sebenernya kalian nganggep kita apa sih?" Ucap Sana dengan setengah emosi.
Jin mengelus punggung Sana. "Sabar, San."
Jihyo menegak. "Bukan gitu. Kita gak ada masalah kok."
"Bohong." Ucap Jin dingin.
Jungkook akhirnya berbicara. "Gue sih gak ada masalah ya. Gak tau tuh si Jihyo tiba-tiba berubah. Jadi pendiem banget. Mana kalau gue deketin selalu ngejauh lagi."
Jihyo kembali menunduk.
"Gue ada salah sama lo, Hyo? Kalau gue ada salah, bilang dong, kadang kan manusia melakukan salah tapi tidak menyadarinya." Tanya Jungkook.
Deg!
Lagi-lagi peristiwa malam itu kembali hadir di ingatan Jihyo. Peluh mulai keluar dari dahinya. Hampir saja air matanya jatuh. Namun, ia segera mengendalikan emosinya.
Tenang, Hyo. Tenang. Batin Jihyo.
"Gue.. cuma lagi dapet aja. Makanya badmood. Kalian juga tau kan, gue lagi ikut lomba essay. Hari-hari kemaren itu bener-bener berat buat gue. Mana tugas numpuk lagi. Kita juga sebentar lagi Try Out, mana gue ketinggalan banyak materi gara-gara dispensasi lomba. Banyak yang harus diselesaikan dalam waktu singkat. Gue stress. Gue capek. Eh kebawa ke kalian. Sorry ya."
Ekspresi Sana melunak. "Oh gitu. Bilang dong makanya, Hyo. Kalau ada masalah, ceritain aja. Mungkin kita gabisa kasih solusi, tapi setidaknya hati lo gak berat lagi. Sahabat ada buat berbagi beban juga loh, Hyo."
Maaf. Tapi, begini kayanya lebih baik. Batin Jihyo.
Jihyo tersenyum tulus. "Iya, San. Gue ngerti. Makasih banyak ya."
Jin menghela napas. "Nah, udah selesai kan ini? Lain kali, kalau ada masalah cerita aja. Gak cuma Jihyo, lainnya juga."
"Siap, Bos!" Jungkook memberi hormat pada Jin.
"Eh, gue laper nih." Keluh Sana.
"Makan steak di tempat yang baru buka itu, mau?" Tawar Jin.
"Oh, yang deket sama Sky Dome itu?" Sahut Jihyo.
Jin mengangguk.
Jungkook berdiri. "Gas yuk! Gue juga laper nih." Ia menaikkan alisnya.
Jihyo juga ikut berdiri. "Kuy lah, gue bayarin deh. Itung-itung permintaan maaf."
"Serius?!" Seru mereka bertiga bersamaan.
"Iya iyaaaa."
Ketiganya pun bersorak riang.
"Ayok berangkat!"
°°°
Sakura tengah memainkan ponselnya di sebuah ruang makan VIP yang disediakan untuk pelanggan khusus di sebuah restoran. Ia terus memberi pesan singkat kepada sebuah nomor yang tak kunjung membalas pesan-pesannya itu. Ia berdecak lalu meletakkan ponselnya dengan kasar di atas meja. Beberapa waktu setelahnya, datang sejumlah pelayan beserta hidangan yang tadi sudah ia pesan. Saat itulah, orang yang ia tunggu-tunggu sejak tadi, datang.
Sakura memandang dengan penuh binar orang yang tengah duduk dihadapannya ini. Seperti biasa, lelaki itu selalu tampan, apalagi dengan kemeja hitam resmi yang sedang ia kenakan saat ini.
"Mau lo apa sih?!" Sentak halus lelaki tersebut.
Sakura tidak terkejut atau sebagainya, seakan ia sudah terbiasa dengan reaksi yang orang itu berikan seperti tadi.
"Lusa temenin aku fitting ya-"
"Lo sinting atau goblok sih?! Jelas-jelas gue dan keluarga gue udah nolak lo! Lo masih aja ngejar-ngejar gue! Cewek murahan!" Cowok itu bangkit dan hendak keluar dari ruangan, namun niatnya gagal karena pelukan Sakura dari belakang.
"Please, kak! Lo boleh dingin ke gue selamanya tapi jangan tinggalin gue, Kak." Sakura mulai menangis.
Cowok itu melepas lilitan tangan Sakura dengan kasar. "Gue ninggalin lo?! Bahkan dari awal perjodohan kita, gue sama sekali gak pernah suka sama lo!"
"Kenapa?! Kenapa bisa lo gak suka sama gue?!"
"Cinta gak bisa dipaksa, Ra." Ucap halus lelaki itu sebelum ia berbalik.
"Apa karena Sana?" Lelaki itu sontak terkejut mendengar kalimat Sakura.
"Lo-"
"Apa sih kak yang hebat dari si Sana Sana itu. Lagian dia udah punya pacar!!!"
"Gue gak peduli! Gue sukanya sama Sana, ya sama Sana!"
"Kak Daniel!" Seru Sakura.
Daniel berbalik acuh. Tangannya sudah meraih kenop pintu, namun lagi-lagi terhenti karena ucapan Sakura.
"Apa harus gue bunuh Sana untuk kedua kalinya?" Sakura mengeluarkan smirk-nya.
Daniel sontak berbalik. "Lo! Jangan-jangan lo-"
"Iya! Gue! Gue yang bikin bokap Nina nabrak si Sana. Gue yang setting segala rupa kejadian kecelakaan yang ngebunuh sopir si Sana tapi Sananya malah masih hidup! Gue sampe nyusup ke Hanuel sebelum waktunya gue pindah ke sana demi liat lo. Gue juga yang nyuruh Nina buat masukin paku-paku payung ke sepatu Sana, tapi tetep aja kak Mina yang gantiin dia lomba bukan gue! Segala rencana udah gue siapin sebisa mungkin buat hancurin Sana. Bahkan gue udah nyiapin rencana buat ngerusak hubungan Sana sama Kak Jin. DAN ITU SEMUA DEMI LO, NIEL!!"
Daniel mencengkeram kuat kedua bahu Sakura. "LO UDAH GILA!"
Sakura tertawa hambar. "Gue gila karena lo, Niel."
Napas Daniel menggebu. "Gue peringatin lo. Sekali lagi lo nyakitin Sana. Gue hancurin hidup lo!"
Sakura mengeluarkan smirk-nya kembali. "Semua udah telat, Niel. Kecuali, lo mau nerima gue."
Daniel melepaskan cengkeramannya. "Nerima lo? Nerima kriminal?! Hah! Sorry, gue masih waras."
Tiba-tiba pintu ruangan mereka terbuka.
"Oh, jadi ini semua gara-gara Daniel?"[TBC]
DUAR!!!!
APAKAH KALIAN TERKEJUT?!
HAHAHA!!!SEE YOU SOON LUVIER~
KAMU SEDANG MEMBACA
Through The Night | Bangtwice [END]
Fanfic#1 in lovemaze [10 Desember 2020] [BANGTWICE] ○ ° ○ ° ○° ○ ○° °○ ° ° ○ ✩ ✩ ° ○ Happy reading Luvier~