Jin memijat pelipisnya. Ia pening dengan semua masalah yang datang akhir-akhir ini. Banyaknya tugas individu ditambah dengan sedikit kerjaan dari perusahaan keluarga mereka yang diserahkan padanya karena ayahnya sedang sakit. Juga masalah perjodohannya dengan anak dari rekan ayahnya.
Pintu kamar Jin tiba-tiba terbuka. Menunjukkan sosok Ibunya di sana. "Mama boleh masuk?" Tanyanya. Jin mengangguk.
Tae Hee duduk di pinggiran kasur di sebelah anaknya. Sebenarnya ia cukup sedih melihat kondisi anak sulungnya. Sebagai Ibu, ia cukup tahu bagaimana campur aduknya perasaan lelaki saat ini. Sebetulnya, ia tidak mau menjadi Ibu yang jahat. Tetapi di sisi lain ia juga tak mau menjadi istri dan ketua perusahaan yang jahat.
"Mama tahu, semua ini berat. Tapi Mama juga gak bisa ambil tindakan lain selain menyetujui perjodohan ini." Ucap Tae Hee sambil mengelus punggung Jin.
Jin mengangguk. "Aku ngerti kok, Ma."
Tae Hee tersenyum. Memang anak sulungnya ini selalu bisa diandalkan. "Mama mau ke rumah sakit dulu yah."
Jin mengangguk. "Aku anter ya, Ma?" Tawarnya.
Tae Hee menggeleng. "Kamu istirahat aja, kan nanti malam kita mau ketemu sama keluarga Im. Papa juga ngotot mau ikut. Makanya kamu juga harus ikut." Ucapnya. Jin hanya menurut.
Seperginya Tae Hee, Jin berbaring dan menatap langit-langit kamarnya. Kacau. Semuanya kacau. Gue kira setelah gue jadian sama Sana, semua akan baik-baik saja. Gue gak mau mutusin Sana. Gue terlalu sayang sama dia. Tapi di sisi lain gue juga gak bisa mengabaikan keluarga. Bukan soal harta, masalahnya gue tau banget gimana kerasnya usaha Papa buat membangun perusahaan. Gak mungkin gue menghancurkan perusahaan hanya karena ego gue? Selama masih bisa di selamatkan, gue akan lakukan apapun. Karena saat ini, nyawa perusahaan juga nyawa Papa. Ia terpejam. Menangis dalam diam.
°°°
Malam pun tiba. Jin sedang bersiap untuk pertemuan dengan keluarga Im Nayeon. Ia sedang berkaca sekarang, membenarkan dasi hitamnya yang sangat serasi dengan kemeja putihnya.
Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamarnya. "Jin? Kamu sudah siap?" Itu suara Tae Hee.
"Sebentar, Ma!" Sahut Jin.
"Mama sama Papa tunggu di mobil ya?" Seru Tae Hee lagi dari luar kamar.
"Iya!"
Setelah beberapa menit, Jin keluar dari kamarnya, menuruni tangga menuju lantai pertama rumah lalu segera ke basement. Papa dan Mama nya sudah menunggu di dalam mobil. Tanpa menunggu apapun, ia langsung masuk ke dalamnya.
"Jin." Sapa Jaejoong.
"Pah. Gimana? Udah lebih sehat?" Tanya Jin.
"Tentu kondisi Papa membaik setelah dengar kamu setuju dengan perjodohan ini." Jaejoong tertawa puas. "Kamu memang anak Papa yang bisa diandalkan." Ia menepuk punggung anak sulungnya itu. Jin hanya tersenyum.
Sepanjang perjalanan, Jin terus memikirkan Sana. Hatinya tidak tenang karena ia baru saja berbohong kepada Sana. Tadi sore, perempuan itu memberi kejutan dengan mengajaknya untuk pergi ke bioskop premier. Bahkan pacarnya itu sudah memesan dua tiket jauh-jauh hari karena sulitnya untuk mendapatkan tiket tersebut. Namun, dengan berat hati Jin harus berbohong pada Sana karena pertemuan ini. Sudah tentu Sana sangat kecewa.
San. Maaf. Batin Jin sambil memejamkan mata dan bersandar pada bahu kursi.
Tak beberapa lama, mobil keluarga Kim sudah tiba di sebuah mall ternama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Through The Night | Bangtwice [END]
Fanfic#1 in lovemaze [10 Desember 2020] [BANGTWICE] ○ ° ○ ° ○° ○ ○° °○ ° ° ○ ✩ ✩ ° ○ Happy reading Luvier~