Bab 23: Mengajak Ta'aruf

1.5K 166 13
                                    

Bismillah ....
Nggak bosan-bosannya saya ingin mengingatkan ke kalian ... Sebelum lanjut baca bab ini. Yuk, di-follow dulu akun wattpad saya yudiiipratama di sana saya lagi update cerita terbaru judulnya
"SINGLE-LILLAH"
Masih hangat, sila kalian baca setelah baca bagian ini ya. Ceritanya ditambahkan ke reading list antum sekalian.
Syukron🌝🙏🏻.

Syukron🌝🙏🏻

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




[Cerita ini dilindungi undang-undang akhirat. Jika melakukan plagiat, akan dicatat oleh malaikat]
☔️☔️☔️

"Cinta karena Allah dan untuk Allah. Ibadah kepada Allah dibangun atas dasar cinta, mencintai hakikatnya ibadah. Jika beribadah tanpa cinta maka ibadah hanyalah berupa kulit tanpa ruh di dalamnya."
☔️☔️☔️

Sudah lima hari aku tidak masuk kantor oleh karena perasaanku yang belum juga bisa berdamai dengan kejadian waktu itu. Aku tidak lagi bisa menghubungi Yudis karena mungkin ia sudah memblokir nomor teleponku. Gara-gara kejadian yang belum sempat aku jelaskan, persahabatan dan persaudaraanku dengannya terputus begitu saja.

Aku tak lagi memikirkan masalah kerjaan, pasti di kantor sedang menumpuknya berkas yang harus aku selesaikan. Lagian Pak Dadang tidak pernah lagi meneleponku semenjak aku di-skorsing selama seminggu olehnya.

Kamar kosku saat ini begitu sepi, biasanya Yudis akan berbaring di tempat tidur jika ia merasa bosan menungguku selesai menyetrika pakaian kantor. Harapanku berada di Kota Bandung sirna seketika. Sahabatku hilang tanpa jejak, aku tidak habis pikir. Apa aku begitu menyakitinya sampai ia rela meninggalkan aku sendirian di tanah rantau? Yudis butuh penjelasan. Sama, aku pun butuh menjelaskan. Tapi kenapa Yudis harus menghilang?

Tak hanya itu saja, sejak kejadian menjijikkan itu, Jihan merespon biasa chat-chat-ku di WhatsApp, ia seperti menjaga jarak. Padalah aku belum pernah cerita padanya. Tapi kalau ia sudah bertemu dengan Yudis atau Sani? Ah, aku kebingungan sekarang harus bagaimana menanggapi masalahku sendiri.

Kemarin aku coba menelepon Jihan untuk menanyakan kabar, alhamdulilah diangkat. Ia bilang semua baik-baik saja. Aku ingin menceritakan pada Jihan tentang masalah yang tengah membelenggu antara aku, Sani, dan Yudis. Tapi kuurungkan niat itu. Aku takut, ia pasti akan marah besar.

Entah kenapa secara tiba-tiba, Jihan disibukkan dengan pekerjaannya yang katanya tidak bisa lagi mengambil waktu kosong di jam kerjanya. Berapa kali ajakanku untuk bertemu dengannya ditolak begitu saja.

Jika kalian menanyakan bagaimana dengan Sani, itu bukan urusanku! Aku sudah memblokir kontaknya dari jauh hari. Ini semua karena perempuan nasrani itu. Semua hubungan yang awalnya baik-baik saja kini hancur berantakan.

Semusim di Bandung [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang