'Udah kenyang pulang, udah sayang hilang'
-Levin Elmero
Maura segera masuk kedalam rumah. Tujuannya saat ini adalah dapur. Dirumah tidak ada siapa-siapa, Maura tidak peduli itu yang penting sekarang ia bisa makan. Tanpa mengganti pakaiannya terlebih dahulu. Maura akui kalau saat ini dirinya makan dengan lahap, rakus kaya babon. Ah tapi bodo amatlah, pikir Maura.Dengan telaten, ia membersihkan piringnya perlahan-lahan. Baru juga selesai makan, belum kenyang itu. Niatnya Maura mau nyari cemilan, tapi mendengar suara bel berbunyi niatnya harus ia urungkan.
"Hai, assalamualaikum," deretan gigi milik orang itupun dapat Maura lihat.
"Wa'alaikumsalam, kenapa?" Hufttt ngapain kesini sih, bukannya Maura gak mau dikunjungi sang pacar. Tapi hari ini ia sangat kesal kepada Levin.
"Masuk dulu dong, pegel nih," tidak ingin banyak bicara, Maura pun mempersilahkan Levin masuk.
"Ko belum ganti baju?" Sementara Levin duduk, Maura mencari cemilan yang sempat ia tunda tadi.
"Barusan makan dulu,"
"Oh, trus itu lagi ngapain sih? Ngomong-nya kan jadi teriak-teriak gini," Levin menghampiri Maura yang sedang memeriksa isi kulkas nya.
"Nyari cemilan, yaudah jangan ngomong dulu," akhirnya Maura menemukan apa yah dicarinya. Ia segera bangkit dan duduk di ruang tengah diikuti oleh Levin.
"Jadi beneran marah nih?" Bodoh, pertanyaan retoris itu.
"Ngapain kesini?" Masih asik dengan cemilannya, sampai-sampai Maura tidak berniat sedikitpun untuk menoleh pada Levin.
"Jutek amat. Aku mau ajak kamu jalan,"
"Gak! Jalan aja sendiri,"
"Ayo dong. Aku udah siapin tempatnya, mau yah? Nanti kita cari tempat yang banyak makanannya deh," bujuk Levin.
"Kamu pikir aku rakus apa?! Kalo mau bujuk, perhatiin ucapannya dulu dong!"
Seakan tau apa yang Maura maksud, Levin bingung harus bagaimana menghadapi wanita ini.
"Aku minta maaf, aku gak bermaksud gitu ko. Aku cuma mau kamu maafin aku, aku mau kamu ikut aku sekarang,"
"Kalo mau minta maaf ya gak usah gitu. Aku kelaparan nunggu kamu, waktu aku terbuang sia-sia cuma karena nunggu kamu. Dan kamu? Kamu enak sama temen-temen kamu- ah udahlah! Kamu gak hargain aku banget kesannya," Maura bangkit namun Levin menahannya.
"Iya, aku tau aku salah. Aku pikir kamu baik-baik aja nunggu aku. Kalau aku taupun, aku pasti bakalan cepet-cepet. Dan perihal menghargai, apa cuma aku disini yang gak menghargai? Kamu juga! Aku udah siapin sesuatu buat kamu, tapi kamu gak mau ikut aku. Trus 'sesuatu itu harus aku kasih ke orang lain gitu? Mau?" Maura menunduk, air mata yang ia bendung pun luruh saat mendengar bentakan dari Levin.
"Maaf, aku gak bermaksud bentak kamu. Udah jangan nangis.." Levin membawa Maura kedalam dekapannya.
"Maafin aku juga,,"
"Iya aku maafin. Jadi, kamu mau ikut aku kan sekarang,?" Maura mengangguk.
"Yaudah, ganti baju dulu sana. Masih betah aja tuh sama seragam," Maura bangkit dan pergi menuju kamarnya. Sedangkan Levin terkekeh melihat raut wajah Maura yang habis menangis.
°°°
Kini, mereka telah sampai ditempat yang dituju oleh Levin. Maura sempat kesal karena rasa lapar nya belum juga terpuaskan. Belum lagi jarak yang mereka tempuh cukup jauh.

KAMU SEDANG MEMBACA
RENJANA
Fiksi RemajaCover by arrasistible - "Ternyata cinta tanpa memiliki sesakit ini," -Maura "Lo berharap akan berhasil, meski semua terasa mustahil," -Levin _ 'Renjana', perasaan rindu seorang gadis remaja terhadap seseorang yang dicintainya. Namun, ia tidak mengha...