Cover by arrasistible
-
"Ternyata cinta tanpa memiliki sesakit ini," -Maura
"Lo berharap akan berhasil, meski semua terasa mustahil," -Levin
_
'Renjana', perasaan rindu seorang gadis remaja terhadap seseorang yang dicintainya. Namun, ia tidak mengha...
'I Saw you in my dream' Kamu adalah sosok laki-laki yang selalu aku temui dalam mimpi.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
°Maura Alqueena Almaguer°
°°°
Sinar mentari berusaha membangunkan Maura lewat celah gorden kamarnya. Namun tetap saja, matanya enggan untuk terbuka. Butuh waktu beberapa saat agar matanya terbuka sempurna. Maura pun bergegas menuju kamar mandi dan setelahnya ia mulai menuliskan mimpinya dalam buku diary.
'lagi-lagi kamu hadir dalam mimpiku. Aku tidak tau, apa maksud dari semua mimpi itu. Yang jelas, aku yakin, Tuhan menghadirkan mu dalam mimpi ku dengan alasan yang indah. Walau mungkin takdirku mengagumi tanpa dicintai'
Maura menutup diary nya dan kembali merebahkan tubuhnya di atas kasur. "Dia lagi, dia lagi! Terus kapan gue bisa lupain dia?!" Gerutu Maura.
"Siapa yang mau Lo lupain?" Maura terkejut, mengetahui seseorang tiba-tiba masuk ke kamarnya.
"Permisi dulu kali mbak.." ujar Maura kepada adiknya yang sekarang sudah berada disampingnya.
Alena Elfreda Arventa. Fyi, Alena sama Maura beda ayah jadi mereka beda marga. Gadis polos yang begitu menyebalkan bagi Maura. Usianya terpaut 4 tahun lebih muda dari Maura.
"Ngapain? Sana mandi!" Tukas Maura yang langsung disuguhi oleh cengiran dari adiknya.
"Awali pagi mu dengan senyuman kaka, kaya gini nih," Alena menarik keatas kedua sudut bibirnya. Ia memberiakan senyuman selebar mungkin kepada Maura.
"Sana udah!! Gue mau mandi, nanti telat!" Maura melirik jam diatas mejanya.
"Iya-iya, padahal gue kangen sama Lo," Alena melangkah keluar pintu dengan lesu.
"Tumben.." gumam Maura.
°°°
Pagi ini koridor sekolah sudah cukup ramai. Sebagian murid ada yang bergerombol dan ada juga yang duduk sendirian ditepi lapangan sambil membaca bukunya. Lapangan pun sudah diisi oleh para laki-laki yang bermain basket. Sejenak Maura berhenti mengamati setiap inci lapangan. Memastikan apakah sosok yang dicarinya ikut bermain basket. Namun ia tak menemukannya dan memutuskan pergi menuju kelasnya.
"Ra, Lo udah cek Mading belum?" Tanya Mikha yang baru saja duduk di samping Maura.
"Oh iya, hari inikan tulisan gue dipajang dimading," Maura menepuk jidatnya dan bergegas menuju Mading untuk melihat seberapa banyak orang yang menyukai tulisannya kali ini. (Semakin banyak bintang, makan semakin banyak uang yang didapatkan) begitulah pikir Maura.
•••
"Huftt.. masih bisa dihitung," gumamnya namun masih bisa didengar oleh pria jangkung di sampingnya.