renjana 10 [Mabalable]

20 5 2
                                    

'Dan sialnya, cahaya gue redup saat seseorang tengah membutuhkannya'

-Maura Alqueena

°°°

"Sekarang jelasin masalah Lo sama Levin ke gue!" Titah Alvin yang tak lain adalah tetangga Maura sekaligus seniornya di sekolah dan tak bukan adalah kakaknya Levin.

"Mohon maaf nih ya kak. Daripada kakak ngurusin masalah orang lain, lebih baik Kaka bantuin aku ngerevisi naskahnya,"

"Siapa yang orang lain? Lo tetangga gue, Levin juga adik gue. Jadi kalian bukan orang lain bagi gue,"

"Tapi gak semua masalah yang ada di sekitar Kakak itu menjadi urusan Kakak juga. Kaka harus tau mana yang privasi dan mana yang menjadi rahasia umum,"

"Yaudah iya, kalo belum siap cerita gapapa. Gue cuma pengen tau aja sih sebenernya hubungan kalian itu kaya gimana." Alvin mengalah untuk tidak terlalu memaksakan Maura bercerita mengenai masalahnya dengan adiknya itu.

*Hubungan apaan? Orang disini cuma gue ko yang punya perasaan. Batin Maura

°°°

Levin mengusap wajahnya kasar. Ia masih belum bisa menerima jika Maura memutuskan untuk berhenti. Dan bodohnya, Levin malah meng'iya'kan keinginan Maura. Ditambah lagi ia baru saja melihat kakaknya itu pulang bersama Maura dan masuk ke rumah Maura.

"Apa mungkin, Alvin juga suka sama Maura?" Itu yang terus-terusan terpikirkan oleh Levin.

"Ah anjing! Bodo bodo bodoo!" Levin mengacak-acak rambutnya dan menghempaskan tubuhnya ke atas kasur.

"Kenapa Lo?"

"Ngapain kesini?"

"Seloww dong, gue kerumah Maura cuma buat revisi naskah doang kok," seakan tau apa yang tengah ada dipikiran Levin, Alvin menjawabnya begitu saja.

"Gue gak nanya,"

"Hilihh anjing. Ngaku aja Bambang! Gue tau, Lo kalo suka gak usah gengsi gengsi. Ngomong langsung, kasih dia kepastian. Dia milih pergi juga karena Lo yang gak kasih kejelasan ke dia. Lo bersikap seolah dia milik Lo, sedangkan saat Lo bersama cewe lain, dia mau marah aja gak bisa! Dia cukup sadar diri kalau Lo bukan siapa-siapanya!" Ya, Alvin sudah mengetahui masalah diantara Levin dan Maura.

Jadi, saat di rumah Maura tadi, Alvin kembali memaksa Maura. Jujur ia sangat penasaran dan entah karena apa. Maura yang tadinya keukeuh gak mau cerita, akhirnya mau. Karena katanya Alvin akan membelikan 10 barang yang Maura mau. Jelas maulah.. Maura bakalan beli album, lightstik, skincare, novel, dan masih banyak lagi barangnya yang harus diperbarui.

"Jangan so tau!"

"Terserah, Maura sendiri yang bilang," sontak Levin membulatkan matanya mendengar hal itu.

"Maura bilang apa, kak?" Alvin menghentikan langkahnya yang hendak keluar dari kamar Levin.

"Giliran ada maunya, manggilnya Kaka. Najisun bangsatun anjisun!" Gumamnya, namun Levin mendengarnya walaupun samar-samar.

"Gausah ngumpat anjing! Kalo gamau ngasih tau yaudah sana pergi!"

"Lah, ngambekan luuu dasar cowok labil!" Sudahlah biarkan saja Levin merenungkan apa yang seharusnya ia lakukan. Lagi pula niat Alvin sekedar hanya ingin tau masalah mereka, tidak untuk mencampuri.

RENJANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang