renjana 9 [instalkgram]

18 8 5
                                    

'kalau boleh, aku tidak ingin terlahir dengan sifat setia'

-Maura Alqueena

°°°

Enggan bangkit dari tidurnya. Maura berbohong kepada ibunya bahwa ia sakit. Maura melakukannya karena ia tidak mau sekolah, ia malas bertemu orang-orang. Apalagi kalau orang itu adalah levin.

"Ma, aku sakit ma!" Rengek Maura saat mama-nya meminta Maura bangun.

"Sakit apa, hm?" Nerlina -mama Maura, mengecek seluruh bagian wajah Maura.

"Suhu badan kamu normal, kok"

"Ih, ma.. aku beneran sakit"
*Mama gatau aja kalau yang sakit itu di dalem. Batin Maura

"Yaudah, tapi mama gabakalan kasih kamu uang jajan satu Minggu!"

"Ish. Yaudah iya.. aku sekolah!" Dengan sangat terpaksa, Maura harus meninggalkan kasurnya yang begitu nyaman.

°°°

Maura masih menunggu angkotnya yang belum juga datang. Padahal waktu sudah menunjukkan pukul setengah tujuh. 15 menit lagi gerbang ditutup. Maura malas kalau harus berbaris dengan orang orang terlambat. Rasanya kaya yang mau study tour, bawa tas, banyakan, apa namanya kalo bukan study tour?

"Ayo bareng aja!" Tawar Kaka kelas nya itu.

"Gaush kak," Maura tersenyu menanggapinya

"Emangnya Lo mau, baris di depan?" Maura menggeleng cepat, jelas lah sejak awal pun ia memang tidak mau baris bersama rombongan orang kesiangan.

"Yaudah naik cepetan!" Dengan penuh kesusahan menaiki moge milik Alvin itu, akhirnya Maura bisa duduk sempurna di jok belakang.

°°°

Maura merapikan rambutnya yang berantakan, terkena angin sepanjang jalanan tadi. Alvin yang melihat itupun tidak hanya diam, ia membantunya.

"Eh, ma- makasih, kak," gugup sekali rasanya, padahal ini kakaknya bukan adiknya(Levin). Alvin hanya tersenyum dan segera menarik lengan Maura untuk menjauh dari parkiran.

Tanpa sengaja, matanya menangkap sosok yang semalaman ia pikirkan. Sosok itu kini tengah tertawa riang dengan wanita'nya'. Entah apa hubungan mereka, tapi Maura mencoba untuk tidak peduli.

"Kita pisah disini ya?" Ujar Alvin. Jelaslah kelas mereka beda arah, Alvin kelas dua belas, sedangkan Maura kelas sebelas.

"Iya kak, makasih udah nebengin," lagi-lagi Alvin tersenyum gemas melihat tingkah Maura. Maura pun pergi mendahului Alvin.

*Anjiirrr.. masa sih Levin sama Shania? Ih, katanya mau coba bales perasaan gue! Bangeee! Bangsul! Bambang! Bangsat Lo Le!. Maura merutuki Levin dalam hati sepanjang jalan menuju kelas.

Sampai ia tiba dan berhenti di depan kelas sebelahnya. Hatinya sesak, ia melihat Levin yang tengah mengacak-acak rambut Shania dan kembali merapikannya. Setelah itu Shania masuk kedalam kelas, sedangkan Levin berlalu meninggalkan kelas Shania.

Tanpa sengaja pandangan mereka bertemu. Levin dengan tatapan bersalahnya, namun ia tepis pikiran itu karena jelas Maura lah yang meminta ia lepaskan.

RENJANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang